09|| Phobia Sosial

1.4K 161 46
                                    

"Semakin lama, aku semakin takut bertemu dengan sesiapa, karena trauma

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Semakin lama, aku semakin takut bertemu dengan sesiapa, karena trauma. Takutnya, sifatnya tetap sama seperti sebelumnya."
***

"Malam ini, Bima akan pulang, dan kamu jangan berbicara yang bukan-bukan, mengerti!?" bentak Karin, menegaskan Zeze, agar ia akan selalu mengikuti perintah yang Karin berikan.

"Paham Tante," balas Zeze, seraya tertunduk pelan.

"Panggil saya ibu! Jangan tante! Dasar anak yang tidak sopan!" bentak Karin, sekali lagi. Selepas itu ia langsung keluar dari kamar Zeze, entah Karin akan berpegian ke mana lagi, Zeze justru senang jika Karin tidak ada di rumah, karena Zeze bisa meluangkan waktunya sebentar, untuk menyenangkan dirinya sendiri, dengan membaca buku novel tentunya.

"Novel MILKY itu seru banget, aku sampai enggak bosan-bosan bacanya, katanya juga ini naik jadi buku best seller, rumornya ada pihak production film yang akan mengadaptasi novel ini, menjadi sebuah film layar lebar," ucap Zeze, ia tengah fokus membaca buku kesukaannya tersebut, saking serunya, Zeze begitu mendalami tokoh Mila dalam cerita tersebut.

"Ternyata seru yak, enggak ada Karin. Lelah batinku, kalau ada dia melulu. Bahagia enggak, lelah sama keadaan iya. Karin selalu merasa paling berkuasa, sungguh itu adalah hal yang begitu menyebalkan," gerutu Zeze, tiba-tiba saja kesal, jika mengingatkan kembali sosok Karin yang selalu merasa paling berkuasa.

Zeze masih membaca buku novel tersebut dengan asyiknya, Zeze tengah membaca bab yang berjudul "Martabak, Kamu, Dan Kenangan 5." Zeze sedih, ketika membaca scene di mana ada Stevanka dan Verrel, pokoknya scene itu, Zeze merasa pembawaan narasi serta dialognya begitu berasa ke dalam dada, dan terkenang kisahnya dalam ingatan.

Karena sedikit jenuh jika berada di dalam kamar saja, akhirnya Zeze memutuskan untuk membaca di belakang halaman rumanya, karena di sana ada pohon mangga yang sangat menyisakan berbagai macam kenangan bagi seorang Zelinea Chintya Lestari, disebut Zeze.

Sekarang Zeze sudah berada dia area sekitar belakang rumahnya, Zeze menatap pohon mangga tersebut dengan penuh makna, seketika Zeze teringat akan sebuah kenangan bersama Kakek Anton, yang tidak akan pernah Zeze lupakan.

*****

"Nah lanjut baca lagi, deh." Sederhana seperti ini saja, Zeze bahagia. Bisa membaca buku bacaan yang ia sukai dengan tenang, tanpa ada yang mengusiknya sedikitpun.

"Ze!" seru Cempaka, perlahan mulai menghampiri Zeze.

"Loh, kamu?" tanya Zeze, setelah Cempaka selesai menghampirinya.

"Ze, aku mau-" Cempaka langsung duduk di samping Zeze, kini mereka berdua tengah berteduh di bawah pohon, dalam keadaan yang sama-sama membawa buku novel kesukaan.

"Ada apa?" tanya Zeze.

"Woaaah! Novel MILKY! coba gue pinjam! Nih lo baca novel punya gue Ze!" Cempaka langsung merebut buku novel yang tengah dibaca oleh Zeze, lalu Cempaka perintahkan kepada Zeze untuk membaca buku humor miliknya, bertukar bacaan ceritanya.

"Seru banget 'kan Cempaka, ceritanya?" Zeze bertanya kepada Cempaka.

"Iya seru banget! Sampai enggak bosan-bosan aku bacanya, ini aku baru baca bab awal sih, tapi ya, gitu. Intinya seru banget!" balas Cempaka dengan cepatnya.

Akhirnya mereka berdua langsung membaca buku secara bersama-sama, Cempaka memperhatikan raut wajah Zeze, seperti ada yang berbeda.

"Ze, lo kenapa? Kok kayak yang sedih?" tanya Cempaka pensaran, terlihat raut wajah Zeze yang perlahan mulai berubah, seperti orang kelelahan menanggung beban, ada masalah namun tidak tahu harus bercerita kepada siapa.

"Aku enggak kenapa-kenapa," balas Zeze, seraya tersenyum tipis. Lagi dan lagi, Zeze berbohong bahwa dirinya sedang tidak baik-baik saja, tetapi memaksa untuk baik-baik saja, terkadang memang seperti itu, ada rapuhnya orang tegar yang tidak kita sangka sebelumnya.

*****

"Cempaka boleh aku berkata jujur?" Zeze memohon, agar Cempaka mau mendengar segala keluh kesahnya.

"Boleh, Silakan." Cempaka sedang fokus membaca buku novel.

"Semakin lama, aku semakin takut bertemu dengan sesiapa, karena trauma. Takutnya, sifatnya tetap sama seperti sebelumnya." Zeze berkata jujur apa-adanya, hal itu membuat Cempaka yang berada di sampingnya, terkejut mendengarnya.

"Maksud kamu Ze?" tanya Cempaka penasaran.

Zeze mulai membisikan semuanya, kepada telinga Cempaka. Bermaksud agar Cempaka tahu, bahwa baru saja kemarin saat pesta di hari ulang tahun Rintikan, Zeze mengalami hal tak diinginkan.

"Waktu di ulang tahun Rintikan, aku di dorong, tidak tahu oleh siapa, dan aku berharap semoga MahaKuasa menghapus segala dosa-dosanya," ucap Zeze berterus terang, seraya menghembuskan nafas secara perlahan, Zeze tidak tahu siapa dia, yang jelas Zeze sudah memaafkannya.

"Loh kok bisa!? Kebangetan itu orang, kalau gue tahu nih ya Ze. Udah gue jambak itu orang!" kesal Cempaka, setelah mengetahui sesuatu yang Zeze ungkapkan.

Kemarin malam, pada saat pesta ulang tahun Rintikan, sewaktu Zeze ingin mengambil sebuah makanan, ada seseorang yang mendorongkannya, hingga terjatuh dan malu, Zeze tidak tahu siapa dia. Zeze tidak sempat melihat orang yang mendorong tubuhnya itu, hal itu membuat Zeze sedih, dan Zeze merasa sudah dipermalukan karena telah ditertawakan.

"Kamu enggak boleh phobia sosial Ze! Tenang ada Cempaka, apapun yang berhubungan sama kamu, baik itu orang yang ganggu kamu, enggak suka sama kamu, cerita sama Cempaka! Karena Cempaka adalah sahabat kamu yang paling setoa!" tegas Cempaka panjang lebar, drngan disertai rasa semangat yang begitu dalam.

"Tumben pake aku, biasanya gue, udah enggak apa. Btw bukan setoa woyyy, setia kali. Makasih banyak ya Cempaka, emang dari waktu kecil, kamu udah mau bersahabat sama aku, dan menerima aku apa-adanya, kamu sama baiknya seperti Argana," Zeze tersenyum ke arah Cempaka, begitu beruntungnya Zeze mendapatkan sahabat sebaik Cempaka.

"Eh setia! Setia! Bukan setoa!" lanjut Cempaka dengan cepatnya.

"Iya-iya," balas Zeze pelan.

"Gue janji sama lo, Ze! Apapun keadaannya, apapun masalahnya, pokoknya jangan sampe ada kata permasalahan di antara persahabatan kita, yang sudah terjalin lama," Cempaka memberitahukan itu semua kepada Zeze, membuat Zeze terharu dan merasa lebih bersemangat.

"Sahabat selamanya, menerima apa-adanya, bagaimana pun keadaannya," balas Zeze, akhirnya Zeze dan Cempaka ber-toss tangan. Zeze begitu bahagia, memiliki sahabat seperti Cempaka, yang selalu ada untuknya dan menerima Zeze apa-adanya.

Terharu banget author, terimakasih buat 500 readers-nya ya! Sukses selalu buat kalian semua, kalau ada yang mau gabung grup chat Readers AL, Dm Al aja ya, jangan sungkan😉

RUANG DEPRESI [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang