SELAMAT HARI SENIN!
Yang masih sekolah, kuliah, semangat! Tar lagi liburrrr. Yang kerja juga semangat! Tar lagi pada dapet angpao natal & tahun baru nihh hihihi.
Untuk chapters berikutnya, gue usahain bakalan panjang dan on point. Karena mungkin bentaran lagi bakalan masuk ke konflik.
Mungkin ya, mungkin.
Semoga kalian suka chapter yang cukup menguras pikiran dan waktuku ini ya!
Enjoy!
.
.
.
.
.
Sesuai janjinya, Jeno berangkat pagi-pagi untuk menjemput Jaemin, dan keduanya kini tengah duduk anteng di dalam mobil yang melaju.
"Ntar aku jemput?"
"Ya iyalah. Gue berangkat sama lo pulangnya ya sama lo juga dong."
Jeno terkekeh, ia mengusak rambut Jaemin gemas. "Judes banget sih? Masih pagi nih."
Wajah Jaemin memberungut. "Kesel, Jen. Tamu yang kemarin datang ke rumah? Anak mereka benar-benar disaster!"
Jeno meraih tangan Jaemin dan menggenggamnya. Ia memberikan rematan pelan pada tangan yang lebih muda, mencoba untuk menenangkannya. "Ada apa sih? Tadi malam juga kita gak jadi lanjut belajar karena kamu ngoceh-ngoceh mulu. Cerita sini."
"Gue diceburin ke kolam, PS gue ditendang, headphone mahal gue ditarik-tarik... kamar gue dibuat berantakan!"
"Jen, gue pengen mutilasi tu orang!"
"Geram banget gue!"
Jeno terkekeh. Ia mengendarai mobilnya memasuki pekarangan Hwangyi. "Masih anak-anak, kan?"
Jaemin mendengus, "Seandainya aja 17 tahun masih dianggap anak-anak." Jeno terbahak, membuat Jaemin semakin memberengut.
Jeno memarkirkan mobilnya lalu menoleh ke arah Jaemin. "Mungkin dia mau narik perhatian kamu, Na."
"Dih apa-apaan?!"
Jeno hanya menggelengkan kepalanya sambil terkekeh. "Udah sampe nih."
Jaemin menganggukkan kepalanya pelan. Ia melepas seatbelt dan membuka pintu. "Jangan lupa nanti jemput gue!"
"Iya, Nana..." ucap Jeno dengan lembut sambil mengusak rambut Jaemin.
Jaemin mengecup telapak tangan Jeno yang masih ia genggam. "Bye, Jen. Hati-hati, oke?" ujarnya lembut.
Jeno membalas ucapan Jaemin dengan mengusak rambutnya gemas. Jaemin menepis tangan Jeno, "Udah elah. Dari tadi lo usak mulu. Makin berantakan nih!"
.
.
Jaemin meringis pelan saat lututnya bersentuhan dengan ubin taman.
"Ups. Gak sengaja."
Jaemin mengepalkan tangannya, menahan diri untuk tidak membalas orang yang mendorongnya hingga terjatuh seperti itu.
Jika ia seseorang yang selalu bertindak gegabah, sudah dapat dipastikan kalau kepalan tangannya itu akan berlabuh di wajah pemuda yang ada di depannya.
Jaemin mendudukkan dirinya di tempat ia terjatuh. Tangan kirinya meremat lututnya, menahan rasa sakit yang semakin menjalar. Sedangkan tangan kanannya merogoh saku celana untuk mengambil ponselnya. Ia pun membuka kontak dan menelefon Guanlin, mengabaikan cowok brengsek yang membuatnya terjatuh.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love, J || NOMIN ☑
Fanfiction"You fell for me first!" - Jaemin "And you fell harder. Right, muffin?" - Jeno ⚠️WARNING⚠️ - bxb - NoMin - semi baku - mild conflict 📍Perlu diingat kalau ini ff bxb pertama yg aku tulis. Work ini bener-bener gak sempurna.📍 Start: 17 August 2020 En...