Bagian Empat Belas || Sebuah Alasan 🍁

18 3 0
                                    


Strata sosial kita berbeda, apakah aku tak berhak jatuh cinta?
Bukan mauku aku jatuh kepadamu, tetapi semesta tahu siapa lelaki yang pantas mendapatkan hatiku.

"Assalamualaikum, Mba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Assalamualaikum, Mba. Mba Alita," teriak Mayang di depan rumah Alita.

Dengan bersemangat Alita membukakan pintu dan menyuruh Mayang duduk di kursi ruang tamu. Alita menyajikan secangkir jus mangga dengan wafer sebagai cemilannya.

Alita tak langsung bertanya, ia tak ingin tergesa-gesa. Jangan sampai karena kecerobohannya ia tidak bisa mengetahui alasan Tama menjahuinya.

Alita membuka topik pembicaraan tentang apa saja jajan yang Mayang inginkan. Setelah itu Alita mengambil jajan yang diinginkan Mayang. Melihat Mayang menikmati jajanan yang diberikannya, membuatnya senang.

Kedekatan Alita dengan adik Tama cukup dekat. Bahkan dengan Danu sekalipun. "Danu enggak kamu ajak sekalian, May?" tanya Alita dengan menikmati jajan yang dia sugukan.

"Mba enggak bilang kalau suruh ajak Mas Danu, ya enggak Mayang ajak, hehe," ucap Mayang polos.

Alita terkekeh, polos sekali Mayang ini. Mereka melanjutkan menikmati jajanan yang ada di meja. Sesekali bertukar cerita hingga ada tawa yang tercipta.

"Mba, semalam Mayang tanya sama Mas Tama," ucap Mayang di tengah obrolan absurd mereka. Seketika Alita terdiam, tawanya hilang dan kegelisahan kembali melanda.

"Tanya apa?" tanya Alita pura-pura lupa.

"Itu, Mba. Yang kemarin Mba tanya sama Mayang."

"Yang mana?" Mayang menampilkan wajah kesalnya.

"Gimana sih, Mba. Itu lo yang Mba tanya sama Mayang kenapa Mas Tama menghindar," ucap Mayang sebal.

"Owh itu, iya iya, mba ingat."

Alita membenarkan posisi duduknya. Kini Alita dan Mayang duduk saling berhadapan. Kakinya disilakan, tetap dengan cemilan di genggaman.

"Kata Mas Tama, bapak enggak suka." Alita terkejut, alasan Tama menghindarinya adalah karena disuruh bapaknya. Apakah ini tanda ia tak diterima bila menganggap Tama lebih dari sekadar pemuda desa?

Alita mencoba tenang, menghela napas panjang. "Kenapa? Apa Mas Tama bilang alasannya?" Mayang mengangguk dan Alita semakin penasaran. Apa yang membuat bapak Tama tak suka dengannya? Itu menjadi tanda tanya besar yang ada di benaknya.

"Mas Tama bilang, kalau enggak pantas dekat-dekat dengan, Mba Alita. Katanya perbedaan strata sosial."

Alita mencerna maksud dari perkataan Mayang. Strata sosial? Karena ia seorang dokter dan Tama seorang petani? Astaga, mengapa perbedaan seperti itu amat dipandang oleh bapak Tama.

"Lalu bilang apa lagi Mas Tama?" tanya Alita penasaran perihal pendapat Tama.

"Apa ya? Mayang lupa." Dengan santainya Mayang berucap demikian, sementara Alita mengelus dada sabar.

Kisah yang (Mungkin) Indah [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang