05|| I'am (Not) Fine

2.2K 203 306
                                    

"Ini semua gara-gara Karin! Semesta, mengapa aku tidak merasakan kebahagiaan yang terasa begitu nyata! Ibu Nusa, cepatlah pulang, cepat ketahui semuanya, agar semua kembali dengan semestinya!"***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini semua gara-gara Karin! Semesta, mengapa aku tidak merasakan kebahagiaan yang terasa begitu nyata! Ibu Nusa, cepatlah pulang, cepat ketahui semuanya, agar semua kembali dengan semestinya!"
***

Sebelum baca, disarankan untuk memutarkan lagu yang tertera di mulmed.

Hari libur yang sama saja seperti biasanya, jenuh terasa itulah yang dirasakan seorang Zeze. Satu sisi, Zeze ingin menghirup udara luar, bermain bersama tiga kawannya, belum tentu Karin mengizinkannya.

Zeze mengambil sebuah bingkai foto yang terletak di dekat lemari kaca, rupanya itu adalah fotonya bersama ibu Nusa, Zeze benar-benar merindukan ibu Nusa, dengan harap yang penuh Zeze menginginkan ibu Nusa segera pulang menjenguknya, kehadiran Karin di sini sangat semena-mena, padahal dia bukan sesiapa.

"Aku ingin berjumpa dengan mereka, aku lelah jika harus di rumah saja," lirih Zeze, perlahan ia melihat ke arah jendela, betapa ramainya suasana luar rumah yang dipenuhi dengan anak-anak kecil sedang bermain, seketika Zeze teringat masa kecilnya.

"Hai, bolehkah aku bermain dengan kalian semua?" tanya Zeze kepada teman-teman kecilnya, dengan penuh sejuta harapan.

Mereka berkacak pinggang seraya berkata, dengan mata melototnya ke arah Zeze. "Kamu siapa? Kamu bukan teman kami. Sana pergi dari sini!"

Bentakkan mereka terdengar pada kedua pasang telinga Zeze, mengapa mereka tidak mau berteman dengan Zeze? Apa salah Zeze kepada mereka? Zeze kecil benar-benar tidak mengerti.

"Boleh, ya? Aku bergabung dengan kalian semua?" pinta Zeze sekali lagi, sembari tersenyum pelan kepada ketiga anak kecil perempuan yang berada di hadapannya.

"Udah aku bilang, kamu jangan teman sama kita semua!" bentaknya, membuat Zeze terkejut.

"Jangan gitu, kita semua harus berteman!" ucap Cempaka, menghampiri Zeline, tersenyum megah ke arah Zeze.

"Cempaka! Kamu jangan temenan sama dia! Dia itu jelek, bau, miskin!" Cibirnya, kepada Zeze. Membuat air mata Zeze menetes begitu saja.

"Ah sudahlah, namanya juga masih kecil. Itu semua sudah tidak asing terjadi," ucap Zeze dengan nada pelan, kedua pasang matanya menatap penuh makna anak-anak kecil yang sedang bermain bersama-sama.

Zeze teringat akan masa kecilnya, yang selalu dijauhkan oleh teman-temannya, entah mengapa dan apa sebabnya. Itu semua masih menjadi pertanyaan mendalam pada Zeze, sahaja saja zeze tidak lebih meminta ini itu kepada kuasa, tetapi Zeze hanya ingin terlihat bahagia walau hanya satu kali saja.

"Ze! Bersihkan ruangan tengah! Aku mau ke Mall dulu. Pokoknya aku enggak mau lihat Bima salah sangka kepadaku! Sekarang cepat kamu bersihkan! Kalau enggak kamu harus tanggung akibatnya!" Benar-benar menyebalkan sekali, Karin malah bersikap semena-mena dan tidak mau berusaha, padahal sepengetahuan Zeze Karin itu bukan sesiapa di keluarga ini, dia hanyalah perempuan pengacau semua cerita, sungguh tak disangka-sangka, bagi Zeze kehadirannya seperti sebuah bencana.

Kreeek!

Suara pintu terbuka, rupanya Karin. Dia masuk ke dalam kamar Zeze secara tiba-tiba, lantas itu semua menghadirkan ketakutan luar biasa kepada Zeze. Batin Zeze merasakan sesuatu yang tidak enak, seperti ada niat jahat yang akan Karin perbuat padanya.

"Ka-kamu, mau apa?" tanya Zeze, tubuhnya bergemetaran. Karin mentapnya dengan tatapan tajam, perlahan tapi pasti Karin mulai mendekati Zeze.

*****

Jantung Zeze berdetak kencang, yang Zeze takutkan itu pukulan berupa kekerasan. Zeze sangat takut sekali, jika mengalami hal tak diinginkan seperti itu. Zeze mulai curiga, tatapan Karin tidak seperti biasanya.

Ini pasti akan ada bencana menerpa, tatapan Karin benar-benar tidak seperti biasanya, dari awal Karin masuk Zeze merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan akan menerpanya, itu semua menjadi bencana pada seorang Zeze.

"Ke-kenapa?" Zeze bertanya sedikit terbata-bata, semakin dekat pula Karin. Semakin besar, rasa takut yang ada dalam diri Zeze.

"KAMU SUDAH BERANI, MEMBANTAH PERINTAHKU! KAMU TIDAK MENANGGAPI SURUHAN YANG AKU BERIKAN!" Tangan Karin terlepas kendali begitu saja, memberikan tamparan sedikit kencang kepada Zeze.

PLAK!

"Maafin Zeze," Zeze memegangi pipinya yang kini terlihat sedikit memerah, perlahan tapi pasti air mata Zeze mengalir begitu saja, hatinya seakan-akan retak dan tidak sanggup untuk bertahan lagi.

"SUDAH BEERAPA KALI AKU INGATKAN! KALAU AKU MEMERINTAH ITU, KAMU KERJAKAN! DASAR ANAK TIDAK BERGUNA!" Karin menekan kedua pipi Zeze menggunakan jari jemarinya, Zeze merasakan kesakitan yang luar bisa.

"Cu-cukup, aku sa-kit," Zeze merengek kesakitan, sudah melontarkan kata cukup, tetap saja Karin tidak memberi ampunan kepadanya.

Karin mendorongkan Zeze hingga ke bawah lantai, Karin berkacak pinggang seraya berkata dengan penuh penegasan. "Awas aja kalau kamu berani melapor semua perlakuanku padamu itu kepada Bima! Jika iya, kamu akan menanggung akibatnya!"

Zeze tidak berani menjawab sepatah kata, ia hanya bisa membalas perlakuan Karin dengan anggukan, sejujurnya Zeze terus-menerus menahan rasa sakitnya.

"Sudah! Aku tidak ada waktu lagi untuk menanggapi anak tidak berguna seperti kamu!" bentak Karin kepada Zeze, lambat laun tapi pasti senggukan tangisan Zeze terdengar nyaring.

Karin tetap tidak peduli, ia langsung menggebrakan pintu kamar Zeze, dan segera melaksanakan keinginannya yaitu menghambur-hamburkan uang untuk berbelanja barang mewah.

Kini terlihat, begitu malangnya seorang Zeze dengan wajahnya yang dipenuhi oleh tangisan, rambutnya yang sedikit berankatan, perlahan rontok serta pipinya yang terlihat begitu memerah.

Ini semua ulah Karin! Karinlah yang mengubah semuanya menjadi kegelapan yang kelam! Kehadiran Karin itu sangat menciptakan sebuah suasana batin yang kacau! Karin benar-benar kejam dan tidak memberikan sedikitpun titik kepeduliannya kepada Zeze.

"Ibu Nusa, Zeze tidak kuat lagi," Zeze bangkit sari jatuhnya, kini wajahnya sangat berantakan sekali, karena tangisan yang tak tertahankan, mengalir begitu saja.

Zeze langsung berusaha untuk bangkit dari jatuhnya, serta kembali memulai aktivitas seperti biasanya yaitu merenung dan menangis puas-pus karena sudah benar-benar idak tertahankan lagi sakitnya, keadaan sedang sepi seperti inilah adalah kesempatan Zeze untuk meluapkan segara rasa sedihnya.

Zeze menangis di atas ranjang kasurnya, seketika teringat perlakuan Karin yang sangat tidak diharapkan, semakin lama Zeze semakin merasakan nestapa menjadi sebuah luka, yang berada di dalam atma.

Inilah hal yang selalu membuat Zeze Insecure, ketika semua orang nampak terlihat bahagia, sedangkan Zeze menderita, Zeze juga ingin merasakan, bagaimana rasanya disayang, diperhatikan dan lain sebagainya, itu semua membuat dada merasakan sesak yang terasa semakin nyata.

"Ini semua gara-bara Karin! Semesta, mengapa aku tidak merasakan kebahagiaan yang terasa begitu nyata! Ibu Nusa, cepatlah pulang, cepat ketahui semuanya, agar semua kembali dengan semestinya!" Zeze merasa sangat sangat kesal, andaikan saja Karin tidak pernah ada, mungkin nestapa ini tidak akan pernah menerpa.

Zeze selalu merasa, bahwa dirinya itu tidak ada apa-apanya, orang lain terpandang berharga, sementara dirinya tidak.

Zeze ingin bahagia, Zeze ingin seperti mereka! Kapan Zeze bisa seperti mereka!? Sementara buana Zeze saja, belum memberikan kabar pastinya seperti apa? Apakah derita dan luka semakin bertambah? Ataukah sudah cukup sampai di sini saja? Zeze hanya ingin merasakan kebahagian yang begitu nyata.

Bukan hanya omong kosong, serta drama tidak berguna saja.

Gimana bab kali ini? Spam komen, yo. Nanti author lanjut😌

RUANG DEPRESI [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang