Kala netra jatuh pada mata teduhnya, apalah dayaku yang terhanyut dengan derasnya.
Seperti ada sesuatu yang muncul dan membuat pipiku bersemu dengan tidak tahu dirinya.
Apakah ini yang dinamakan jatuh pada pandangan pertama?Alita
Kicau burung dan kokok ayam berhasil membangunkan Alita pagi ini. Alita meregangkan otot-ototnya, beranjak dan membuka jendela, menghirup udara sedalam-dalamnya.
Alita bersiap, melaksanakan tugas dihari pertamanya. Pukul tujuh, dirinya sudah siap dan beranjak menuju puskesmas yang ada di desa itu. Tidak ada kendaraan yang disediakan, karena Alita sendirilah yang memintanya. Agar dirinya bisa menikmati suasana pedesaan.
Alita berjalan dengan raut wajah bahagia, senyum manis tak luntur, bibir mungilnya bersenandung lirih. Saat melewati persawahan, Alita takjub, bulir air embun belum hilang.
Masih tersisa di pucuk-pucuk tanaman padi.Sejuknya pagi ini, baru pertama kali kumerasakannya.
Alita melanjutkan perjalanannya, diperjalanan, tak jarang ia bertemu beberapa warga desa, mereka semua menyapanya ramah, Alita pun tak kalah ramah. Baginya interaksi seperti ini akan ia rindukan saat sudah tak di desa.
Waktu tempuh Alita sekitar 45 menit, bukan lelah yang dirasa, tetapi bahagia karena dapat akrab dengan warga desa. Sesampainya di puskesmas, Alita diantar ke ruangannya dengan orang yang akan membantunya selama di desa.
"Di sini ada berapa orang yang mengurus puskesmas?" tanya Alita saat sampai di ruangannya.
"Hanya ada tiga orang, Dok. Saya, Pak Jono dan Bidan Eka," jawab wanita itu.
"Nama kamu siapa?" tanya Alita saat wanita itu akan meninggalkan ruangannya.
"Nama saya Rena. Kalau ada apa-apa Dokter bisa panggil saya saja," ucap Rena lalu meninggalkan Alita.
Selepas kepergian Rena, Alita menyusuri ruangannya. Tidak luas dan tidak sempit, pas. Alita memilih berkeliling puskesmas, melihat ada apa saja di sana dan menghapal ruangan. Jikalau ada yang kurang Alita akan membeli untuk di tempatkan di puskesmas tersebut.
"Dokter!" Alita menoleh dan mendapati seorang wanita yang mungkir berusia 30an. Alita tak mengenalnya. Mungkin ini yang namanya Bidan Eka.
Wanita tersebut menghampiri dirinya, " Wah Dokternya masih muda, cantik pula," puji wanita itu. Alita menanggapinya dengan tersenyum.
"Bidan Eka, ya?" tanya Alita ragu, sementara orang yang diduga Bidan Eka tersebut tersenyum semringah.
"Iya, Dok. Pasti Rena sudah bilang, to." Bidan Eka mengajaknya mengelilingi puskesmas dan menjelaskan secara detail, sehingga Alita paham. Selepas itu Alita kembali ke ruangannya.
Saat jam makan siang, Alita diajak makan bersama oleh Bidan Eka. Ternyata Bidan Eka sudah menyiapkan makanan khusus untuk dirinya. Makanan itu tak hanya dimakan oleh Alita dan Bidan Eka saja, tetapi Pak Jono dan Rena juga. Makan siang itu terasa amat nikmat bagi Alita, meski hidangan yang disantapnya hanya masakan sederhana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah yang (Mungkin) Indah [SELESAI]
Ficción GeneralApa yang penting dalam sebuah hubungan? Kepercayaan? Atau Kesetiaan? Yang paling penting dalam sebuah hubungan yang dilandasi cinta adalah sebuah restu orang tua. Boleh saling percaya dan setia, tapi tanpa restu orang tua? Apakah akan berjalan mu...