Seorang wanita muda berwajah asia, mendekap seorang bayi yang tertidur pulas. Sementara suaminya, berlarian mengunci seluruh jendela dan pintu masuk ke dalam rumah. Setelahnya dia mengucapkan mantra pengunci pintu. "Coloportus!"
"Ginny, cepat sembunyikan dia!" pria itu berteriak kepada istrinya yang mematung sambil terus menangis ketakutan.
"Jacob, sebaiknya kita memberitahu James dan Lily. Ini ..." wanita itu menatap suaminya.
"Tak ada waktu lagi, Ginny. Cepat sembunyikan Rosemary!" Jacob sedikit berteriak. Tangannya mengacungkan tongkat sihir ke arah pintu.
Wanita yang dipanggil Ginny itu berlari meninggalkan suaminya di ruang tamu. Dia berusaha mencari apapun yang bisa dia gunakan untuk menyembunyikan putrinya. Ruang demi ruang dia masuki, hingga wanita itu mendengar suara pintu terbanting yang sangat keras dari ruang tamu. Suara itu tentu saja membangunkan bayinya.
Wanita itu bergegas mengambil sebuah botol ramuan kecil dari sebuah lemari di dapur dan meminumkannya beberapa tetes pada bayi mungil itu. Setelah memastikan bayinya tertidur, dia segera meletakkan bayinya pada keranjang makanan di sebelah lemari dapur, dan menutupinya dengan beberapa lembar kain. Setelah memastikan bayinya aman, wanita itu kembali berlari ke ruang tamu.
"Avada kedavra!" Dia mendengar sebuah seruan dari arah ruang tamu. Segera dia mempercepat langkahnya. Namun apa yang dilihatnya adalah suaminya yang sudah terkapar kaku di lantai, dihadapan seorang berjubah hitam yang berdiri diambang pintu.
Menyadari ada orang lain di situ, orang itu menatap Ginny. Wanita itu ketakutan setengah mati. Dari tudung yang menutupi kepalanya, orang itu terlihat sedang tersenyum jahat. "Kau seorang Maledictus." Ujarnya membuat wanita itu membatu.
Langkah demi Langkah membuat pria bertudung itu mendekati Ginny. "Jadilah pengikut setiaku. Maka aku tak akan menyentuhmu. Atau putrimu..." dia berbisik di akhir kalimatnya. Wanita itu terbelalak. Pikirannya dipenuhi dengan putri semata wayangnya.
"Kau membunuh suamiku!" lirihnya. Air matanya mengalir deras.
"Karena Jacob Potter bodoh. Dan aku tidak menyukai orang bodoh." ujar pria itu. Semakin lama, langkahnya semakin mendekati Ginny.
"Kenapa kau pikir aku akan mengikutimu?" tanya wanita itu dengan suara parau.
Orang itu tersenyum. "Karena aku tahu, kau wanita pintar... Kau tidak akan membiarkan bayimu membayar nyawamu."
"Menjauh dari bayiku!" seru wanita itu tegas.
"Artinya kau setuju bergabung denganku... hahahaha" orang itu tertawa keras.
Wanita itu menutup matanya. Berusaha menghalau pikiran buruk tentang 'bagaimana jika tiba-tiba Rosemary terbangun dan orang itu menemukannya?'.
***
"Molly?" Arthur Weasley menatap istrinya setelah membaca surat dari Dumbledore.
Molly menggendong bayi itu dan berkata dengan ragu. "Tapi, kita punya tiga bayi sekarang."
Arthur menghampiri istrinya, memeluknya dan memberinya kecupan di kening. "Kau sangat menginginkan bayi perempuan, kan? Dia akan menjadi anak perempuan pertama kita." ujarnya.
Molly menatap suaminya. "Pertama?"
"Kita akan punya anak perempuan sendiri. Kuharap... Tapi jika tidak, kita masih punya dia." Arthur tersenyum pada istrinya.
Molly juga menyunggingkan senyumnya. "Siapa namanya?" tanyanya.
"Di sini tertulis.. Rosemary Potter." Arthur menjawab sembari menatap surat di tangannya.
"Tidak, tidak. Dia tidak boleh menjadi Potter sampai kita yakin dia siap. Terlalu berbahaya jika orang lain tahu siapa dia. Aku tidak bisa mempertaruhkan nyawanya." Molly menatap bayi itu.
"Kita akan membuatnya menjadi Weasley. Kita punya bayi Ron dan bayi Rose. Bagaimana menurutmu, sayang?"
"Baiklah. Kita panggil dia Rose Weasley." Ujar Arthur.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROSEMARY POTTER and The Year She Found Herself
Fanfiction[BOOK 1] Mengetahui dirinya adalah satu dari Dua Potter yang Hidup, membuat Rose harus merelakan kenyataan bahwa keluarga yang selama ini mengasuhnya bukanlah keluarga yang sebenarnya. Sama seperti Harry yang dititipkan pada keluarga pamannya, Dumbl...