23|| Hancurnya Dunia Zelinea

1.2K 111 50
                                    

"Ketika seseorang, yang aku anggap sebagai pembawa bahagia, terasa begitu nyata, dan sungguh aku percaya, kini malah menghancurkanku dengan cara tidak sopannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ketika seseorang, yang aku anggap sebagai pembawa bahagia, terasa begitu nyata, dan sungguh aku percaya, kini malah menghancurkanku dengan cara tidak sopannya."
***

Pada jam istirahat berlangsung, Zeze dan Cempaka memilih untuk jajan ke Kantin berdua saja, setelah mengetahui Lonceng dan Rintikan telah mengkhianati mereka berdua dari belakang.

"Roti awan ini enak banget ya Ze! Beruntung banget di Kantin sekolah kita ada jajanan kayak begini! Jadi enggak perlu deh namanya harus repot-repot ke Mall, kalau emang bener-bener pengen beli ini roti!" ucap Cempaka, dengan penuh rasa semangat sekali.

"Iya kamu benar Cempaka! Ini itu rasanya enak banget, enggak tahu kenapa aku makin betah buat jajan di Kantin, semenjak ada roti awan ini, hehe," balas Zeze seraya terkekeh pelan, kini mereka berdua sama-sama memancarkan senyuman manisnya.

"Widih kayak yang seru nih," Lonceng dan Rintikan datang, lalu menatap Zeze dan Cempaka sangat serius.

"Asal lo tahu aja ya Cempaka, dari kecil juga gue udah bilang sama lo bodoh! Jangan pernah mau main sama Zeze, gue jamin lo bakalan nyesel kemudian karena telah anggap perkataan gue angin lalu!" Rintikan menekan kedua pipi Cempaka secara tiba-tiba, diikuti dengan Lonceng, kini ia tengah berusaha menghantui pemikiran Zeze.

Cempaka langsung mengeplak pipi Rintikan, ia berusaha untuk tegas menanggapi ini semua, Cempaka yakin ini semua hanya sebatas omong kosong Lonceng dan Rintikan saja, berniat mengadu dombakan, jadi Cempaka tidak boleh percaya begitu saja, dengan segala perkataan mereka berdua.

"Dasar bangsat! Pengkhianat! Perempuan enggak tahu diri!" sentak Cempaka kesal, bagi Cempaka perlakuan Rintikan itu tidak sopan.

"Jaga omongan lo, ya!" sela Lonceng, menegaskan.

"Apa lo, apa!?" Cempaka tidak mau kalah.

Zeze terdiam tidak tahu harus berkata apa, bahkan bisa jadi hari ini juga Lonceng berniat menghancurkan segalanya, agar semua tidak percaya kepada Zeze, bahkan bisa jadi akan membenci Zeze.

"Gue sih terserah gitu ya, nanti juga lo yang nyesel sendiri karena terlalu percaya sama dia!" ucap Lonceng sewot, dengan nada penegasannya.

"Lonceng cukup ..., untuk segala drama tidak bergunamu ini," lirih Zeze, kini air matanya mengalir jelas diperlihatkan di depan semua orang.

Siswa dan siswi yang melihat keributan di Kantin pun langsung tertuju dan masing-masing saling bertanya-tanya tentang segala sesuatu yang telah terjadi, Zeze merasa sebentar lagi ia akan dipermalukan habis-habisan oleh Lonceng dan Rintikan.

"Ada apa ya itu?"

"Ra, itu ada apaan sih ribut-ribut?"

"Padahal nih ya, setahu gue mereka itu sahabatan!"

"Iya enggak tahu apaan sih itu, tapi gue kepo!"

Pertanyaan-pertanyaan tersebut, terdengar jelas pada kedua pasang telinga, Zeze bingung harus berbuat apa selain bisa pasrah, tanpa berkutik sedikitpun karena takut Lonceng akan semakin menyiapkan segala cara yang bersifat melenceng.

RUANG DEPRESI [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang