T I G A B E L A S : "Maaf"

1.8K 220 7
                                    

Ps: Mohon maaf kalau nanti kalian menemukan kesalahan atau hal-hal yang kurang baik dalam cerita yang ku tulis. Kritik dan saran dari kalian selalu ku tunggu agar aku bisa melakukan perbaikan.

Happy reading guys..🌻 Jangan lupa vote and commentnya yaaa😉 thank you..

***

Barry turun dari mobilnya dengan tergesa. Kini dia tengah berada di tempat di mana ayahnya membuang Tian, setelah sebelumnya Galih berhasil mencari tahu di mana tepatnya para bodyguard tuan besarnya menelantarkan pemuda itu. Galih ikut turun demi menemani Barry yang terlihat sangat gelisah dan kacau mencari ke sana ke mari keberadaan Tian, yang nyatanya tidak bisa ia temukan sekalipun dia sudah berada di tempat yang benar.

"Galih! Apa benar ini tempatnya?" tanya Barry mulai meragukan keakuratan informasi yang didapat oleh pengawal kepercayaannya itu. Sebab dia tidak melihat tanda-tanda keberadaan Tian sedikitpun di tempat itu. "Kau yakin orang-orang itu tidak membohongimu?"

Galih menggelengkan kepalanya. "Memang ini tempatnya tuan muda. Dan ku pikir mereka tidak mungkin membohongiku." Galih yakin bahwa para bodyguard tuan Arya yang juga merupakan teman-temannya sendiri tidak mungkin membohonginya.

"Lalu di mana Tian? Dia tidak ada di sini!" Barry benar-benar frustasi. Wajahnya terlihat sangat cemas bercampur kesal menatap Galih.

"Biar aku bertanya pada orang-orang di sekitar. Siapa tahu Tian sudah di tolong orang-orang."

Itu benar. Mendengar jawaban Galih membuat Barry segera merutuki dirinya karena tidak berpikir sampai kesitu. "Kau benar! Ayo, kita tanyakan!" ujar Barry cepat lalu berlari mendahului Galih. Membuat pengawalnya itu sejenak tertegun karena Barry lebih bersemangat dibanding dirinya. Bahkan Barry segera menoleh ketika tidak mendapati Galih mengikuti dirinya. "Galih! Apa yang kau lakukan?! Ayo cepat bergerak!" perintahnya penuh penekanan. Membuat Galih sadar dari ketertegunannya dan segera menyusul Barry.

Dan sesuai dugaan, ternyata memang benar bahwa sepertinya Tian sudah ditolong orang dan dibawa ke rumah sakit.

"Ya! Tadi memang ada korban tabrak lari yang ditemukan oleh seorang petugas kebersihan. Orang-orang sudah membawanya ke rumah sakit."

"Benarkah?" bola mata Barry menunjukkan sorot keingintahuan yang besar, juga kesedihan disaat yang bersamaan. "Apa dia laki-laki?"

"Benar!"

"Apa seperti ini wajahnya?" Galih menyodorkan foto Tian, yang entah dari mana di dapatkannya.

"Aku tidak terlalu ingat, sebab wajahnya penuh luka dan darah."

Lutut Barry rasanya seperti kehilangan kekuatan ketika mendengar jawaban orang yang sedang ditanyainya. Meski tidak sempat ambruk, tetapi seolah dunianya berguncang ketika mendengar orang itu secara tidak langsung membeberkan seberapa buruk kondisi Tian.

"Apa lukanya benar-benar parah?" tanya Barry dengan suaranya yang parau.

"Ku pikir iya. Dia benar-benar tidak sadarkan diri ketika kami menolongnya. Dan sepertinya dia sudah sepanjang malam seperti itu, karena noda darahnya sudah mengering."

Seolah tidak ingin mendengar lanjutan penjelasan orang dihadapannya tentang bagaimana buruknya kondisi Tian, Barry segera melontarkan pertanyaan lain. "Ke mana-" kerongkongan Barry agak tercekat ketika mengatakannya. "Ke rumah sakit mana dia di bawa?"

Setelah orang itu mengatakan nama rumah sakit tempat di mana korban tabrak lari itu di bawa, Barry dan Galih bergegas pamit dan segera melesat pergi ke rumah sakit yang dimaksud.

SEPARATED BROTHER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang