"Dirgantara bolehkah aku berkata jujur padamu? Bahwasanya kamu begitu sempurna, untuk dimiliki olehku yang terlahir apa-adanya."
***"Sekarang lo jangan nangis lagi ya, emang bener-bener itu si Lonceng, minta gue tabok bolak-balik!" geram Cempaka, ia sangat geram sesekali akan perlakuan busuk Lonceng yang sebelumnya tidak ia sangka.
"I-ya," balas Zeze pelan.
"Lo tenang Ze, gue udah suruh Saputro sama Dirgantara ke sini! Kita ke Toko Buku bareng-bareng, gue sengaja nyuruh mereka ke sini buat hibur lo, hehe," jelas Cempaka, ia meminta Saputro dan Dirgantara untuk menjumpai mereka berdua.
"Ta-tapi Cempa-" Perkataan Zeze terbata-bata, Zeze takut jika menerima ajakan Cempaka, nanti Karin dan Bima akan marah kepadanya.
"Kenapa? Karin? Sudah jangan khawatir, lagian dia keenakkan juga, apalagi Si Lonceng! Sumpah gedeg banget gue! Ayo Ze buruan siap-siap!" tegas Cempaka kepada Zeze, ia langsung menarik lengan Zeze meminta Zeze untuk segera bergegas dengan cepat.
Akhirnya Zeze langsung mencari pakaian yang sekiranya bagus untuk ia kenakan, Zeze tampak bersemangat sekali saat mendengar nama Dirgantara, sosok yang begitu berarti dalam hidupnya.
Coba saja kalau Cempaka tidak datang ke rumahnya, mungkin Zeze lebih memilih untuk mengurung diri di dalam kamar saja, atau bahkan rasa untuk berkeinginan menyakiti dirinya sendiri akan timbul lagi.
"Gimana Cempaka, aku bagus enggak pake baju ini?" tanya Zeze kepada Cempaka, seraya menunjukan baju yang sedang dipilih olehnya itu.
"Enggak, itu kurang!" tegas Cempaka.
Zeze mulai kebingungngan, harus memakai baju yang seperti apa, karena Zeze tidak pandai dalam hal berdandan, Zeze lebih terbilang nyaman dengan tampilan yang apa-adanya.
"Nah udah yang itu cocok banget Ze, gue dukung lo! Ayo buruan cepetan siap-siapnya, ini barusan Saputro chat gue katanya dia sama Dirgantara udah ada di depan rumah gue, buruan mangkanya Ze!" Cempaka meminta Zeze untuk gerak cepat, agar tidak terlambat dan tidak menyia-nyiakan waktu yang ada.
"Tapi Cempaka, nanti kalau Karin datang bagaimana?" tanya Zeze, ia mulai khawatir akan kejadian buruk akan menimpa padanya.
"Enggak, udah enggak usah dipikirkan. Lagian juga dia malah seneng-seneng sama ayah lo! Sedangkan lo didiemin gitu aja! Ga adil, pokoknya gue di sini sebagai sahabat lo, gue pengen lihat lo senyum dan enggak nangis-nagis lagi!" Cempaka memegang pundak Zeze, berusaha meyakinkan Zeze bahwa semuanya akan baik-baik saja.
"Tapi Cempaka, kalau nanti tiba-tiba Lonceng berkata yang tidak-tidak bagaimana?" Zeze mulai ragu, untuk mengikuti segala ajakkan dari Cempaka, tetapi jika Zeze menolaknya, kesempatan untuk bertemu dengan Dirgantara akan semakin menipis.
"Ze, enggak! Lo enggak boleh pikiran begitu, lo tenang aja Ze! Gue mau lihat lo bahagia, gue enggak sanggup ngelihat lo tersiksa mulu, lo juga manusia yang membutuhkan sebuah kebahagiaan!" Cempaka berusaha meyakinkan Zeze, bahwa Zeze pasti bisa, Zeze juga manusia yang membutuhkan setitik kebahagiaan dalam hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUANG DEPRESI [ END ]
Fiksi Remaja"Tolong ceritakan padaku, bagaimana rasanya mempunyai keluarga yang utuh? Tolong jelaskan padaku, bagaimana rasanya hidup tanpa setitik luka yang menerpa! Aku ingin bahagia seperti mereka! Walau hanya satu kali saja!" Cinta dan Luka sama-sama Zeline...