00

14.7K 1.2K 135
                                    

"Serius kamu?"

"Banget. Niana sendiri yang cerita sama aku, sama Uwi juga. Katanya sih temen sekolahnya Mas Valen. Aku juga belum tau orangnya yang mana. Niana belum kasih unjuk fotonya."

Langkahku langsung terhenti begitu mendengar percakapan itu. Geo dan Alara.

"Udah berapa kali emangnya mereka kencan?"

Mataku membulat sempurna. Apa katanya tadi? Kencan? Niana?

"Entah. Niana belum cerita sedetail itu."

"Terus, overall gimana? Rania suka?"

Jantungku mulai berdegup cepat. Aku semakin merapat ke tembok dan menajamkan pendengaranku.

"I'm not really sure. Kayaknya sih suka yaa. Cuma ya masih sebatas suka aja. Niana yang sekarang bener-bener berubah."

Aku bisa mendengar suara helaan nafas Geo.

"Ya abis gimana, Ge. Kalo aku jadi Niana, kayaknya juga bakal lakuin hal yang sama. Nggak semudah itu membuka hati lagi. Apalagi dengan pengalaman dikhianatin gitu. Bos sekaligus sohib kamu sih tuh. Gila. Nggak ada bersyukur-bersyukurnya udah dapet istri model Niana gitu."

"No comment ah, La. Nanti kalo aku comment, kamu mencak-mencak. Bilang aku belain Askha terus."

"Ya emang seringnya gitu!"

"Tuh kan tuh kan. Nggak comment aja digas begitu. Tapi ya La, entah aku udah pernah ngomong ini atau belum sama kamu. Jatuh cinta sama perempuan kayak Rania itu gampang banget loh. Dia nggak perlu usaha mati-matian, cukup jadi dirinya sendiri aja gitu. Kayaknya udah banyak antrian yang mau jadi pasangannya."

"Exactly. Just for your information ya Ge, dari dulu yang naksir Niana tuh banyak. Banget. Cuma ya gitu. Niana tipe yang setianya kebangetan kalo udah cinta sama cowo. Cuma emang dasar cowonya aja yang pada brengsek bin bajingan bin bangsat semua. Termasuk sohib kamu itu tuh."

Sialan.

Aku benar-benar merasa tertohok dengan ucapan Alara barusan. Beneran separah itu kah?

"Diskriminatif banget sih, La? Aku kan ngga gitu ya."

Oke.

Cukup.

Aku melangkahkan kakiku kembali.

"Ge! Eh sorry sorry, kirain Geo lagi sendiri."

Kudengar Geo langsung berdecak.

"Hai, Ra. Ndak ngantor?"

Alara tersenyum sinis ke arahku.

"Lagi cek venue deket sini dia tuh. Sekalian mampir ke sini deh. Sidak dadakan. Takut banget gue macem-macem kayaknya dia."

"Iyalah! Yang terlihat biasa-biasa aja bisa main serong."

Tatapan Alara memang ke arah Geo. Tapi aku yang merasa tersindir dengan kata-katanya barusan. Sialan.

"Ya kan tergantung cowonya juga, La. Kalo dia waras sih ya nggak akan begitulah. Apalagi kalo pasangannya udah oke punya. Satu aja nggak abis-abis."

Aku langsung menatap Geo tajam.

"Eh gimana gimana, Bos? Sorry malah jadi bahas ginian."

"Nanti aja lah. Kalo lo udah free. Jangan lupa ya, nanti cek lokasi ke BSD."

"Siap, Bos!"

Aku tersenyum singkat ke arah Alara sebelum melangkahkan kakiku untuk kembali ke ruanganku.

Pembicaraan mereka tadi masih terngiang di kepalaku.

Niana?

Kencan?

Benarkah?

Secepat ini?

"Jatuh cinta sama perempuan kayak Rania itu gampang banget loh."

Shit.

Sepertinya aku harus bergerak lebih cepat sebelum aku benar-benar kehilangan Niana.



---

We're back!!!
Btw, aku unpub semua part yang udah sempet dipublish yaa. Nanti aku repub lagi sekalian ngerevisi ceritanya juga. Bismillah, targetku tahun ini bisa ngelarin cerita yang satu ini. See yaaa🙃🙃🙃

❤️J

Just Let Me Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang