RUANG DEPRESI|| EXTRA PART

1.4K 93 25
                                    

"Naluri seorang ibu begitu kuat keberadaannya, aku menyesal karena pernah tidak percaya atas segala sesuatu yang tengah ia rasakan, sekarang aku telah mengetahui kenyataannya, begitu pedihnya sebuah kehilangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Naluri seorang ibu begitu kuat keberadaannya, aku menyesal karena pernah tidak percaya atas segala sesuatu yang tengah ia rasakan, sekarang aku telah mengetahui kenyataannya, begitu pedihnya sebuah kehilangan."
***

Larrenisa merenung berurai air matanya, ia tengah duduk di atas kasur, setelah mengetahui semuanya kini ia paham, betapa depresinya ibunya pada saat itu. Larrenisa menyesal karena tidak pernah mengerti akan perasaan ibunya itu, selalu mengabaikan maksud Nusa, ibunya.

"Selama ini, ibu berdiam diri di dalam kamar, ibu selalu teringat akan kepergian itu, benar-benar menyakitkan Nak, ibu menyesal karena pernah egois atas segalanya, ibu hanya tidak ingin sesuatu tidak diinginkan itu terulang kembali," lirih Nusa, menatap serius anak yang kini ia miliki satu-satunya itu.

"Selama ini, ibu cipta-kan tokoh-tokoh ini semua, untuk mengenang masa hidup kakak dan kakekmu itu, sejujurnya ibu tidak sanggup menerima segala kehilangan ini semua, Bima dan Tarina benar-benar kejam," lanjut Nusa, kembali menjelaskan segala kesedihan yang dirasakan olehnya itu.

Terlihat dalam buku catatan kusam Nusa, yang bertajuk "Ruang Depresi" itu, sudah cukup jelas menggambarkan betapa sedihnya Nusa, atas segala kehilangan yang tengah menimpa hidupnya. Kini Larrenisa sadar, bahwa ia harus bisa diandalkan, harus menjaga ibunya, agar bisa kembali menjalani hidup normal seperti biasanya.

"Bagaimana ini, mengapa semuanya menjadi berantakan seperti ini!?" geramnya, menatapi segala pekerjaannya yang belum terselesaikan itu.

"Ibu, aku memanggilmu," panggilnya dengan nada lirih.

"Ibu, Zeze ingin cekali bercerita bahwa Zeze benar-benar bahagia bisa bertemu dengan teman sebaik Argana," ucap gadis anindya itu, mengutarakan perasaannya.

"Ibu?" tanyanya sekali lagi, tetap saja tidak ditanggapi oleh ibundanya yang sedang sibuk menatapi layar notebook-nya tersebut.

"Zeze! Bisa tidak kamu jangan mengganggu ibu sebentar! Ibu sedang fokus mengerjakan segala pekerjaan! Kamu ini mengganggu ibu saja!" bentaknya, sudah begitu jelas rasa egois itu terasa nyata keberadaannya.

Ibu, Zeze cuman pengen diperhatikan saja seperti Cempaka dan yang lainnya, Zeze kecepian ibu, ibu kenapa tidak mau bermain dengan Zeze, batin gadis anindya itu seraya menyeka air matanya.

"Zeze sangat bahagia sekali bisa berteman dengan Argana, ibu benar-benar menyesal Nisa, karena ibu selalu sibuk dengan segala pekerjaan dan berakhir mengabaikannya, ibu tidak ingin mengulang kesalahan yang sama," ungkap Nusa, ia benar-benar menyesal atas segala sesuatu yang telah terjadi dan tidak akan pernah bisa terulang kembali.

"Sekarang Nisa mengerti ibu, Nisa janji akan selalu mengikuti segala perkataan atau anjuran yang ibu berikan, maafkan Nisa ibu jika belum sempurna atas segalanya," balas Nisa, ia memeluk erat ibundanya itu dengan penuh rasa kasih sayang.

*****

Tentangku, berdamailah dengan diriku.

Hadirku tidak diminta, hadirku tidak diharapkan, atau bahkan diinginkan.

Semua perbedaan, terasa begitu nyata, semenjak kehadirannya yang merusak, segala suasana.

Hingga aku, dihadapkan oleh sesuatu yang tidak disangka-sangka sebelumnya.

Tentang aku, yang selalu di pandang sebelah mata, tentang aku yang merasakan pedihnya kehilangan.

Siksaan yang tak diinginkan selalu menerpa, tentangku yang selalu menjadi pelampiasan, tentangku yang selalu dikekang dan disalahkan.

Bantu aku, keluar dari RUANG DEPRESI, jauhkan aku dari kelamnya dunia yang terasa begitu menyakitkan.

Aku harap, semoga bahagia datang jua. Tanpa ada paksaan, serta drama tidak berguna saja di dalamnya.

Tentang aku, yang berusaha berdamai dengan diriku, tentang aku yang berusaha berdiri kokoh, saat jatuh dari segala keterpurukkanku.

-Zelinea Chintya Lestari-

"Ibu ..., Nisa benar-benar terharu dan sangat terbawa suasana sekali setelah membaca penggalan surat yang ibu ciptakan ini," Nisa mengutarakan perasaannya, setelah membaca surat depresi tersebut.

"Kamu bisa saja, eh iya kamu sudah remaja Nak, kalau ibu boleh tahu apa mimpimu yang akan kamu kejar? Menjadi seorang desainer ternama, programer, atau apa?" tanya Nusa, kepada anaknya itu.

"Nisa ingin menjadi seoang penulis ibu, yang insyaallah karyanya itu bisa bermanfaat, menginspirasi, dan memotivasi semua orang," tutur Nisa, menjawab jujur apa-adanya.

"Ibu terharu, bagaimana kalau kamu membuat cerita mengenai Ruang Depresi ibu selama ini? Kita sama-sama mengenang Zeze dan Kakek Anton, kita buat karakter Dirgantara, Rintikan, dan lainnya menjadi nyata, kisahnya memotivasi semua, dan akan terkenang abadi selamanya," Nusa mengajak anaknya itu, untuk membuat salah satu cerita yang memberikan pesan berharga untuk kita semua.

"Aku bersedia ibu, kita ciptakan sebuah plot twist yang tidak terduga," balas Nisa, ia kembali memeluk ibunya dengan penuh rasa kasih sayang sepanjang masa.

Kini Larrenisa memulai semuanya dengan penuh rasa semangat untuk bangkit dalam diri mereka, mereka berdua yakin bahwa skenario kuasa akan indah, bagi setiap orang yang mau menghargai segala prosesnya, mungkin kini cerita yang akan mereka buat mengenai Ruang Depresi, akan membantu orang-orang yang terpuruk, agar mau bangkit, dan memulai semuanya menjadi pribadi yang lebih baik lagi dari sebelumnya.

Karena pada dasarnya perjalanan hidup itu segala sesuatu yang harus kita jalani, bukan segala perlarian yang kita lakui. Tokoh-tokoh dalam cerita Ruang Depresi akan selalu teringat, dan terkenang abadi selama-lamanya dalam sebuah karya yang tidak terduga.

Cinta dan luka sama-sama ia rasakan, segala sesuatu yang telah terjadi tidak dapat terulang kembali, jika semua kehendaknya sudah tercatat jelas seperti itu, mau tidak mau suka tidak suka, sanggup tidak sanggup, kita harus berusaha menerima segala kenyataannya.

"Naluri seorang ibu begitu kuat keberadaannya, aku menyesal karena pernah tidak percaya atas segala sesuatu yang tengah ia rasakan, sekarang aku telah mengetahui kenyataannya, begitu pedihnya sebuah kehilangan," ucap Larrenisa pelan, kini ia sadar bahwasanya kasih sayang seorang ibu itu begitu tulus, tidak terkira banyaknya.

Sampai jumpa di karya author selanjutnya! Jangan lupa mampir ke Possessive Cogan, MILKY dan MILKY 2, Ya😉

RUANG DEPRESI [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang