Kamu sedikit keras, tetapi itu karena kamu menyayangi mereka.
Sungguh beruntung adik yang memiliki kakak sepertimu.-Alita
Hari-hari Tama seperti ada yang kurang, sebab terakhir kali menatap Alita saat mengantarkan rantang makanan waktu itu. Setelah itu Tama tak berkesempatan lagi untuk bertemu.Saat senja mulai nampak pada langit sore, kediaman Tama selalu ramai dengan gelak tawa dari kedua adiknya. Mereka berdua saling berbagi tugas, sesuai pesan Tama mereka tak membiarkan sang ibu mengerjakan pekerjaan rumah. Kecuali sang ibu sangat memaksa.
Bapak mereka bekerja di kebun milik sendiri dan di kebun milik warga apabila ada yang menyuruhnya. Sementara urusan sawah dan ternak itu pekerjaan Tama. Keluarga sederhana itu hidup bahagia meski harus hidup apa adanya.
Bagi Tama, lengkung indah dari wajah ibu dan adiknya adalah hal yang sangat dijaganya. Sebisa mungkin lengkung indah itu harus selalu ada. Soal dirinya, itu tidak penting. Menjadi kakak pertama menjadikan Tama sedikit keras pada kedua adiknya, sangat mengatur untuk kegiatan kedua adiknya.
Di sela-sela pekerjaan yang ia kerjakan, menjaga sang ibu juga tak kalah penting. Memastikan kesehatan ibunya stabil dan tak kembali terbaring sakit adalah salah satu hal utama menurutnya. Sementara hubungannya dengan sang bapak tak begitu dekat, karena keduanya memiliki sifat yang sama, keras.
Menghindari selisih paham dan mengalah adalah tugas Tama. Adiknya menjadi pendukungnya, dan ibu mereka menjadi penengah apabila Tama dan sang bapak sampai berselisih paham.
Saat langit mulai gelap, dan matahari sudah digantikan rembulan. Keluarga itu tengah duduk di meja makan. Mayang menyajikan makanan yang dibuat ibunya malam itu.
"Kenapa Ibu yang memasak? Ibu itu enggak boleh kecapeian," ucap Tama saat mengambil nasi dari bakul.
"Opo to, Le. Cuma masak enggak akan bikin ibu kecapaian," ujarnya.
"Mas yang kecapaian nanti kalau habis mencari rumput harus masak dulu." Mayang berucap dengan mengambil lauk dan sayur.
"Sudah-sudah, ayo makan." Bapak mereka menengahi agar tak terjadi pembicaraan lagi.
Mereka akhirnya makan tanpa membicarakan suatu hal. Mereka menikmati masakan ibu Tama malam ini, karena sebelumnya masakan Tama yang selalu terhidang di meja makan.
Selesai makan, Tama dan Danu duduk di teras rumah, sementara Mayang sedang mencuci piring kotor. Ibu dan bapaknya tengah menonton televisi.
"Mas, tas Danu sudah rusak, kapan bisa ganti dengan yang baru," ucap Danu membuka pembicaraan di tengah semilir angin malam.
Tama tak langsung menjawab, dirinya menatap langit malam yang penuh bintang kala itu. "Pakai saja dulu, toh masih bisa. Kalau sudah enggak bisa dipakai sama sekali baru nanti mas belikan yang baru." Sengaja Tama menjawab seperti itu, karena keuangan tidak mendukung untuk membeli barang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah yang (Mungkin) Indah [SELESAI]
Ficción GeneralApa yang penting dalam sebuah hubungan? Kepercayaan? Atau Kesetiaan? Yang paling penting dalam sebuah hubungan yang dilandasi cinta adalah sebuah restu orang tua. Boleh saling percaya dan setia, tapi tanpa restu orang tua? Apakah akan berjalan mu...