Apa yang penting dalam sebuah hubungan?
Kepercayaan?
Atau
Kesetiaan?
Yang paling penting dalam sebuah hubungan yang dilandasi cinta adalah sebuah restu orang tua. Boleh saling percaya dan setia, tapi tanpa restu orang tua? Apakah akan berjalan mu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Seiring berjalannya waktu nanti pasti kalian saling mencintai. Cih kata-kata macam apa itu? Kalian menukarkan aku demi kekayaan? Yang benar saja. Orang tua macan apa kalian. Alita mentap tak suka pada mamanya setelah mengucapkan hal itu. Ia tidak bisa lagi menjadi boneka. Ia harus memilih sendiri jalannya.
"Maaf, Ma. Tapi hati Alita sudah milik orang lain. Bersama itu pula, cinta Alita hanya untuknya. Jadi sekali lagi Alita minta maaf, Tante, Om."
Saat Alita hendak meninggalkan ruangan tersebut tangannya lebih dulu dicekal oleh Rama. "Lo cinta sama siapa? Apa lebihnya dia dibanding gue, Ta. Gue kaya, lo enggak akan kesusahan kalau menikah sama gue."
Alita menatap Rama sinis. "Dia cuma pemuda biasa. Kamu mungkin lebih kaya dari dia, mungkin juga aku enggak akan hidup kekurangan kalau menikah sama kamu. Tapi, kalau aku menikah dengan dia, hidupku akan penuh cinta, meski sederhana tapi akan bahagia."
"Lo enggak bisa sama dia, lo harus sama gue! " ucap Rama dan cengkraman pada tangannya semakin erat. Alita merasakan sakit namun ia tak boleh menangis di sini.
"Kamu siapa? Kamu enggak berhak melarangku. Aku mencintainya dan aku berhak hidup bersamanya."
"Alita, Mama dan Papa enggak mengizinkan kamu menikah selain dengan Rama," ucap Maria tegas. Senyum kemenangan ditampilkan Rama. Ia merasa sudah menang, namun ternyata ia salah.
"Mama dan Papa enggak berhak mengatur Alita lagi. Sejak Alita kecil hingga sekarang berusia 27 tahun, Alita selalu menuruti kemauan Mama dan Papa. Ini soal cinta dan masa depan Alita, Alita berhak sepenuhnya memilih. Alita sudah lelah menjadi boneka Mama dan Papa." Alita membuat semua orang di ruangan itu terbungkam. Mama dan papanya merasakan bahwa yang diucapkan Alita benar. Orang tua Rama pun demikian, mereka tak berhak memaksakan keinginan mereka.
Alita menghentak keras tangannya dan berhasil melepaskan cengkraman Rama. Pergelangan tanggannya berwarna merah, sakit rasanya.
"Lihat, Ram. Kamu itu kasar, kamu itu tidak berprikemanusiaan. Wanita mana yang ingin hidup dengan pria seperti itu? Kamu pikir dengan memiliki banyak harta kamu bisa mendapat semua yang kamu inginkan? Kamu salah kalau selama ini kamu berpikir demikian. Dalam hidup ada beberapa hal yang tak dapat dibayar, salah satunya itu cinta."
Rama terdiam, ia menatap pergelangan tangan Alita. Dan benar, berwarna kemerahan, ia tahu pasti rasanya sedikit sakit. Namun ego dalam dirinya tak mau menerimanya.
"Cinta? Cinta itu hanyalah omong kosong. Kamu lihat orang tuamu dan orang tuaku! Mereka bersama karena paksaan, mereka dijodohkan. Mau tidak mau mereka menikah, dan buktinya bisa ada kita. Jadi cinta tidak diperlukan dalam rumah tangga," ucap Rama tak mau kalah."
"Cinta itu suci, datang tak dapat diduga, perginya tak dapat dicegah Dan jatuh kepada siapa kita tak pernah bisa menentukannya. Mereka menerima dan tumbuh cinta dalam hati mereka, sehingga kita ada dan mereka bersama sampai sekarang. Tapi bukan berarti berumah tangga bisa tanpa cinta. Itu salah, salah besar."
"Lalu kenapa kita tidak?"
"Apa kurang jelas? Hatiku sudah tertinggal di hati pria lain. Cintaku juga hanya untuknya. Dan aku tidak bisa menerima pria lain selain dirinya."
Seusai mengucapkan itu Alita meninggalkan ruangan itu. Ia berlari menuju kamarnya. Sementara orang-orang di sana masih terdiam. Bingung ingin mengatakan apa. Ayah dan ibu Rama beranjak pulang tanpa sepatah kata, mereka terkejut dengan ucapan Alita. Ingin membenarkan namun tak ingin merasa kalah.
Papa dan Mama Alita pun demikian. Membisu dan tak menagih penjelasan secara pribadi kepada Alita. Keduanya langsung memasuki kamar mereka dan berbaring memikirkan kenyataan yang secara gamblang diucapkan Alita.
***
"Hari ini hujan, Ta. Tidak ada senja yang menyapaku. Senja ikut bersedih atas kepergianmu. Pun dengan malam, sekarang hanya langit gelap dengan awan mendung. Bulan pun tak tampak, ia bersembunyi. Aku sendirian, Ta. Apa kamu merasakan kesepian yang sama?" Tama berdialog sendiri dengan hatinya. Baru tadi pagi ditinggalkan, Tama sudah merasa kesepian. Cinta memang sehebat itu dalam mengubah seseorang.
"Kamu sedang apa, Ta? Apakah kamu berhasil mendapatkan restu mereka? Aku bodoh, ya. Baru tadi dan aku mengharap banyak hal yang terjadi." Tama memilih membaringkan diri, menatap langit-langit kamarnya. Tak lama, gemericik hujan menjadi melodi penghantar tidur Tama.
Lengkap sudah, hari ini semesta Tama bersedih. Semestanya kehilangan gaya gravitasinya, sehingga isinya tidak pada tempatnya. Isinya berantakan, entah kapan akan kembali seperti semula. Semoga secepatnya.
Tama tertidur dengan harapan Alita cepat kembali. Kembali ke dalam dekapannya dan kembali dalam hidupnya. Sebab tanpanya hidup Tama menjadi tak lengkap.
Cinta memang seperti itu, dalam sekejap dapat mengubah kehidupan seseorang. Bisa menjadi lebih baik atau sebaliknya. Tergantung bagaimana para manusia menghadapinya.
Malam dalam semesta Alita penuh bintang, bahkan rembulan bersinar terang. Berbanding terbalik memang, namun itulah nyatanya. Mereka hidup dalam satu semesta, di bawah langit yang sama. Satu negara, tetapi pada bagian berbeda. Meski beberapa kilometer saja, tapi itu mempengaruhi keadaannya.
Di wajah Alita hanya ada kesedihan, lengkung indahnya menghilang. Matanya sembab akibat terlalu banyak menangis. Alita melihat jam pada dinding kamarnya, pukul dua belas malam. Ternyata ia tertidur dengan menangis. Untung saja pintu kamarnya ia kunci, jadi orang tuanya tak bisa menghampiri.
"Tama, padahal baru hitungan jam kita berpisah, tetapi rinduku sudah membuncah," gumam Alita saat menatap langit malam.
"Semesta, apa kisah kami akan berakhir bahagia? Aku takut kisah kami berakhir sebelum merasakan bahagia." Alita menghela napas panjang. Ia tahu, kisahnya dengan Tama akan penuh liku juga nestapa. Tapi ia sudah memutuskan untuk berjuang, jadi tak ada alasan untuk menyerah pada masalah.
Aku tidak boleh kalah. Kami telah memulai dengan keberanian, tidak boleh kalah dengan keraguan.
Alita yakin, semakin banyak perjuangan yang diperlukan dalam sebuah hubungan, itu akan membuatnya semakin terikat. Karena satu sama lain menguatkan tanpa meninggalkan di tengah jalan.
Keduanya meminta hal yang sama pada semesta, tapi apa semesta akan memberikan sesuai dengan keingannya? Semesta selalu memiliki kejutan dalam setiap fase kehidupan. Semesta tahu, kapan ia harus memberikan duka dan bahagia kepada para manusia.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Terima kasih atas waktunya yang telah melanjutakan membaca ^^ Maaf baru sedikit kisah yang kuceritakan pada kalian :) Semoga dimaafkan segala kesalahan dalam penulisan ^^ Serta jangan lupakan untuk memberi kritik dan saran 😘
Salam aksara, salam kisah sederhana, salam bahagia dari Riana 🍁