1.6

5.7K 736 39
                                    

Sejak hari itu, setelah Jaemin mengetahui secuil fakta dari masa lalunya, ia merubah sikapnya pada Jeno menjadi sedikit lebih manja. 

Ketika bangun tidur, ia akan menyempatkan diri untuk mengirimi pesan selamat pagi pada Jeno. Ketika berangkat sekolah bersama, Jaemin akan menyenderkan kepalanya di bahu Jeno. Bahkan ia tidak segan untuk bertingkah manis dan penuh aegyo pada Jeno, sampai sohib-sohibnya yang lain merasa risih ketika melihatnya.

Mereka pikir, Jeno pasti telah mengguna-gunai Jaemin.

Seperti sekarang ini. Sekarang sedang jam pelajarannya Pak Kyuhyun, Bahasa Inggris. Kedua tangan Jaemin sibuk mengetik di gawainya tanpa sekalipun memperhatikan materi yang disampaikan oleh gurunya itu.


Jen

Jen ~~ |
11.03

| Hm? Knp na?
11.05

Mataharinya cerah banget |
Kaya senyumnya kamu |
11.06

| ? 
| lagi sakit ya?
11.06


Jaemin mendengus kesal dan memilih untuk tidak membalas pesan tersebut. Ia merasa geli sendiri saat membaca ulang pesan yang ia kirim ke Jeno. 

Haechan yang duduk di sebelahnya mengintip isi ruang obrolan itu, dan ia mengernyit jijik, "Lu kesambet apa? Jijik banget."

Jaemin mengabaikan nyinyiran Haechan dan memilih untuk menyoret-nyoret halaman terakhir dari buku tulisnya. Bahasa Inggris merupakan satu-satunya subjek kesukaannya. Namun untuk hari ini, ia memilih untuk tak peduli dan daydreaming

Terlebih lagi pikirannya saat ini masih dipenuhi oleh sisa-sisa kenangan manis saat ia diajak Jeno untuk menghabiskan waktu bersama di jalanan Myeongdong sehari sebelumnya.

Empat puluh menit kemudian, kelas sudah berakhir dan sekarang adalah jam makan siang. Keempat bujang bersahabat itu tidak berminat untuk pergi ke kafetaria, jadi mereka menghabiskan waktu rehat tersebut di kelas sambil bersenda gurau, ngerumpi, dan saling memaki.

"Bre, lu akhir-akhir ini kemana? Absen lu uda banyak. Pak Ceye nyariin."

"Tau. Kami yang kena imbasnya." Sinis Jaemin.

Mereka latihan seminggu dua kali, Senin dan Kamis. Dan jika ada satu anggota yang tidak hadir, mereka yang hadir akan mendapat hukuman berupa lari memutari lapangan utama sebanyak 8 kali.

Hyunjin mendengus, "Waktu senggang gue dimonopoli sama sepupu curut itu. Pake ngancem-ngancem pula."

"Lu kan emang cocok diancem-ancem." Celetuk Haechan sambil berlalu menuju pintu kelas.

"Sepupu? Kenalin lah sini ke gua."

Hyunjin menatap Guanlin dengan satu alis terangkat, "Lu mau? Sejak kapan lu suka laki?"

Guanlin mendengus, "Gua masi demen sama dada ya!"

Haechan berdiri di pintu kelas dengan ponsel di tangannya. Kepalanya celingak-celinguk ke kanan dan kiri. Tak berapa lama kemudian, ia menggerakkan tangannya memanggil seseorang di luar sana.

"Lama amat lu! Mana?"

"Ini, bang. Kurang sepuluh ribu."

Haechan mengambil kresek putih yang disodorkan ke arahnya. "Elah lu perhitungan banget sama gue, Jeong!"

Jeongin menengadahkan tangannya di depan Haechan, menunggu seniornya memberikan sisa uang yang kurang. "Buru, bang. Belom makan gue."

Haechan mencebikkan bibirnya dan mengeluarkan sepuluh ribu won dari dompetnya. "Dah pigi lu sana! Nyemak aja."

Love, J || NOMIN ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang