19|| Kapan Titik Kepedulian Mereka, Akan Berpihak Padaku?

792 99 10
                                    

"Aku masih bingung dan terus bertanya-tanya, sebenarnya kapan titik kepedulian mereka, akan berpihak padaku? Apakah aku yang tidak pantas untuk menerima segalanya? Atau memang sudah seperti ini skenario-nya?"***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku masih bingung dan terus bertanya-tanya, sebenarnya kapan titik kepedulian mereka, akan berpihak padaku? Apakah aku yang tidak pantas untuk menerima segalanya? Atau memang sudah seperti ini skenario-nya?"
***

"Sebelumnya Zeze ucapkan banyak terima kasih sekali kepada Didi," Zeze menghembuskan nafas pelan, saat berada di depan ruamahnya dan turun dari motor vespa Dirgantara.

"Mengapa harus seperti itu Zelinea?" tanya Dirgantara, dengan gaya sok polosnya, bermaksud untuk sedikit menghangatkan segala suasana yang ada.

"Ah, kamu. Selalu saja seperti itu, intinya aku sangat bahagia sekali hari ini, pertama kamu telah mengajakku ke Toko Buku, dibelikan novel kesukaanku, dan lebih istimewanya lagi, aku sangat senang sekali bisa bertemu dengan ibumu, menceritakan keluh-kesahku, berbagi canda dan tawa, intinya aku sangat berterima kasih sekali padamu Dirgantara," jelas Zeze, perlahan ia mengeluarkan air mata terharunya yang ia perlihatkan hanya untuk Dirgantara.

"Sama-sama Ze, sudah ya jangan menangis lagi, aku merasa bersalah jika harus melihat setetes air mata perempuan, terlihat tepat di hadapan kedua pasang mata dalam penglihatanku, aku benar-benar tidak sanggup Ze, sungguh. Sekarang kamu berhenti menangis ya, coba pancarkan senyuman yang begitu bahagia, aku yakin kamu bisa menjalani semuanya," ucap Dirgantara, benar-benar perhatian dan pengertian sekali kepada Zeze.

"Baiklah Dirgantara, aku segera menghapus air mata ini, akan aku ubah menjadi senyuman yang terlihat begitu indah," balas Zeze, perlahan ia menghapus air matanya karena Dirgantara benar-benar tidak sanggup jika air mata seorang perempuan terlihat pada penglihatannya.

"Satu lagi Dirgantara!" Zeze akan mengucapkan satu hal.

"Iya Ze?" tanya Dirgantara penasaran.

"Terima kasih atas bubur kacang hijau, dan ketan hitamnya. Aku sangat suka sekali, kamu pandai dalam membuatnya, aku benar-benar tidak menyangka sebelumnya Dirgantara," Zeze sangat berterima kasih sekali kepada Dirgantara, karena sudah memberikan segala sesuatu yang begitu spesial untuknya.

"Ah biasa saja, tetapi aku juga begitu berterima kasih banyak padamu Ze, kalau begitu aku pamit pulang dulu ya, kamu hati-hati di rumah, kalau ada apa-apa hubungi Didi saja ya," balas Dirgantara, ia berpamitan pulang kepada Zeze.

"Iya, hati-hati di jalan ya!" pinta Zeze kepada Dirgantara, agar berhati-hati dalam perjalanan.

"Aku sayang kamu Zelinea." Empat kata tersebut Dirgantara ucapkan, sebelum pada akhirnya ia fokus mengendarai kendaraan.

Zeze geleng-geleng kepala, sambil berkata. "Aku juga sayang kamu Dirgantara, terima kasih engkau telah hadir dalam kisah hidupku, yang mungkin akan sesingkat dan sesederhana ini."

*****

Suasana malam ini, sangat sunyi dan sepi sekali, seperti biasanya Zeze menyelesaikan tugas yang belum ia selesaikan, karena besok harus berangkat ke sekolah juga, pagi-pagi malahan, karena seperti biasa hari senin dilakukannya upacara bendera. Karin, Bima, dan Lonceng belum juga pulang. Tapi tak apa, justru Zeze bisa menenangkan pikiran sejenak, tanpa harus dimarah-marahi atau bahkan dihakimi oleh Karin.

"Mereka belum juga pulang, sebagaimanapun perlakuan mereka semua kepadaku, baik itu menyenangkan atau tidak. Tetap saja, aku mencemaskan mereka, semoga mereka pulang dengan keadaan bahagia dan baik-baik saja," ucap Zeze, seraya menghembuskan nafas pelan.

Zeze telah selesai mengerjakan tugasnya tersebut, Zeze memutuskan untuk turun ke lantai bawah, rumah megah ini kini terasa sepi sekali, saat Zeze menuruni tangga tiba-tiba saja ia kembali teringat akan kenangan lama.

"Kakek! Zeze tadi habis main sama Argana! Dia baik banget sama Zeze, Kek! Zeze beruntung sekali, bisa mempunyai teman sebaik Argana!" ucap Zeze, sangat semangat sekali sambil jingrak-jingkrak menghampiri Kakek Anton.

"Wah begitu Sayang? Kakek sangat bahagia sekali mendengarnya, kakek sangat senang sekali melihat kamu tersenyum seperti ini, nanti kalau sudah remaja, kamu harus jadi perempuan yang kuat! Serta mampu melewati segala rintangan yang menerpa!" tegas Kakek Anton, berusaha memberikan semangat pada cucunya tersebut.

"Zeze janji sama Kakek Anton, Zeze akan selalu menjadi perempuan yang cangat kuat cekali ya Kek ya, Zeze sayang banget cama kakek!" ucap Zeze, berusaha mengutarakan perasaannya.

"Cucu kesayangan kakek, semoga kamu akan selalu baik-baik saja ya, kakek sangat menyauangimu," balas Kakek Anton, seraya mengecup kening Zeze dengan lembut.

Zeze langsung di sofa yang berada pada ruang tengahnya itu, seketika lintas pemikiran Zeze selalu teringat akan Kakek Anton, serta kenangan-kenangan yang terjadi di masa lalu. Kini Zeze benar-benar merasakan ruang rindunya itu, semakin menjadi-jadi terhadap orang terkasih yang sulit ia lupakan.

"Kini cucumu ini, sedang tidak baik-baik saja Kek, aku begitu merindukanmu. Aku berharap, semoga kita akan segera bertemu kembali," lirih Zeze, penuh harap sekali. Semoga saja, Kakek Anton segera dipertemukan dengannya.

To Be Continue ...

RUANG DEPRESI [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang