"Setelah kepergian ibu, ayahku menikah lagi Bu. Zeze bingung, satu sisi mungkin itu memang benar-benar keputusan ayah, tetapi entah mengapa setelah aku menyetujui itu semua, mulailah segala perbedaan itu terasa," ungkap Zeze, kepada Detara, berkata jujur apa-adanya.
"Kamu yang sabar ya, Nak. Kamu anak yang baik dan tegar, ibu yakin kamu bisa menjalani semuanya," Detara memberikan senyuman kepada Zeze, berusaha untuk menguatkan Zeze.
"Ibu Didi sama hal-nya seperti almarhum ibuku, beliau sangat sayang sekali kepadaku, bahkan senyuman ibu Didi sama persis seperti ibuku," gumam Zeze, berada di dekat Detara Zeze merasa seperti melihat kembali kehadiran ibunya itu.
"Ze, berhati-hatilah dengan kondisi mental dan fisik kamu, harus kamu jaga selalu. Jangan diasingkan begitu saja. Ibu lihat, mata kamu seperti mengantuk, lalu kantung matamu terlihat sedikit menghitam, apa mungkin sedang ada masalah yang sulit untuk kamu sampaikan?" tanya Detara, ia terheran-heran sekali dan baru sadar, bahwa raut wajah Zeze seperti terlihat lelah dan lesu.
"Biasa Bu, ini mah habis bergadang mengerjakan tugas, makanya jadi kelihatan seperti lelah dan lesu begini," Zeze membohongi dirinya sendiri, dan juga Detara, Zeze berkata seolah-olah sedang baik-baik saja, padahal kenyataannya tidak seperti itu.
Belakangan ini, Zeze sedang mengalami gejala insomnia. Di mana keadaan tersebut membuat dirinya sulit untuk tertidur dengan pulas, terkadang emosional Zeze tiba-tiba saja sulit dikontrol, hal itu menyebabkan rasa ingin menyakiti dirinya sendiri perlahan timbul.
"Ze, jujur sama ibu. Kamu tidak pernah menjelma sebagai pelaku self harm bukan? Bahwa kamu tidak pernah menyakiti dirimu sendiri 'kan?" tanya Detara, menatap serius Zeze mengenai persoalan ini.
Zeze bingung harus berkata jujur atau tidak, Zeze tidak ingin Dirgantara mengetahui ini semua, karena Zeze tidak ingin Dirgantara menjadi khawatir akan keadaannya yang sebenarnya, jadi terpaksa Zeze menutupi kebenaran ini semua, bahwasanya kenyataannya ia sedang tidak baik-baik saja.
"Zeze baik-baik saja Bu, bahkan semenjak ada Dirgantara, Zeze merasa sangat bersemangat sekali. Zeze pokoknya bersyukur banget bisa dipertemukan dengan Dirgantara, eh iya Bu. Kalau sewaktu-waktu Didi enggak nurut sama perkataan ibu, kabari Zeze ya, Bu. Biar Zeze tegur dia, agar tidak melakukan kesalahan yang sama, hehe," ucap Zeze, dengan sedikit nada candaannya.
"Syukurlah kalau seperti itu, ibu senang mendengarnya, semoga kamu akan selalu bahagia dan baik-baik saja," Detara memberikan senyuman kepada Zeze, ia lega mendengarnya, jika Zeze katanya sedang baik-baik saja.
"Tapi kamu harus ingat, Nak!" tegas Detara kepada Zeze, ia akan menyampaikan sesuatu.
Ibu sama Zeze Sayang, lagi ngobrolin apa ya? Didi penasaran banget, tapi No! Didi harus selesaikan bikin bubur kacang hijau dan ketan hitam kesukaan Zeze ini, semangat tetap semangat! batin Dirgantara, setelah bertanya-tanya yang berada di dalam benaknya, Dirgantara kembali bersemangat membuat makanan yang sangat disukai oleh kedua orang yang ia sayangi, dan begitu ia cintai.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUANG DEPRESI [ END ]
Fiksi Remaja"Tolong ceritakan padaku, bagaimana rasanya mempunyai keluarga yang utuh? Tolong jelaskan padaku, bagaimana rasanya hidup tanpa setitik luka yang menerpa! Aku ingin bahagia seperti mereka! Walau hanya satu kali saja!" Cinta dan Luka sama-sama Zeline...