Sudah pada dasarnya manusia memiliki sifat iri dan dengki. Balaslah dengan cinta maka kau akan berhasil melewatinya.
Saat bahagia menyapa mereka, akan timbul kecemburuan dari yang melihatnya. Orang lain akan mencibir mereka, karena iri akan cinta yang sedang bermekaran pada kisah yang baru saja dimulai.
Sudah satu minggu hubungan mereka, kedekatan mereka terlihat jelas oleh warga desa. Saat pagi Alita akan bertugas, ia akan menyempatkan diri untuk menghampiri Tama, tak jarang ia membawakan makanan untukknya.
Begitupun dengan Tama, saat senja menyapa, ia sudah duduk di teras rumah Alita, menikmati secangkir kopi buatannya. Senja, kopi, dan senyum manis Alita, ah bagai surga dunia.
Dua insan yang sedang dilanda asmara, menunjukkan kedekantan mereka. Seolah ingin memberitahu seluru dunia, bahwa mereka saling mencinta.
Sebagian warga desa menyukai dan mendukung mereka. Sebagian lagi iri, mengapa tak anak laki-laki mereka yang menjalin kasih dengan Dokter dari kota itu.
Cibiran mulai datang, entah itu pada Tama atau Alita, tetapi keduanya dengan tenang menghadapinya. Berbeda dengan orangtua Tama. Bapak Tama mulai tak suka, amarah yang diredamnya mulai naik ke permukaan.
Setelah makan malam, Tama dan bapaknya saling bersitegang. Tama dengan cintanya dan bapak dengan ketidaksukaannya.
"Tinggalkan dia! Bapak sudah pernah bilang, bukan?"
"Maaf, Pak. Tapi ini hidup Tama, jadi Tama lah yang menentukan ingin seperti apa dan kepada siapa Tama menjalin cinta."
Tama dengan kepala dinginnya mencoba tak terpancing oleh emosi sang bapak. Berusaha tenang dan tak membalas ucapan dengan nada tinggi.
"Bapak paling enggak suka kalau keluarga kita digunjingkan. Kamu tahu itu, dan sekarang gara-gara Dokter Kota itu keluarga kita digunjingkan. Kamu menjadi anak pembangkang."
"Pak, Tama sudah besar, sudah sepantasnya mengambil keputusan tanpa dipengaruhi bapak."
"Kamu ini, dinasehatin jawab terus! Mau jadi apa kamu hah!"
Emosi bapak Tama sudah tak dapat dibendung. Mayang dan Danu yang mendengarkan menangis. Sang ibu memeluk mereka, mencoba menenangkan.
"Sudah to, Pak. Yang dikatakan Tama ity benar, di sudah dewasa dan kita tak wajib mencampuri urusannya," lerai sang ibu.
"Terus saja dibela, Bu. Kebiasaan, kalau dinasehati selalu dibela, ini lah hasilnya," cibir bapak Tama.
"Pak, mau sama siapa Tama menjalin cinta itu hak Tama. Bapak boleh memberi saran, tapi tidak dengan memaksakan. Tama sudah besar, tahu mana yang baik dan buruk untuk Tama. Jadi Tama mohon bapak jangan berbicara seperti itu lagi," ucap Tama memelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah yang (Mungkin) Indah [SELESAI]
Fiksi UmumApa yang penting dalam sebuah hubungan? Kepercayaan? Atau Kesetiaan? Yang paling penting dalam sebuah hubungan yang dilandasi cinta adalah sebuah restu orang tua. Boleh saling percaya dan setia, tapi tanpa restu orang tua? Apakah akan berjalan mu...