40-Death Flower

5.1K 503 103
                                    

ᴊᴀɴɢᴀɴ ʟᴜᴘᴀ ᴛɪɴɢɢᴀʟɪɴ ᴠᴏᴛᴇ ᴅᴀɴ ᴋᴏᴍᴇɴᴛᴀʀ ɴʏᴀ ❤💜
ʜᴀᴘᴘʏ ʀᴇᴀᴅɪɴɢ 💚

______________________________________________

"Di bahagiakan ekspetasi, di tampar oleh realita".
~Moria Winata~

______________________________________________

Rasanya sakit di saat ngeliat kamu tersenyum bahagia dan itu bukan untuk aku
~Siena Agista~



______________________________________________




























🍂Death Flower🍂


















🥀















Alden menunggu penjaga UKS memeriksa Siena. Setelah limabelas menit berlalu pemeriksaan nya telah selesai. Perawat itu mengatakan Siena baik-baik saja dia hanya pingsan karena hanya shock.

"Kak".Panggil Siena dengan suara lemah.

Alden memalingkan wajahnya ke arah Siena yang sedang menatapnya dengan mata sendu nya.

" Hm".Alden berguman.

Walaupun sedaritadi matanya terpejam dan mulutnya tertutup tapi hati dan pikirannya sangat bersisik. Memikirkan banyak hal dan memperdebatkan sesuatu yang hanya dirinya dan Tuhan yang tau.

"Makasih udah nolongin aku".Siena tersenyum lemah.

Alden hanya mengangguk. Matanya terpejam sesaat lalu bangkit berdiri.

" Gw pergi ".

Namun baru saja ingin berjalan keluar, Siena menahan tangannya. Menatap Alden dengan tatapan sedih.

" Temenin aku kak! Aku butuh kamu".Siena mengeratkan genggaman tangannya.

Alden menghembuskan nafasnya kasar. Lalu melepaskan tangan Siena yang menggenggam tangannya itu.

"Gw minta temen lo jagain lo".Alden memutar tubuhnya.

Berbalik meninggalkan Siena yang menatap kosong ke arah langit-langit.

" Terus kenapa? ".

Ucapan Siena membuat Alden yang ingin keluar terhenti langkahnya. Alden berbalik lalu menatap gadis itu dengan satu alis terangkat ke atas.

" Kenapa kakak nolongin aku? Kenapa kakak gendong aku? Kenapa kakak keliatan masih peduli sama aku? Kenapa kakak ngasih aku harapan? ".

Tatapan Siena tidak lepas dari langit-langit ruangan serba putih yang berbau khas obat-obatan ini. Tangannya meremas ujung rok sekolahnya.

Alden memandang Siena dengan tatapan yang sulit di artikan.

" Karena kemanusiaan ".Jawab Alden dengan wajah datar.

ALDEN(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang