Keesokan harinya Alita menghampiri Tama yang berada di makan sang ibunda. Alita awaknya takut, namun ia harus meminta kejelasan atas hubungan yang telah mereka mulai sebelumnya.
"Bu, lihat. Alita sudah datang," ucap Tama kala Alita sudah berdiri di belakangnya. Alita terkejut, ternyata Tama menyadari kehadirannya.
"Tama, aku turut berduka cita. Kamu yang kuat ya," ucap Alita dan mengusap bahu Tama seolah menyalurkan kekuatan yang ia punya.
Tama memegang tangan Alita. Alita terdiam, ia mengikuti Tama saja. Diajaknya Alita meninggakkan pemakaman dan menuju bukit pertama kali mereka mengucap janji.
Tama memilih gazebo yang sama saat mereka ke sana untuk pertama kalinya. Mereka berdua duduk bersebelahan. Cukup lama mereka duduk dan hanya diam. Kemudian, Tama beranjak dan diikuti oleh Alita.
"Kamu tahu apa yang sedang terjadi?" tanya Tama pada wanita di hadapannya.
"Aku tahu, tapi apa kita salah? Kita hanyalah sebuah hasil dari masa lalu yang kelam." wanita itu menatap mata Tama, kemudian berpaling melihat hamparan sawah yang mulai menguning karena terkena sinar mentari senja.
"Kita akan salah bila terus melanjutkan kisah ini. Sudah cukup aku kehilangan ibuku. Aku tak ingin kehilangan lagi."
"Tama, kematian adalah takdir yang tak dapat dihindari. Jika sudsh saatnya semua akan menghadapi kematiannya. Dan apa itu salah kita?"
"Maaf, Ta. Tapi aku sudah mengambil keputusan. Kisah kita cukup sampai di sini. Terlalu berisiko untuk dilanjutkan, dan aku tidak mau mengambil risiko itu lagi."
Hati Alita hancur. Harapan kebahagiannya telah hilang. Mengapa, mengapa harus anak yang menjadi korban dari perbuatan masa lalu orang tua.
"Setiap masa terhubung ke masa berikutnya. Tapi bukan berarti kita menyalahkan masa lalu. Aku menghakhiri ini bukan karena masa lalu orang tua kita. Tapi aku mengakhirinya memang karena ini takdir semesta untuk kita."
"Tam, sekali lagi. Ayo kita berjuang," ucap Alita memelas. Namun percuma keputusan Tama sudah bulat dan tak dapat diganggu gugat.
Tama menatap dalam gadis di hadapannya. Diambil tangan kanan sang gadis dan memberikan sesuatu di sana. Ia tak berucap lagi. Ia pergi, meninggalkan sang gadis sendiri.
Alita menangis dan menggenggam erat apa yang ada di tangannya. Ia tak mencegah Tama, karena kepergian tak dapat dicegah tanpa kemauan dari yang bersangkutan.
Kakinya terasa lemas, ia memilih kembali ke gazebo dan duduk di sana. Dibukanya perlahan genggaman tangannya. Matanya tak percaya, ia menemukan kalung dengan bandul bulan sabit dan sepucuk kertas.
Saat kamu membaca tulisan ini, itu artinya aku telah pergi. Meninggalkanmu sendiri dalam kesedihan ini. Maaf aku tak mengatakannya secara langsung. Kamu pasti tahu alasannya 'kan?
"Kamu terlalu pengecut untuk menghadapi air mataku," jawab Alita lirih.
Kamu benar, aku terlalu pengecut untuk hal itu. Maka tutulis sepucuk surat ini. Ta, jaga baik-baik kalung itu. Itu pemberian dari ibuku. Katanya yang memiliki adalah menantunya. Ta, aku memang memilih mengakhiri kisah kita. Bukan meninggalkanmu sendiri. Tapi aku pun ikut tertinggal dalam kisah itu. Bukan aku yang membawa hatimu, tapi kamu yang membawa pergi hatiku. Terima kasih telah mewarnai hidupku. Jika kamu rindu, lihatlah langit malammu. Kita memandang langit yang sama dengan rasa yang sama pula pada setiap malam. Bulan sabit melambangkan kisah kita yang belum sempurna namun sudah terlihat indah.
Jagalah baik-baik, karena bersama kalung itu, ada hatiku yang selalu bersamamu. Percayalah, meski kita tak dapat bersama. Tapi cinta kita abadi selamanya."Kamu benar Tama, semesta selalu memiliki caranya untuk membuat manusia bahagia di tengah kesedihan yang mendera. Aku mencintaimu dan itu selalu." Alita memandang senja yang perlahan mulai hilang dan digantikan malam.
Di sini kita memulai kisah dan di sini pula kita berpisah.
Mohon maaf atas ketidaksempurnaan cerita yang aku sampaikan pada kalian semua.
Terima kasih atas waktunya yang telah melanjutakan membaca hingga akhir ^^
Semoga dimaafkan segala kesalahan dalam penulisan ^^
Serta jangan lupakan untuk memberi kritik dan saran 😘Salam aksara, salam kisah sederhana, salam bahagia dari Riana dan sampai jumpa pada kisah lainnya🍁
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah yang (Mungkin) Indah [SELESAI]
Ficção GeralApa yang penting dalam sebuah hubungan? Kepercayaan? Atau Kesetiaan? Yang paling penting dalam sebuah hubungan yang dilandasi cinta adalah sebuah restu orang tua. Boleh saling percaya dan setia, tapi tanpa restu orang tua? Apakah akan berjalan mu...