Hai guyss,, pembaca pembaca ku yg baik hati 🌼 maap aku telat ya, tugas makalah n praktekku seminggu ini lebih banyak drpd dosa 🙂 aku juga merasa karakter cerita yg aku buat belum terlalu kuat, alurnya juga berantakan, ga ada feel nya, apalagi bahasanya. Maaf ya, aku akan coba lebih baik lagi. Makasih yg masih mau stay nunggu cerita iniii, luv youuu ❤️🌼
"Pak Johnny, pesawatnya masih 2 jam lagi. Bapak tetap mau menunggu disini? Saya bisa siapkan ruangan-"
"Ga masalah. Saya disini saja. Terima kasih." Tolak Johnny sambil tersenyum tipis.
Johnny kira perjalanan dari rumah ke bandara akan makan waktu lebih lama, ternyata jalanan lumayan bersahabat. Sambil menunggu, Johnny mengelilingi waiting room dan melihat lihat store-store makanan.
Johnny jadi teringat waktu pertama kali Mark, Jeno, Hechan, dan Jaemin ke bandara. Ke empatnya berisik dan lari-lari kesana kemari. Kalau ga salah, waktu itu mereka masih umur 10 atau 11 tahun.
Awalnya masih tenang-tenang aja, Johnny ngantri di salah satu store yang menjual kopi, sampai Johnny ngelihat ada siluet laki-laki yang ia kenal berjalan kearahnya.
Siapa lagi kalau bukan Jung Jaehyun. Pria seumurannya yang sempat menjadi sahabat karib nya itu tampak tergesa-gesa menghampirinya. Pria itu benar-benar mengganggu Johnny sebulan ini.
"Shi-" Hampir aja Johnny ngumpat, kalau aja Jaehyun ga cepat-cepat nutup mulut Johnny.
"Hey, listen. Gue rela beli tiket sampai check in cuma buat nyusulin lo." Bisik Jaehyun dengan pelan. Berkali-kali ia menelpon Johnny sampai dengan 10 nomor baru hanya supaya diangkat, tapi tetap aja Johnny menghindar.
Johnny menghempaskan lengan Jaehyun. "Ga nanya." Jawab Johnny yang udah kesal.
Gimana enggak, tiap melihat Jaehyun, rasa kesal, sedih, dan marah menyeruak di dada Johnny. Hari buruk itu juga berputar kembali dikepala Johnny.
Walau sudah berbontot 4 dan dewasa, bagi Johnny, semua orang berhak punya rasa dendam dan benci. Milik Johnny sendiri, sedang berdiri didepannya.
"Sekarang kasih gue kesempatan bicara. Ini penting dan lo harus tau." Perintah Jaehyun, raut wajahnya sampai serius banget.
"Lo- lo ga tau malu, ya, Jae."
Johnny melihat ke sekeliling, sepertinya penumpang lain yang mengantri terganggu karena Johnny dan Jaehyun. Akhirnya Johnny menarik Jaehyun ke tepi.
"Maaf kalau gue kelihatan ga tau malu. Nelpon lo berkali-kali dan nyusulin lo kemana aja, karena gue butuh bantuan lo." Jelas Jaehyun.
Johnny yang pada dasarnya memang tipe orang yang ga enakan, jadi pusing gara-gara Jaehyun. "Lo tau gue ga bisa nolak. Tapi dimana muka lo? Minta tolong sama mantan suami istri lo, padahal lo mapan gini?" Tanya Johnny balik dengan wajah mirisnya.
"Gue lajang, Jo."
Seketika wajah Johnny berubah.
[]
"Jaemin?"
Sebenarnya Jaemin ga pernah keberatan buat jenguk Nanda di rumah nanda sendiri. Nanda bilang kalau dia tinggal sama tantenya. Karena Jaemin penganut kalau suka ya di gas, Jaemin ga ragu buat datang. Yang jadi masalah itu-
"Lo ngapain?"
Felix nanya Jaemin balik, "lo sendiri?"
"Lagi jenguk gebetan."
Felix ketawa banget denger jawaban Jaemin ditambah muka Jaemin kelihatan banget curiganya sama Felix. "Ya udah, sama. Bedanya gue jenguk tetangga bukan gebetan."
"Alasan lo. Gue tetep curiga, ya, lix. Mau lo kenal bokapnya, neneknya, kakeknya, buyutnya. Lo tetep gue awasin. Awas lo nikung-nikung. Dimata gue lo tetep lawan ya kalau masalah cewek. Nyebelin banget lo asli kalau tiba-tiba nikung gue-"
"Ini lo mau ceramah depan pintu sampai kapan?" Potong Felix yang udah capek dengernya.
Jaemin berdekhem sebentar dan akhirnya masuk. Begitu ke ruang tamu, ternyata udah ada Nanda dan temennya. Kayaknya sih, sahabatannya si Nanda.
"Kak Jaemin?"
"Halo, Nan." Sapa Jaemin sambil senyum lebar.
[]
"Gue lihat sih, Papa bawa kertas amplop gitu." Kata Lucas sambil bukain pintu kamarnya buat Mark.
"Lo tuh, selalu cerita setengah-setengah." Kata Mark agak sebel dan duduk di kursi komputer Lucas.
"Lo tanya aja, deh, ke Papa. Kan gue lihat yang kelihatan dimata gue doang bambang. Mana gue tau selak beluknya. Emang Om Johnny ga pernah cerita?"
Mark mikir sebentar, "kita pernah nanya, sih, kenapa. Daddy cuma jawab, mommy pergi, tinggal kami ber 5. Kayaknya ya memang pisah adem ayem. Tapi kalau adem ayem, kok, mommy ga pernah mau jenguk kami?" Jawab Mark ragu.
"Ya mana kita tau. Lagian itu urusan orang dewasa kali, Mark. Tau apa kita." Jawab Lucas asal.
"Woi, lo ga tau seberapa keponya gue. Kalau Om chanyeol sama Tante Wendy pisah lo ga tau apa-apa baru lo tau rasanya."
Lucas auto ngelempar bola kasti yang dipegangnya ke kepala Mark, "BICARA LO ANJER, GUE GA MAU JADI ANAK BROKEN HOME."
"SAKIT BAGONG, KALAU GUE BODOH, YUJIN MAKAN APA?!"
"NAPA JADI YUJIN?!"
"YA KEK LO GA MIKIRIN YUQI AJA."
"HEH!"
[]
"Chan," Panggil Jeno waktu Jeno masuk ke kamar Hechan.
"Napa?" Tanya Hechan yang lagi ngegame.
"Gue tadi denger omongan lo sama Jaemin."
"Terus?"
"Menurut lo gimana?" Tanya Jeno.
"Lah, kan gue udah bilang gue ga tertarik. Serah kalian mau gimana. Gue ga ikutan." Jawab Hechan cuek dan tetap fokus sama game di komputernya.
"Lo ngomongnya ga peduli, terserah. Tapi gue tau lo selalu punya rencana di belakang, atau paling enggak lo tau sesuatu, kan?" Kata Jeno tiba-tiba agak aneh, buat Hechan jadi menatap Jeno.
"Lo ga pernah ga tau apa-apa. Gue harap kalau lo tau sesuatu, lo bisa bagi ke gue. Tapi gue ga maksa. Gue bakal tetap pura pura ga tau apa-apa. Diam, nurut. Segimana Jeno biasanya." Lanjut Jeno yang langsung bikin Hechan diam.
"Hmm, Jeno yang diam ga tau apa-apa." Sambung Jeno lagi dan keluar dari kamar Hechan.
Haeyo gaiiisssss, whwhwh
Lebih kurang aku udah jelasin di awal ya kaan, mohon maaf dan thanks yaa 😊🌼Btw,, aku mabuk Johnny Jaehyun banget tolong help dari dulu ga siap2 kejang kejangnya 🙂🔫
Thanks vonmentnyaa 🌼🌼🌼 Luv you, have a nice dayyy
KAMU SEDANG MEMBACA
Seeker | NCT
FanfictionKatanya anak-anak ga bakal ngerti masalah orang dewasa. Tapi salah, ga, buat sekedar tahu? . . Seeker NCT fanfiction [ Mark Haechan Jeno Jaemin Johnny ] Genre : family, fanfiction, etc.