Bagian Sepuluh ||Dekat 🍁

29 5 6
                                    

.

Ada alasan di setiap keraguan manusia, di balik kata cinta ada luka yang menunggu waktu untuk bermain. Sebab dalam cinta sudah ada sepaket luka yang dikemas apik oleh semesta.

.

Pagi itu menjadi pagi terindah dalam hidup Tama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi itu menjadi pagi terindah dalam hidup Tama. Sang mentari hadir menyindari dirinya tatkala sang bidadari menghampiri dengan membawa rantang di tangannya.

"Terima kasih, ini kukembalikan." Alita menyodorkan rantang itu pada Tama.

Tama menerima rantang itu, tanpa sadar terbit senyum pada wajahnya. "Kukembalikan dengan masakan juga, jadi hati-hati menaruhnya, nanti bisa tumpah."

"Harusnya tidak usah, Bu Dokter terlalu baik." Dipanggil dengan sebutan 'Bu Dokter' membuat pipi Alita memanas. Ada sensasi tersendiri bila Tama yang mengucapkannya.

"Tidak usah memanggilku dengan sapaan Bu Dokter, panggil saja namaku, Alita atau Lita, asal jangan Ali saja," ucap Alita diselingi humornya.

Tama tertawa tanpa sadar, langsung Tama memalingkan wajahnya kala menyadarinya.

Tolong beriku pintu ke mana saja, saat ini kuingin menghilang. Tawanya membuat hatiku kelabakan dan jantungku berdetak lebih kencang. Tuhan kuatkan hambamu. 

Alita mencoba bersikap biasa saja, tetapi bahagianya sulit disembunyikan. Tawa Tama menjadi anugrah indah di pagi harinya.

Saat tawa Tama sudah mereda kan menampilkan sikap seperti biasanya, Tama berucap terima kasih untuk hal lainnya. "Terima kasih untuk hadiahnya, Alita. Mereka suka, maaf jadi merepotkan dirimu."

"Enggak apa-apa. Enggak merepotkan, lagian aku ada rejeki, kenapa enggak untuk berbagi?" ucap Alita dengan senyum manisnya. Sekarang giliran Tama yang terbuai senyumannya.

"Untuk apa banyak uang kalau enggak bisa membuat senyum di wajah orang lain?" ucap Alita lagi.

Tama yang mendengarnya mulai paham. Alita bukanlah seperti apa yang diperkirakannya dahulu. Sekarang kekaguman terhadap Alita bertambah.

"Maaf kalau aku lancang, aku enggak sengaja mendengar saat ingin mengembalikan rantang waktu itu. Tetapi aku pulang lagi dan baru mengembalikannya sekarang."

"Hanya ucapan terima kasih yang dapat kuberikan. Mereka senang, tapi aku harap tidak akan ada lagi yang seperti itu," ucap Tama tanpa memandang Alita. Tama membuat Alita berpikir maksud dari perkataannya.

"Kalau ada yang bisa saya bantu, ucapkan saja. Sebisa mungkin saya akan membantu. Saya rasa ini lebih baik daripada hanya ucapan terima kasih."

Mendengar ucapan Tama, timbul ide cermerlang dalam otak Alita. Dengan nada gembira Alita berkata, "Bagaimana bila kamu mengajakku berkeliling desa. Tidak, maksudku wisata alamnya. Kata warga sekitar ada bukit dan air terjun di sini." Dalam hati Alita berharap Tama akan menerima ajakannya. Dari situ, Alita bisa lebih dekat dengannya.

Kisah yang (Mungkin) Indah [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang