"Semesta, mungkin kebahagiaan di dunia itu tidak akan pernah berpihak padaku selamanya, tetapi semoga saja di alam sana, bahagiaku akan kekal selamanya."
***Saat sepulang sekolah, Zeze hanya berdiam diri di dalam kelas, tanpa ada yang menemani satu orang pun, Cempaka saja pergi meninggalkan Zeze begitu saja, mungkin Cempaka sudah benar-benar kecewa kepada Zeze, perlahan Cempaka mulai menghindar dari Zeze, kini Zeze semakin diselimuti dengan rasa takut dan kesepiannya.
Zeze tidak tahu, harus berbuat apa-apalagi semuanya sudah tidak mempercayainya lagi, Zeze frustasi setengah mati, bayang-bayang untuk mengakhiri itu selalu terlintas jelas dalam ingatannya.
"Mengapa semua tidak ada yang percaya? Apa perlu aku akhiri semuanya?" lirih Zeze, ia menatap nabastala yang terlihat dari jendela, begitu indah sekali, tetapi sayang tidak seindah jalan kehidupannya Zelinea.
Zeze langsung meminum obat sakitnya itu, dengan cepat. Zeze tidak mau semua mengetahui penyakit yang dideritanya, Zeze selalu menyembunyikannya secara diam-diam.
"Aku tidak ingin semua tahu, bahwa penyakit yang diderita olehku bisa saja berakibat fatal, jika tidak segera ditangani lebih lanjut," Isak tangis Zeze terdengar nyaring, bahkan sekarang saja Bima hampir lupa, bisa dibilang sudah tidak peduli bahwa anaknya mempunyai riwayat penyakit kanker otak stadium empat.
Selama ini Zeze selalu menyembunyikan rasa sakitnya, ia tidak pernah menceritakan semuanya kepada semua orang, Zeze selalu bertingkah seolah-olah semuanya sedang baik-baik saja dan jauh dari masalah.
"Pokoknya ..., gue mau lo laksanakan segala perintah!" bisik Lonceng kepada tiga anak laki-laki nakal, yang bersekolah di SMA BIANGLALA ini, terkenal selalu membolos dan pergi ke Diskotik, bisa dibilang mereka telah terjerumus pada pergaulan bebas.
"Itu siapa ya? Kok aku dengar kayak ada yang ngomong, malah ini udah sore menjelang malam, terus aku sendirian lagi," Tiba-tiba saja Zeze meraskan ketakutan yang luar biasa, Zeze langsung memasukkan buku dan obatnya ke dalam ransel-nya tersebut, karena merasakan ketakutan yang luar biasa, Zeze memutuskan untuk segera pulang saja, karena langit sore pasti akan segera berubah menjadi gelapnya malam.
Tiga orang murid laki-laki nakal itu menggebrakkan pintu kelas Zeze, suasana di dalam sekolah sudah sepi, ini sebuah kecelakaan, seharusnya Zeze memilih untuk segera pulang saja, dari pada harus menghabiskan waktu menjadi tidak berguna seperti ini.
"DIAM LO!" tegasnya dengan tatapan sangar, dia adalah Leo, salah satu murid kelas 12 yang nakal dan sering terkena berbagai kasus, dari mulai pergaulan bebas, mabuk-mabukkan, hingga tawuran.
"Ada apa ini? Tolong! Tolong! Siapapun itu tolong aku!" teriak Zeze, meminta pertolongan berulang kali.
"Jangan main-main makanya sama gue! Bentar lagi gue bakalan bikin dunia lo hancur Ze! Gue sekalinya dendam, enggak akan pernah bermain-main!" Lonceng menghampiri Zeze dengan cepat, setelah menutup pintu kelasnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUANG DEPRESI [ END ]
Fiksi Remaja"Tolong ceritakan padaku, bagaimana rasanya mempunyai keluarga yang utuh? Tolong jelaskan padaku, bagaimana rasanya hidup tanpa setitik luka yang menerpa! Aku ingin bahagia seperti mereka! Walau hanya satu kali saja!" Cinta dan Luka sama-sama Zeline...