08|| Merenungi nasib

1.4K 161 40
                                    

"Mereka bahagia, sedangkan aku tidak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mereka bahagia, sedangkan aku tidak. Mereka sempurna, sedangkan aku biasa saja, mereka begitu berharga di mata kedua orang-tuanya, sedangkan aku tidak ada apa-apanya di mata kalian semua."
***

"Sudah beberapa kali aku bilang! Kamu itu harus jagain rumah! Terus saja membantah perintahku dasar anak tidak tahu diuntung!" bentak Karin, ia mejorongkan Zeze ke lantai, gaun yang tadi Zeze kenakan, menjadi kusut gara-gara Karin.

"Kamu dengar ya! Segala kekuasaan, harta, rumah ini, semuanya akan menjadi milikku! Dan kamu? Kamu tidak ada apa-apanya! Kamu itu hanya sekedar anak dari suamiku! Yang berkuasa adalah aku!" bentak Karin sekali lagi, setelah itu ia langsung pergi menuju kamarnya.

"Dengarkan perkataanku anak bodoh!"

"Dasar tuli!"

"Dengarkan aku!"

"Dasar, anak yang tidak tahu bagaimana caranya menjawab pertanyaan!"

"Bodoh kamu!"

"Benar-benar bodoh!"

Sebelum pergi kembali ke dalam kamarnya, Karin meninggalkan sedikit perkataan menusuk yang tidak enak didengar oleh kedua pasang telinga, tak lupa Karin menjambak rambut Zeze terlebih dahulu, tanpa ada rasa belas kasihan sedikitpun.

"Anak bodoh!" bentaknya, Karin langsung masuk ke dalam kamarnya, setelah puas menyiksa Zeze dengan tidak wajarnya.

Senggukan terdengar, rasa sesak terasa dalam dada, seketika atma merasa sudah tidak kuat lagi bertahan dengan dunia, yang begitu kejam kepada Zeline Chintya Lestari.

"Ayah, mengapa ayah tidak memberitahukan ini semua kepadaku? Bahwa engkau dan Karin telah menikah secara diam-diam?" lirih Zeze, hatinya berasa tertusuk ribuan panah yang tak terduga.

"Ibu Nusa, Zeze merindukan Ibu Nusa," lanjut Zeze sekali lagi, air matanya mengalir begitu deras, Zeze menaiki tangga beranjak menuju kamarnya, degan penuh air mata yang terurai pada pipi manisnya.

Zeze kira, setelah pulang dari pesta ia akan mendapatkan bahagia, karena sewaktu tadi baru saja berjumpa dengan Dirgantara. Awalnya Zeze sudah menduga, bahwa ini bukanlah waktu yang tepat untuk ke luar rumah, Zeze tidak menyangka sebelumnya, bahwa Karin akan pulang lebih awal.

"Ini semua salah gue, Ze." Cempaka yang berada di luar, merasa bersalah sekali karena telah mengajak Zeze untuk datang ke pesta ulang-tahun Rintikan.

Cempaka berjalan menuju rumahnya, yang dekat dengan rumah Zeze. Cempaka berusaha menahan tangisnya, Cempaka benar-benar merasa bersalah kepada Zeze, sekarang Cempaka paham, mengapa Zeze selalu menyimpan segala kesedihannya, dan Cempaka berjanji tidak akan menceritakan ini semua kepada yang lainnya, karena terlalu menyedihkan untuk didengar.

*****

Zeze terdiam sejenak, setelah mengganti gaunnya menjadi piyama, Zeze berusaha menenangkan pikiran sejenak, hingga pada akhirnya mengambil sebuah bingkai, lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur yang terasa empuk, dan lembut itu.

"Mereka bahagia, sedangkan aku tidak. Mereka sempurna, sedangkan aku biasa saja, mereka begitu berharga di mata kedua orang-tuanya, sedangkan aku tidak ada apa-apanya di mata kalian semua." Zeze memeluk erat bingkai, yang berisikan foto dirinya bersama Nusa, Zeze begitu merindukan ibu kandungnya tersebut, yang entah di mana sekarang keberadaannya.

Zeze begitu terharu sekali, ketika melihat kedua orang-tua Rintikan, begitu baik kepada Rintikan, disayang, diperhatikan, sementara Zeze sewaktu kecil saja tidak pernah merasakan itu semua.

Zeze berusaha memejamkan kedua matanya, tetapi tidak bisa. Waktu sudah larut malam, besok hari minggu. Hari libur, sepertinya Zeze tidak akan ke mana-mana, walaupun Cempaka dan yang lainnya mengajak Zeze ke pusat perbelanjaan, tetapi Zeze tidak akan ikut, karena ia tahu. Pasti Karin akan marah besar kepadanya.

"Besok aku tidak akan ke mana-mana, ada baiknya aku di rumah saja," ucap Zeze dengan pelan, dan berusah memejamkan matanya kembali untuk yang kedua kalinya.

Tetap tidak bisa, sepertinya Zeze sedang mengalami gejala insomnia, sejujurnya Zeze sangat kelelahan sekali, tetapi susah untuk tertidur, bentakan dan insomnia itu, pada malam ini Zeze rasakan. Akhirnya Zeze berdiam diri di pojokkan kasurnya, seraya berkata dengan penuh setitik harapan pada semesta. "Semoga hari esok, akan lebih baik lagi dari sebelumnya."

Maafin telat updatenya, Alghi mikirin praktikum mulu dari kemaren, tapi alhamdulillah sudah selesai. Gimana untuk bab kali ini? Alghi rasa pas ngetik nyesek aja gitu, see you💕

RUANG DEPRESI [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang