Aku kira aku beda dari yang lain ternyata sama aja kamu cuman jadiin pelampiasan disaat gabut doang
Bastian
Siska terus menatap kedua murid yang berdiri membelakangi papan tulis dan menghadapnya, keduanya sama-sama berkaca mata mereka adalah murid pindahan dari Jakarta.
"Lo kenapa gak bilang! murid barunya ada dua cowok cewek sih," bisik Siska pada Natasya yang duduk disampingnya.
"Yah mana gue tau, gue cuman dapet info itu."
Siska kembali menatap lelaki didepannya dan ternyata lelaki tersebut juga sedang menatapnya dengan tatapan dingin.
"Ck, gaya banget natap gue gitu," celetuknya sambil memutar bola mata malas.
"Oke Rangga dan Amel kalian cari tempat duduk yang kosong," titah Pak Sarip, Amel mengangguk dan duduk di barisan paling belakang di samping wanita yang bernama Dinda.
"Rangga kenapa kamu gak duduk, kamu bisa duduk di samping Siren di sana kosong."
"Saya mau duduk disitu pak." Rangga menunjuk kearah Natasya yang duduk disebelah Siska.
"Gak bisa dong ini tempat gue, siapa lo nyuruh gue pindah?" Natasya melipat kedua tangannya didepan perut dengan angkuh.
"Lo pindah sama Siren," bisik Siska pada Natasya.
"Loh kok gitu sih Sis." Siska menatap Natasya tajam membuat Natasya bergidik ngeri dan segera bangkit dari duduknya dan pindah ke meja Siren.
"Boleh, silahkan duduk." Siska menepuk bangku kosong di sampingnya sambil memberi senyum licik kearah Rangga.
"Yasudah, cepat kamu duduk Rangga." Rangga berjalan dan duduk di samping Siska.
Siska menggunakan tangan kanannya untuk menyangga dagunya dan menatap Rangga.
"Gue harap, lo gak akan nyesel duduk didekat gue," ucapan itu lebih terdengar seperti ancaman di telinga namun, tidak bagi Rangga ia justru menganggapnya seperti angin lewat karena ia tak menangapi ataupun membalas tatapan Siska.
Sesi belajar mengajar berjalan seperti biasanya, begitupun Siska selalu memainkan game dengan menyembunyikannya dibawah kolong meja, sedangkan teman sebangkunya yang baru, mencatat dengan serius.
"Lo bisa berhenti main game!" ucap Rangga lirih agar tidak terdengar yang lainnya.
"Gue gak bisa, tapi kalo lo bisa bikin gue berhenti coba aja!" tantang Siska, tiba-tiba saja Rangga merebut ponsel Siska dan membanting kelantai.
Kini Rangga menjadi pusat perhatian seluruh murid di kelas menatapnya, begitupun Pak Sarip yang menghentikan kegiatan mencatat dipapan tulis dan menatap Rangga.
Wajah Siska memerah, ia kaget sekaligus geram berani sekali Rangga membanting ponselnya begitu saja.
'Gbrak' Siska menggebrak meja dan mencengkram kerah seragam Rangga dan memukul pipi kirinya, seluruh penghuni ruangan kelas dibuat kaget melihat kearah Siska dan Rangga, sadar akan perbuatannya Siska pun melepas kerah baju Rangga dan menghela nafas sembari menahan emosi dan mengepal kedua tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Siska (Complete✅)
Roman pour AdolescentsTAHAP REVISI (Jangan lupa follow akun author sebelum membaca) Tokoh utama cerita ini memiliki sifat dan watak yang buruk tidak untuk ditiru. Namun, memiliki paras yang cantik bisa untuk dikagumi. Seorang Siska Gadis berparas cantik dan licik dengan...