Orang yang gak bisa menggunakan otaknya selalu memanfaatkan orang lain buat kepentingannya
RanggaNugraha
Siska, Siren dan Natasya kembali ke kelas dan duduk di tempat masing-masing, Siska terkejut saat kursi miliknya di duduki oleh Amel wajahnya langsung memanas.
'Gbrak' Siska menggebrak mejanya membuat Rangga dan Amel tersentak kaget berbarengan.
"Ngapain, lo duduk si kursi gue?" Amel tertunduk, mendengar bentakan dari Siska.
"Sorry, gue cuman seben...." Siska memotong penjelasan Amel.
"Sekarang, lo ke kursi lo sendiri, cepet!" Amel langsung bangkit dari kursinya namun, Siska menahan tangan Amel.
"Bentar." Siska membuka tasnya dan memberikan sebuah buku.
"Kerjain tugas gue, habis istirahat harus selesai." Amel mengangguk dan meraih buku yang di sodorkan Siska, Rangga hanya diam menyaksikan dan tersenyum sinis.
Siska duduk di kursi yang berada disebelah Rangga, sebenarnya ada rasa sesal karena kemarin membiarkan Rangga duduk satu meja dengannya.
Pa Fauji memasuki kelas, sesi belajar mengajar berjalan seperti biasanya Pa Fauji menerangkan murid-murid mendengarkan dan mencoba memahami namun, terkecuali Siska ia justru sibuk dengan pikirannya sendiri berpikir keras agar ia bisa melampiaskan kekesalannya pada Rangga.
Bel Istirahat berbunyi seluruh murid berhamburan keluar kelas, kebanyakan mereka menuju kantin sekolah. Siska, Siren dan Natasya juga memiliki tujuan yang sama yaitu, kantin sekolah ketiganya berjalan dengan angkuh melewati koridor mereka selalu menjadi pusat perhatian. Kemanapun kaki mereka melangkah disitulah mata mengarah pada mereka, beberapa murid memberi tatapan kagum, tatapan tidak suka bahkan tatapan ketakutan.
Setibanya di kantin, pandangan Siska langsung terarah pada Rangga yang duduk di salah satu kursi paling ujung dan sedang fokus pada laptopnya, entah Siska mendapat bisikan dari mana ia mendekat kearah Rangga dan berdiri didepannya, Rangga mendongakkan kepalanya menatap Siska singkat dan kembali fokus pada laptopnya.
"Lo lupa, lo masih punya hutang sama gue." Rangga menaikan sebelah alisnya, Siska memutar bola matanya malas.
"Lo belum ganti, handphone gue yang kemaren lo banting," lanjutnya.
"Oh," jawab Rangga acuh.
'Gbrak' Siska menggebrak meja didepannya.
"Lo punya kuping apa gak sih." Bentak Siska, Rangga beranjak dari duduknya dan mendekat kearah Siska menatapnya dingin, Siska tak ingin kalah ia menatap Rangga dengan tatapan menantang.
"Mana alamat rumah lo?" Siska mengerutkan kedua alisnya.
"Buat apa?"
"Lo mau gue ganti handphone lo 'kan, yaudah sini alamat lo!" Siska berpikir sejenak dan akhirnya ia merebut pulpen, yang berada dikantong baju Rangga setelahnya ia menarik tangan Rangga dan menuliskan alamat rumahnya di sana.
"Harus! lo yang nganterin, kalo kurir yang nganter gue gak terima." Tegas Siska, namun Rangga tidak menanggapinya ia justru berjalan melewati Siska.
Natasya dan Siren berjalan mendekat kearah Siska.
"Sis lo kenapa? minta ganti lo kan bisa beli lagi sendiri atau minta bokap lo pasti langsung di turutin."Tanya Natasya Siska hanya menaik turunkan pundaknya.
"Udah lah, Tasya gue tau pasti Siska punya maksud tersendiri." Natasya hanya mengangguk menanggapi ucapan Siren.
"Nah, Siren aja ngerti." Siska duduk di kursi kantin dan memesan beberapa makanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Siska (Complete✅)
Teen FictionTAHAP REVISI (Jangan lupa follow akun author sebelum membaca) Tokoh utama cerita ini memiliki sifat dan watak yang buruk tidak untuk ditiru. Namun, memiliki paras yang cantik bisa untuk dikagumi. Seorang Siska Gadis berparas cantik dan licik dengan...