03|| Semesta, Aku Ingin Bahagia!

3.7K 269 453
                                    

"Katanya buana tidak pernah bercanda, tetapi mengapa hidupku berbeda dari semua? Semesta tolong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Katanya buana tidak pernah bercanda, tetapi mengapa hidupku berbeda dari semua? Semesta tolong. Aku ingin bahagia, walau hanya satu kali saja."
***

Seorang perempuan bernama Zeline, kerap disapa baik yaitu Zeze. Dia berumur kurang lebih 16 tahun sudah memasuki masa pubertas. Zeline sudah mengenal cinta, bahkan Zeline sekarang sudah mengerti akan indahnya keutuhan keluarga dalam kesederhanaan yang tercipta.

Ketiga sahabat yang Zeze anggap sebagai sahabat, sekarang sedang tidak berada di dekatnya. Zeze terdiam seorang diri di dalam kelas, sedangkan teman-teman yang lain sibuk bersenda gurau di luar kelas. Ini semua sudah menjadi kebiasaan Zeze untuk memutuskan, bahwa seorang diri itu lebih baik, bia mengekspresikan apa yang dia rasakan tanpa diketahui oleh banyaknya orang.

"Katanya buana tidak pernah bercanda, tetapi mengapa hidupku berbeda dari semua?" tanya Zeze kepada dirinya sendiri.

Kedua pasang mata, tertuju pada jendela yang terbuka. Kelas Zeze berada di lantai atas, betapa indahnya Sang nabastala yang berada di atas sana. Tetapi mengapa Zeze tidak seperti nabastala? Zeze ingin kehidupannya bahagia dan jauh dari kata tidak baik-baik saja.

"Semesta, tolong. Aku ingin bahagia, walau hanya satu kali saja," ungkap Zeze, mengutarakan keinginannya. Zeze marasa sangat tenang sekali, jika berdiam seorang diri seperti ini, tanpa ada yang mengusik atmanya sedikitpun. Zeze merasa, benar-benar tenang.

Pak Nabastala masuk ke dalam kelas X IPA-1. Ia mengajar pembelajaran Kimia, pagi ini sudah disuguhi dengan yang seru-seru, kimia contohnya. Siswa dan siswi kelas X IPA-1 langsung masuk ke dalam kelas, dan duduk di kursinya masing-masing.

Zeze duduk bersama Cempaka, seseorang yang selalu mengerti keadaannya, meskipun terkadan Zeze lebih sering memendam, dari pada berterus-terang mengenai perasaannya yang selalu dipatahkan oleh orang-orang di luar sana, yang tidak lain orang-orang yang Zeze sayang.

"Selamat pagi semuanya!" Sapa Pak Nabastala, dengan penuh semangat tercipta pada pagi hari ini.

"Selamat pagi, juga Bapak Nabastala, guru Kimia tercinta!" balas semuanya kompak, tetapi Zeze agak kurang bersemangat.

Pak Nabastala yang melihat keanehan Zeze, langsung saja bertanya tanpa basa-basi lagi. "Ze, kamu kenapa? Biasanya kamu bersemangat sangat, ada apa?"

Ketika Pak Nabastala bertanya seperti itu kepada Zeze, langsung saja teman-teman yang lainnya menoleh dan menatap Zeze dengan penuh penasaran.

"Em, Ze enggak kenapa-kenapa Pak. Serius deh, ini semalam Zeze habis nonton film drama, asli sedih enggak bohong ututu," balas Zeze, berusaha menyembunyikan semuanya, berusaha mengalihkan bahwa semuanya seakan-akan sedang baik-baik saja.

Teman-teman Zeze yang mendengar itu semua, langsung tertawa terbahak-bahak sebab yang Zeze lontarkan itu mengandung gelak tawa.

"Haha, ada-ada saja kamu. Udah jangan kebanyakan melamun, sekarang kita belajar mengenai tabel periodik 1A sampai dengan 8A, ya!" Perintah Pak Nabastala, kepada siswa dan siswi kelas X IPA-1.

"Baik, sangat siap Pak!" balas semuanya, kompak terasa. Siswa dan Siswi kelas X IPA-1 itu kompak semuanya, kerjasamanya selalu ada dan terasa nyata.

*****

Setelah mengikuti pembelajaran yang begitu panjang, guru tercinta telah usai memberikan beberapa pembelajaran, hingga berakhirnya jam pertama dan kedua. Bell istirahat berbunyi, inilah yang dinanti-nanti oleh para Siswa dan Siswi SMA BIANGLALA.

"Lo kenapa sih? Enggak di jam pelajaran, enggak di jam istirahat, kebanyakan terdiam bisu mulu?" tanya Lonceng, dia terheran-heran melihat Zeze terdiam bisu, tanpa melontarkan sepatah kata yang seharusnya diutarakan karena sudah lama tersimpan dalam benak yang paling dalam.

"Aku enggak apa-apa. I am fine, I look happy," lagi dan lagi. Zeze membohongi dirinya sendiri, maafkan Zeze, telah berbohong kepada buana, berterus terang kepada mereka semua, katanya sedang baik-baik saja.

"Iya Ze, lo kenapa sih? Coba cerita sama kita semua. Jangan sungkan-sungkan," Rintikan mengutarakan pendapatnya, agar Zeze tidak selalu menyimpan kesedihannya seorang diri saja.

Zeze tidak bisa menjawab pertanyaan dari Rintikan, pada akhirnya Zeze, Lonceng, Rintikan dan Cempaka melanjuti perjalanannya menuju Kantin sekolah.

"Kalian mau pesan apa?" tanya Cempaka, kedua pasang mata Cempaka melihat sekeliling Kantin yang begitu ramai sekali.

"Enggak tahu, gue juga bingung," balas Lonceng.

"Gue traktir kalian semua!" Terobos Rintikan, ia langsung mengajak Zeze, Lonceng dan Cempaka untuk makan bersama di tempat yang akan dituju sekitaran Kantin ini, apalagi kalau bukam Mie ayam bakso Mang Ucok. Sudah terkenal di SMA BIANGLALA ini.

"Nah ide yang bagus!"

"Kita duduk di sini!"

"Eh Cempaka, lo di sana ah!"

"Ah gamau, lo aja!"

"Gue jodohin siah, lo sama si Dendis!"

"Lah, apaan sih!"

Zeze yang mendegar perseturuan antara Cempaka dan Lonceng, langsung saja memisahkan mereka berdua. Sementara Rintikan sedang sibuk memesan, beberapa pesanan yang akan disantap bersama-sama.

"Gue di situ!"

"Ckk, kagak ah! Lo aja sana!"

"Eh bodo! Itu tempat gue!"

"Enggak mau, lo aja yang di sana!"

"Ih lo nyebelin banget sih Lonceng!"

"Sudah-sudah," tegur Zeze pelan.

Karena sudah terlanjur kewalahan, Zeze langsung memisahkan mereka berdua agar tidak terus-menerus beseteru seperti ini, hanya membuang-buang waktu yang ada saja, jadi ya benar-benar percuma nantinya, Zeze berkata. "Eh sudah-sudah dong, jangan beseteru seperti ini, malu-maluin itu tadi kakel ada yang lihatin kalian berdua tahu!"

"Elo sih Cempaka!"

"Elo Lonceng!"

"Harta, tahta, Cempaka!"

"Lo kenapa sih? Ribut sini lapangan sekolah kita luas!"

"Lo yang mulai duluan!"

"Lah, adanya juga lo yang mancing-mancing duluan, Lonceng!"

"Eh! Sudah! Sudah!" tegas Zeze dan Rintikan, habisnya sudah terlanjur risih melihat perseteruan antara Lonceng dan Cempaka.

"Iya, sudah-sudah. Jangan bertengkar lagi! Kita semua kan sahabat, Four happines girls!" tambah Rintikan, lalu duduk di kursi yang telah disediakan. Terlihat di atas meja, sambel, saos, kecap dan cuka. Nampaknya Rintikan sudah benar-benar tidak sabar menyantap bakso Mang Ucok yang begitu nikmat sekali, bikin ketagihan berkali-kali karena cita rasa bumbunya sangat pas, benar-benar pas dan berkenang.

Zeze kembali terdiam membisu, dalam batin yang paling dalam selalu berkata. "Katanya baik-baik saja, tapi mengapa seolah-olah ini semua tidak dapat dibohongi lagi. Aku benar-benar membutuhkan rekan yang menerima apa-adanya, dan mau diajak berceita bersama."

Zeze duduk bersampingan dengan Cempaka, sedangkan Lonceng bersama Rintikan. Lonceng berbisik-bisik sesuatu kepada Rintikan.

"Rin, lo tahu enggak sih? Zeze kenapa diem mulu? Enggak beraturan gitu. Kadang bener-bener gue pusing satu keliling, satu sisi gue kepo banget sama hidupnya, tapi ya malah gitu," tanya Lonceng, benar-benar penasaran sebenarnya Zeze kenapa.

"Kalian ngomongin, aku ya?" Zeze mulai menyadarinya, Cempaka pun merasa bahwa sedari tadi ada yang aneh.

Lanjut? Spam komen. Kita lanjut, hayu gaskan.

RUANG DEPRESI [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang