10 Oktober 2018
Lagi ... Mama memaksaku pergi makan malam dengan rekan lelakinya. Dia bilang kalau aku bersikap manis padanya, akan ada tawaran jadi foto model majalah remaja bulan depan. What the ... masa iya aku harus pergi dinner sama bapak-bapak tua! Mama keterlaluan!
15 Oktober 2018
Sialan! Aku enggak suka bapak-bapak tua itu pegang-pegang tanganku! Kurang ajar!
Papa ... kapan ke sini? Papa yang selalu jagain kalau ada laki-laki godain Lita. Aku takut sendirian, Pa.
17 Oktober 2018
What the ... hari ini aku enggak boleh makan kebanyakan! Jajan mi ayam depan kompleks enggak boleh. Minum Cola enggak boleh. Makan Ciki enggak boleh. Mama bilang diet, diet, diet. Aarrhg ... bisa-bisa aku busung lapar!
***
Yasa terkikik membaca diari bersampul biru di mejanya. Ia kasihan, tapi caranya menyebut bisa busung lapar cuma gara-gara tidak boleh makan Ciki dan minum Cola spontan mengundang tawa.
Beruntung Mama dan Papa tak pernah mengekangnya. Zaman sekarang masih ada saja orang tua yang berpikiran sempit seperti mama si gadis ini. Eh, siapa namanya tadi? Yasa membuka halaman paling depan dan membaca biodata pemilik buku diari itu.
"Lalita Paramita," bacanya dengan suara setengah berbisik.
Yasa mendorong kursi yang ia duduki ke belakang. Lelaki dengan kaus polo berwarna putih itu mengempaskan diri ke ranjang hotel yang ia singgahi malam ini di Jalan Solo. Rasa penasaran membuatnya ingin membaca coretan menjelang akhir tulisan buku diari di tangannya.
17 November 2018
Lagi-lagi aku selalu memimpikan hal yang sama. Sebenarnya, siapa cowok yang menolongku waktu hampir tenggelam? Aku punya utang nyawa sama dia. Eh, apa benar yang menolongku cowok, ya? Sayangnya dalam mimpi itu selalu terpotong adegannya. Seolah kami sedang berciuman saja. Ih, aku jadi malu!
Kedua alis Yasa terangkat. Dasar cewek aneh! Mana ada orang habis tenggelam dan mengalami henti jantung dicium. Sudah jelas itu CPR. Yasa menutup buku dan meletakkannya di nakas. Ia menyandarkan tubuh di kepala ranjang seraya terus mengamati buku biru itu di sana. Kenapa membaca itu dadanya berdenyut tak keruan begini?
***
Lita mengaduk-aduk sup bakso di mangkuk tak minat. Nafsu makannya menghilang begitu sampai di rumah sejak malam tadi. Sarapannya benar-benar tak sedap untuk ditelan. Seolah buliran nasi itu bak kerikil yang dipaksakan melewati kerongkongan.
"Kamu enggak suka sarapannya? Kalau enggak suka, biar Bi Iyem belikan makanan di luar buat kamu." Lianti meletakkan sendok ke tengah piring yang sudah kosong.
"Enggak apa-apa, kok. Cuma kepikiran Papa. Dia pasti sarapan ...."
"Papa kan bukan bayi. Dia bisa makan sendiri." Lianti mulai ketus membicarakan mantan suaminya.
Lita berdecak pelan seraya menyuapkan sesendok sup ke mulut. "Jadi, apa rencana Mama?"
Lianti memutar bola mata sambil mengembuskan napas panjang. "Tentu saja kamu harus menemui Pak Rudi. Dia marah waktu kamu menolak ajakannya makan malam."
Kali ini cewek dengan rambut tergerai sebahu yang tengah meneguk air putih terdiam. Ia menatap mamanya tak habis pikir. "Ma, aku tuh digodain sama laki-laki beristri, lho. Mama harusnya ...."
"Astaga, cuma makan malam aja, Lita. Bukan kencan. Anggap sebagai agenda memperluas relasi." Liantin mengelap bibir dengan saputangan di meja.
Lita memijit kening. Tiba-tiba ia merasa pusing. "Makan malam kata Mama? Aku itu hampir ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lalita's Diary
Romance(Sudah tamat dan part masih lengkap). Lalita Paramita, gadis berusia 20 tahun yang sedang kabur ke Jakarta demi menghindar dari kekangan sang mama. Ia mau seperti Papa, tapi Mama mau putrinya mengikuti apa kata mamanya. Hingga ia dipertemukan dengan...