T I G A P U L U H E M P A T : "Meninggalkan dan Ditinggalkan" (END)

4.5K 320 223
                                    

***

Brak!

Suara mengerikan itu membuat jantung Barry seakan berhenti berdetak. Dia tidak sanggup membuka mata,untuk melihat siapa yang terhempas ke bawah. Dia yakin salah seorang diantara Bang Tiannya dan Ramos telah jatuh ke bawah sementara yang lain berhasil ia raih tangannya. Tapi dia tidak berani membuka mata untuk memastikan. Dia takut jika tangan yang ia genggam sekarang adalah tangan Ramos,bukan tangan Bang Tian nya. Dan jika itu benar, maka artinya orang yang terhempas jatuh ke bawah sana adalah- tidak! Memikirkannya saja Barry tidak sanggup!

"Barry-"

Tetapi ketika suara yang sangat familier itu terdengar memanggil namanya, kedua mata Barry kontan terbuka. Dia langsung menatap ke arah bawah dan seketika merasakan kelegaan menelusupi relung hatinya ketika melihat bahwa Bang Tian nyalah yang berhasil di selamatkannya.

"Bang Tian-" balas Barry. Suaranya terdengar bergetar. Entah kenapa kedua matanya mulai berair. Mungkin karena dia melihat juga ada riak di kedua mata abangnya.

"Tanganmu-" ujar Tian sambil mengarahkan pandangan ke tangan Barry yang masih memeganginya erat.

Barry kemudian melemparkan pandangan ke arah yang sama. Dan mendapati punggung tangannya sudah basah oleh darah yang terus mengalir dari lengannya. Seketika rasa sakit yang seolah hilang beberapa saat yang lalu kembali ia rasakan menghujam punggungnya. Ketakutannya membuatnya melupakan segalanya. Termasuk rasa sakit dari luka tusukan yang berhasil Ramos bubuhkan pada punggung lebarnya.

Barry menangkap kecemasan di wajah Tian. Karenanya dia lalu tersenyum sambil menahan sakit agar Tian tidak terlalu mengkhawatirkannya. "Aku tidak apa-apa. Bang Tian tenang saja.."

Mendengar perkataan adiknya yang begitu lembut sampai ditelinganya, membuat hati Tian perlahan menghangat. "Barry- kau benar-benar sudah tidak marah padaku?"

Barry mengerti sorot keraguan dimata Tian yang tengah menatapnya dalam. "Aku yang salah. seharusnya kau yang marah padaku. Aku begitu bodoh. Maafkan aku bang-"

"Barry-"

Barry menarik senyuman sebelum membalas, "Mari bicarakan ini nanti. Sekarang, aku harus menarikmu."

Tian mengerti. Jadi dia tidak melanjutkan pertanyaannya untuk menuntaskan rasa penasarannya tentang bagaimana Barry menjadi tidak marah lagi padanya. Dia membiarkan Barry yang bergelantungan dengan satu tangan menarik tubuhnya sekaligus menarik tubuh Tian juga. Barry bersusah payah ditengah kesakitan yang menderanya. Dia masih terus menarik Tian meski darah semakin deras mengalir dari lengannya. Tian yang melihat darah Barry terus menetes membasahi tangannya yang kini bergenggaman dengan tangan Barry menjadi cemas kembali. Dia tidak berpikir ini baik.

"Barry- da-darahnya semakin banyak."

"J-jangan dipikirkan! A-aku baik-baik saja! Aku- argh!"

Bersamaan dengan erangan akibat sakit yang semakin menggila, genggaman tangan Barry mengendur. Darah semakin membuat genggaman itu terasa licin. Membuat tangan Tian nyaris terlepas. Beruntung Barry bertekad kuat untuk menyelamatkannya. Jadi dengan sigap Barry kembali menggenggam erat tangan yang nyaris dilepaskannya itu. jujur, jantung Barry serasa mencelos beberapa saat tadi, saat dia hampir melepaskan tangan yang sedang digenggamnya kini.

"Barry-" sementara di bawah sana yang Tian khawatirkan hanya kondisi tangan adiknya. Tangan itu bisa putus jika Barry terus memaksa untuk menariknya. "Barry- tidak perlu memaksakan dirimu-"

"Apa maksudmu?!" Teriak Barry agak marah medengar ucapan Tian.

"Tanganmu bisa terluka parah."

"Lalu? Kau pikir aku perduli? Kau lebih penting daripada tanganku!" Barry berkata sambil terus mengerahkan seluruh tenaganya untuk menarik Bang Tian nya. Dia tidak ingin kehilangan orang itu untuk kesekian kalinya.

SEPARATED BROTHER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang