26|| Atas Nama Cinta, Aku Menyayangimu

2K 115 57
                                    

"Semesta, mungkin kebahagiaan dunia itu tidak akan pernah berpihak pada mereka berdua, tetapi semoga saja di alam sana, kebahagiaan mereka berdua akan kekal selamanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Semesta, mungkin kebahagiaan dunia itu tidak akan pernah berpihak pada mereka berdua, tetapi semoga saja di alam sana, kebahagiaan mereka berdua akan kekal selamanya."
***

"Ze, gue yakin lo kuat! Gue yakin lo bisa bertahan, gue akan selalu ada buat lo, gue sayang lo, Ze!" Secara tiba-tiba, Saputro langsung mendekati Zeze, lalu menghapus air mata Zeze dengan tulusnya.

"Terima kasih Saputro, aku sudah tidak tahu lagi, jika tidak ada kamu di sini, mungkin mahkotaku akan benar-benar hancur!" lirih Zeze frustasi, air matanya mengalir sana-sini.

"Gue paham Ze, ternyata Saputro bener-bener mencintai lo, gue mengetahui ini semua dari Dirgantara, gue tak apa Ze, gue ikhlas. Bagi gue kesembuhan lo itu lebih penting, dan persahabatan kita tidak ada gantinya sedikitpun, maafin gue kalau sekiranya gue selalu egois Ze," Cempaka langsung memeluk Zeze dengan erat, Rintikan pula melakukan hal yang sama, berusaha memberikan pelukan kekuatan tulusnya persahabatan untuk sahabatnya itu.

"Boleh aku berkata jujur kepada kalian semua?" tanya Zeze, menatap serius kedua sahabatnya tersebut.

"Boleh Ze!" jawab Cempaka dan Rintikan dengan cepatnya.

"Aku menderita, kanker otak stadium empat, tumor yang berada dalam otakku semakin ganas, maafkan aku yang baru mengungkapkan ini semua kepada kalian," lirih Zeze berterus-terang, seraya menangis sesenggukan.

"ZEZE!" teriak Rintikan dan Cempaka secara bersamaan, mereka berdua benar-benar tidak menyangka Zeze telah menyembunyikan ini semua begitu lamanya.

"Bang, maafin gue kalau banyak salah sa-ma lo. Gu-e minta to-long sa-ma lo, tolong jagain Cempaka---" perkataan Saputro terbata-bata, lalu langsung terpotong begitu saja.

"BANGUN DEK! JANGAN TINGGALIN BANG DIDI!" teriak Dirgantara histeris, air matanya mengalir begitu saja, mendarat pada wajah adiknya itu.

"Bang, pokoknya nih ya. Kalau lo ada masalah apa-apa, lo cerita sama gue, karena gue adek lo Bang, gue berhak bantu lo, semangat!" tegas Saputro, memberikan semangat mendalam untuk kakaknya itu.

"Thanks ya Dek, kamu selalu dukung Bang Didi, semoga saja kita sama-sama bahagia bersama seseorang yang kita cinta," balas Dirgantara, seraya memberikan senyuman kepada adiknya itu.

"Cie Cempaka!"

"Cie Zelinea!"

"Semoga kisah kita bersama orang yang kita cinta, akan berakhir bahagia, selamanya." Harapan Saputro, membuat Dirgantara terharu, ia langsung mengusap pundak adiknya itu.

"Tolong jaga Dirgantara."

"Tolong jaga Cempaka."

"Kami pamit, selamat tinggal."

*****

Suara air terjun menyejukkan, terdengar pada kedua pasang telinga. Tempat dan ini begitu aman, nyaman, damai, dan tentram, dipenuhi dengan orang-orang baik, membuat suasana hati menjadi tenang.

"Mencintaimu? Adalah?" Tiba-tiba saja, Zeze melontarkan perkataan tersebut.

"Roda takdirku, atau disebut putaran kehidupanku. Semenjak kehadiranmu, roda kehidupanku menjadi berwarna, dan jauh lebih baik lagi dari sebelumnya," Dirgantara mencapai telapak tangan Zeze, lalu digenggam erat olehnya.

"Di, kamu tidak tahu bagaimana aku dan keadaan yang tengah menimpaku, aku benar-benar tidak menyangka dan berasa mimpi, jika manusia se-sempurnamu, bisa mencintai perempuan yang terlahir apa-adanya seperti aku," Zeze awalnya merasa tidak menyangka, bisa dipertemukan dengan laki-laki sebaik Dirgantara.

"Ze, perlu kamu ingat. Terkadang cinta itu tidak menerima beberapa alasan, tetapi lebih tertuju pada balasan, semoga saja semua berasal dari ketulusannya sebuah perasaan," jelas Dirgantara, seraya mengusap lembut rambut Zeze.

"Hidup bersamamu?" tanya Zeze, tubuhnya bercahaya, menatap Dirgantara penuh makna.

"Pilihan terbaikku, anugerah dari Kuasa pencipta alam dan seisinya, yang patut untuk aku syukuri, atas segala nikmat dan karunia yang diberikan olehnya, kehadiranmu di dunia contohnya, sudah membuatku bahagia, lebih dari cukup! Sesederhana itu, aku bahagia Ze!" jelas Dirgantara, berkata jujur apa-adanya.

"Menua bersamamu?" tanya Cempaka, menatap Saputro penuh makna.

"Itu sungguh segala sesuatu yang berada di luar dugaanku," balas Saputro, seraya memberikan senyuman yang begitu bermakna, sekujur tubuhnya bercahaya seperti Zelinea.

"Lho kok?" Dirgantara tiba-tiba saja, terheran-heran Zeze dan Sapurto menyatukan telapak tangannya dengan Cempaka.

"Atas nama cinta, aku menyayangimu Dirgantara," ucap Zeze, bayangan terang benderangnya memeluk erat bentuk sempurna Dirgantara.

"Atas nama cinta, aku menyayangimu Cempaka," ucap Saputro, bayangan terang benderangnya memeluk erat bentuk sempurna Cempaka.

"Kami juga, sangat menyayangi kalian semua," Terlontarnya ungkapan tersebut, mampu membuat kedua pasang mata mereka semua saling bertatapan, dan menguatkan satu dengan yang lainnya.

"Kalian pantas menerima segala kebahagiaan, semoga kalian akan selalu baik-baik saja, alam kita memang sudah tidak sama, akan tetapi tali erat persahabatan di antara kita semua, akan terkenang abadi selamanya," ucap Zeze dan Saputro, air mata mereka berdua perlaha menetes begitu saja, kini salam perpisahan itu tertunaikan sudah.

"Semesta, mungkin kebahagiaan dunia itu tidak akan pernah berpihak pada mereka berdua, tetapi semoga saja di alam sana, kebahagiaan mereka berdua akan kekal selamanya," ucap Dirgantara dan Cempaka secara bersamaan, kini mereka berdua sama-sama saling menguatkan.

Dirgantara dan Cempaka sama-sama mengusap lalu mencium batu nisan orang yang mereka sayang, tanpa mereka sadari air mata itu mengalir begitu saja.

"Akan terus berusaha menerima segalanya, sampai Sang Maha Kuasa berkata, waktunya beristirahat dengan tenang," lirih Cempaka dan Dirgantara secara bersamaan, mereka berdua melambaikan tangan, berusaha menerima segala perpisahan, terlihat jelas bayang-bayang Saputro dan Zelinea, tengah tersenyum, semoga segala bahagia tersebut akan selalu berpihak kepada mereka berdua.

Kini alam mereka tak lagi sama, hidup di dunia tidak akan abadi selamanya, kebaikan akan dibalas dengan kebaikan, kejatahan akan dibalas dengan kejahatan pula, ibarat kata Lonceng dan Zelinea, kalian sudah pasti bisa mengambil sisi kesimpulan dari masing-masing sifat dan perbuatan mereka berdua, tentu saja jauh berbeda.

Saputro dan Zelinea adalah pribadi yang baik, mereka layak ditempatkan bersama orang-orang baik, yang menuntunnya pada jalan kebenaran. Bukan pada kebohongan, tidak ada kejujuran di dalamnya. Mungkin bahagia Zelinea dan Saputro tidak terletak di dunia, akan tetapi, kebahagiaan tersebut berpihak pada mereka di akhirat, kekal selamanya.

Apa perasaan kalian, setelah membaca bab kali ini?

Enggak nyangka?

Sedih?

Sampai jumpa lagi, jangan lupa ajak temen-temen kalian buat baca RUANG DEPRESI, biar enggak nangis sendirian, ya.

RUANG DEPRESI [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang