06|| I'am (Not) Fine 2

1.8K 187 64
                                    

"Bolehkah Zeze bertanya? Kapan kebahagiaan itu berpihak pada Zeze semesta? Buana aku sudah tidak sanggup menahan segala nestapa menerpa, tapi apalah daya, aku hanya seorang manusia biasa, harapku hanya satu, tolong berikan aku bahagia, dalam sisa ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bolehkah Zeze bertanya? Kapan kebahagiaan itu berpihak pada Zeze semesta? Buana aku sudah tidak sanggup menahan segala nestapa menerpa, tapi apalah daya, aku hanya seorang manusia biasa, harapku hanya satu, tolong berikan aku bahagia, dalam sisa waktu hidupku ini," lirih Zeze, air matanya mengalir deras, jika Zeze boleh jujur kepada semua, bahwa selama ini Buana Zeze sedang tidak baik-baik saja.

"Ze! Ini gue!" teriak seseorang memanggil nama Zeze, Zeze langsung menghapus segala air matanya, ia tidak ingin semua mengetahui segala kesedihannya.

"Zeze, harus senyum. Zeze baik-baik aja, mereka enggak boleh mencemaskan Zeze," ucap Zeze dengan pelan, dengan cepatnya Zeze keluar dari kamarnya yang berada di lantai atas, menuruni tangga dan segera menghampiri seseorang yang berada di luar sana.

Sesampainya Zeze di bawah, ia langsung membukakan pintu masuk, ternyata yang datang adalah temannya, teman terbaiknya.

"Cempaka," Zeze tidak menyangka, Cempaka akan menghampirinya, Zeze teringat perintah yang diberikan oleh Karin untuk Zeze, begitu banyak sekali.

"Ze, are you okay?" tanya Cempaka, curiga.

Cempaka Ratu Ambrosia namanya, salah satu manusia yang benar-benar mau menerima Zeze apa adanya, Zeze merasa sangat beruntung, mempunyai salah satu teman atau disebut juga sebagai sahabat, contohnya Cempaka. Jarak antara rumah Zeze dan Cempaka, tidak terbilang jauh, malah berhadap-hadapan namun berjarak sedikit.

"Aku enggak apa-apa, kok," lagi dan lagi, Zeze berbohong bersikap bahwa seolah-olah dirinya sedang baik-baik saja, nampak tidak ada keluh kesah.

"Ta-tapi Ze!" ucapan Cempaka terpotong, Zeze langsung menyela, sambil berkata. "Aku enggak apa-apa, serius deh. Ayo masuk, kamu langsung duduk di sofa depan aja ya Ka, nanti aku buatkan kamu teh manis dulu."

Cempaka mulai curiga, selama ini Zeze seperti sedang menyembunyikan sesuatu darinya, tetapi Zeze tetap kuat untuk menahan segala rasa sakitnya.

"Sampai kapan aku harus bersikap berpura-pura seperti ini, seolah-olah semuanya baik-baik saja, padahal tidak. Aku hanya tidak ingin semua terlihat risau, walaupun itu semua belum tentu benar kenyataannya," lirih Zeze, sambil mengaduk teh manis manis tersebut menggunakan sendok secara perlahan.

Usai sudah membuat teh manis untuk Cempaka seorang diri saja, sementara untuk Zeze sendiri, tidak. Zeze takut Karin murka, karena semua ada batasan yang Karin berikan kepada Zeze.

"Semoga Cempaka tidak mencurigaiku," kata Zeze pelan, ia sangat berharap banyak semoga Cempaka tidak curiga, bahwasanya Zeze sedang tidak baik-baik saja.

Zeze menghampiri Cempaka, lalu metelakkan gelas antik yang isinya teh manis, yang berada pada nampan. Seusai itu, Zeze langsung duduk di samping Cempaka.

Cempaka menyeruput teh manis, yang dibuatkan oleh Zeze, rasanya sangat manis sekali, tetapi dalam takaran yang benar-benar pas.

Zeze nampak terlihat melamun di kedua pasang mata Cempaka, lantas hal itupula membuat rasa curiga yang berada dalam diri Cempaka semakin menerka-nerka.

"Ze, apa lo baik-baik saja?" Cempaka bertanya kembali, karena rasa curiga yang Cempaka rasakan kepada Zeze semakin menjadi-jadi.

"Aku baik-baik saja, kamu enggak usah khawatir Cempaka, nih aku senyum nih. Aku enggak apa-apa, serius deh!" Zeze berusaha meyakinkan Cempaka, sementara Cempaka masih tetap saja curiga.

I'am not fine. batin Zeze, berkata lain dengan kalimat langsung yang ia ucapkan tadi kepada Cempaka, memang benar adanya bahwa Zeze itu, seorang remaja perempuan yang pandai sekali menutupi rasa sedihnya dalam-dalam.

*****

"Malam nanti, ulang tahun Rintikan. Apa lo mau ikut, Ze?" tanya Cempaka kepada Zeze.

Untuk membalasnya saja Zeze tidak tahu, bahkan arti kebersamaan saja jarang ia dapatkan, seketika Zeze teringat akan masa kecilnya yang kelam.

Kedua orang-tuanya tidak memperdulikannya, terkecuali Kakek Anton. Zeze benar-benar merindukan Kakek Anton, entah kapan Zeze bisa kembali bertemu dengan Kakek Anton.

"Eh Ze, gue pulang dulu ya! Ayah sama Ibu baru aja belikan baju buat Cempaka, intinya lo jangan lupa ke ulang tahunnya Rintikan malam ini, ya!" tegas Cempaka sekali lagi, mengingatkan Zeze.

"Iya siap, selamat berbahagia," balas Zeze, begitu beruntungnya Cempaka, tidak seperti nasib Zeze yang penuh dukanya daripada sukanya.

Cempaka keluar dari rumah Zeze, langsung saja menghampiri kedua orang-tuanya dengan cepatnya.

Zeze langsung melihat dari dalam, lewat jendela rumahnya, Zeze melihat Cempaka dipeluk oleh kedua orang-tuanya.

"Kapan kebahagiaan seperti itu berpihak pada Zeze, bertahun lamanya Zeze memendam rasa sedih ini, namun tak ada yang peduli sama sekali," lirih Zeze, air matanya mengalir seketika, dadanya terasa sesak sekali merasakan segala nestapa yang harus dihadapi olehnya, entah kapan ini semua akan berakhir? Atau memang sudah seperti ini alur kisahnya.

Sampai jumpa di bab selanjutnya, jangan lupa share ke teman-teman kalian ya. Biar kita dapat pembelajaran bareng-bareng, aamiiin allahumma aamiiin.

RUANG DEPRESI [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang