"Sudah gue duga, dia pengkhianat tak disangka, menghancurkan semua kebahagiaan Zelinea, sungguh ini sebuah kenyataan yang bersifat kecewa."
***"Ayah, bolehkah aku ikut?" pinta Zeze, ia masuk ke dalam kamar Bima, Bima sedang mengenakkan dasinya tersebut, Zeze berharap Bima mengajaknya berlibur ke suatu tempat.
"Tidak." Mentah-mentah Bima tidak mengizinkan Zeze, untuk ikut berlibur bersama Karin dan Lonceng.
"Tetapi mengapa ayah? Zeze bosan di rumah saja. Mengapa Karin dan Lonceng engkau ajak, sedangkan aku, anak kandungmu sendiri tidak engkau perhatikan wahai ayahandaku?" tanya Zeze, mentap lirih Bima. Zeze tidak mengerti, mengapa Bima menjadi berubah seperti ini semenjak kehadiran Karin dalam hidupnya.
"Zeze jaga bicara kamu! Dasar anak yang tidak sopan! Ayah sengaja memberikanmu pembelajaran! Agar bertindak baik pada orang-tuamu!" tegas Bima, memegang pundak Zeze dengan cepatnya.
"Tetapi ayah, dia bukan ibuku. Nusa ibuku, mengapa engkau begitu mudah melupakannya? Mengapa ayah? Mengapa?" tanya Zeze kepada Bima, sangat serius sekali.
"Halah kamu ini, banyak saja beberapa alasan! Selalu mengalihkan topik pembicaraan!" Bima sedikit mendorongkan Zeze, lalu pergi meninggalkan Zeze begitu saja.
Karin yang sedari tadi memperhatikan, saat Bima akan keluar dari kamarnya, ia langsung memeluk Bima seraya berkata. "Ayo Sayang, jangan membuang-buang waktu, kita pergi sekarang ya."
"Baiklah Sayang," balas Bima, seraya mengecup kening Karin.
"Lonceng cepat, ayo kita berangkat!" ajak Karin dengan cepat, Bima dan Karin turun dari tangga secara bersamaan, sementara Lonceng lebih memilih untuk masuk ke dalam kamar Bima sejenak, karena di situ terlihat Zeze sedang merenung duduk di atas kasur.
"Iya bentar Bu!" teriak Lonceng, ia masuk ke dalam kamar Bima.
Terlihat Zeze sedang merenung, air matanya perlaha menetes begitu saja. Zeze tidak mengerti, mengapa Bima bisa setega ini kepada anak kandungnya sendiri. Zeze sedih jika harus seperti ini, Zeze benar-benar ingin mendapatkan ruang bahagia sahaja untuk memenuhi segala kekurangan dalam hidupnya.
"Gue minta, lo jauhin Dirgantara sekarang juga. Kalau sampai nanti lo enggak jauhin Dirgantara, lo akan dapatkan siksa yang luar biasa dari pada ini semua!" Lonceng mengecam Zeze, agar Zeze segera menjauhi Dirgantara.
"Tetapi Zeze tidak bisa," ucap Zeze, seraya menangis sesenggukan.
"Gue suka sama Dirgantara, dan lo enggak berhak mendapatkan titik bahagia!" Lonceng kembali mengecam Zeze melalui perkataannya, Lonceng menekan pipi Zeze dengan kencang.
"Aww sakit Lonceng!" Zeze menjerit kesakitan.
"Harta, tahta, dunia, aku sungguh tergila-gila!" Begitulah perkataan terakhir yang dilontarkan oleh Lonceng, sampai pada akhirnya ia meninggalkan Zeze begitu saja, segera menghampiri Bima dan Karin, bergegas untuk pergi.
*****
"Ayah ibu ayo! Kita bertamasya bersuka ria dan bergembira!" ucap Lonceng sangat semangat sekali, tetapi ia begitu bahagia di atas penderitaan yang Zeze rasa.
"Sayang, kamu yakin untuk meninggalkan Zeze seorang diri saja? Kita mungkin akan pulang terbilang malam, atau bahkan besoknya. Kamu yakin Sayangku?" tanya Karin, dengan raut wajah sok peduli kepada Zeze, padahal aslinya tidak seperti itu.
"Tidak apa, biarkan saja dia menyesal atas perbuatannya," balas Bima dengan entengnya, lalu masuk ke dalam mobil diikuti dengan Karin yang duduk di kursi depan menemani Bima, sedangkan Lonceng duduk di kursi seat ke dua.
Pada akhirnya, Bima, Karin dan Lonceng berangkat liburan. Sedangkan Zeze ditinggalkan begitu saja, Cempaka yang melihat mobil keluarga Zeze berjalan, lantas sudah menduga-duga atas semua yang terjadi pada saat ini.
"Sudah gue duga, dia pengkhianat tak disangka, menghancurkan semua kebahagiaan Zelinea, sungguh ini sebuah kenyataan yang bersifat kecewa," Cempaka menghembuskan nafas pelan, memang sebelumnya juga Cempaka sudah menyangka bahwa Lonceng dan Rintikan bukanlah sahabat yang sebenarnya.
Tepat berada di sofa ruang tengah, Zeze dan Cempaka tengah bercerita. Cempaka telah menceritakan yang sebenarnya, bahwa Lonceng dan Rintikan bukan sahabat yang menerima mereka apa-adanya, malah yang ada mereka berniat menghancurkan dunia Cempaka dan Zelinea.
"Pokoknya, kita berdua harus sama-sama hancurkan dunia mereka! Cempaka dan Zelinea! Lagian juga, dari dulu gue sahabatan sama Cempaka, hanya karena terpaksa, haha!" ucap Rintikan berterus-terang, seraya terkekeh pelan.
"Gue akan mengambil alih segalanya, lo tenang aja. Perlahan tapi pasti, kita hancurkan dunia mereka berdua!" Lonceng menampilkan senyuman jahatnya, sama halnya seperti Rintikan.
"Gue enggak nyangka, ternyata mereka berdua pengkhianat semua," gumam Cempaka, ia tidak sengaja mendengar percakapan yang terlontar antara Lonceng dan Rintikan.
Cempaka kira, mereka sahabat yang sebenarnya, ternyata diam-diam mereka berniat busuk di belakangnya dan Zelinea, ini sungguh sesuatu yang tidak pernah disangka-sangka sebelumnya.
Terkadang pahitnya memang seperti itu, orang yang kita anggap dapat dipercaya, belum tentu bisa memegang segala perkataannya, terkadang kenyataannya tidak jarang ada yang selalu menusuk dari belakang, dengan cara mengejutkannya.
Sekarang Zeze paham, mengapa sewaktu semalam Cempaka mengetikkan pesan yang sedikit aneh mengenai persahabatan mereka dengan Lonceng dan Rintikan, ternyata beginilah kenyataannya dan sulit untuk disangka-sangka sebelumnya.
"Cempaka, a-aku benar-benar tidak menyangka, ternyata secara diam-diam mereka berniat menghancurkan buana kita berdua!" Zeze menangis setelah mengetahui itu semua, Zeze langsung memeluk Cempaka, kini hanya Cempaka saja yang dapat ia percaya.
"Sahabat, belum tentu bisa dianggap sahabat yang sesungguhnya, kadang kala mereka berniat menghancurkan dengan cara mengejutkannya," Cempaka berusaha menguatkan Zeze, kini Cempaka bernafas lega karena Zeze telah mengetahui semuanya, Cempaka senang bisa dipertemukan dengan sahabat sebaik Zelinea, yang menerima kehadirannya tulus apa-adanya, bukan karena ada-apanya.
To Be Continue ...
KAMU SEDANG MEMBACA
RUANG DEPRESI [ END ]
Teen Fiction"Tolong ceritakan padaku, bagaimana rasanya mempunyai keluarga yang utuh? Tolong jelaskan padaku, bagaimana rasanya hidup tanpa setitik luka yang menerpa! Aku ingin bahagia seperti mereka! Walau hanya satu kali saja!" Cinta dan Luka sama-sama Zeline...