T I G A P U L U H : "Keputusan yang Berat"

1.3K 134 30
                                    

***

Tiga hari berlalu, namun hubungan Tian dan Barry tidak membaik. Tian benar-benar melakukan seperti yang dikatakannya pada saat terakhir kali bertemu Barry di rumah sakit. Dia benar-benar berhenti menemui Barry, meski tidak bisa berhenti memikirkan adiknya itu. Tak jauh berbeda dengan Barry. Pemuda itu tidak pernah menampakkan diri dihadapan Tian lagi sejak hari di mana dia memukul dengan keras wajah abangnya itu, meski sebenarnya dia diam-diam menyuruh salah seorang pengawalnya untuk mengawasi Tian. Barry memang marah. Tapi dia tidak bisa berhenti perduli begitu saja pada abangnya itu.

Hari itu, Tian yang sudah kembali bekerja, dikejutkan dengan kehadiran Tuan Arya yang bertandang ke Toko roti Teratai, untuk menemuinya. Tian sedang berkutat dengan adonan roti saat Karrel mengabarinya bahwa ada seseorang yang mencarinya. Tian terkejut, mendapati orang yang dimaksud adalah tuan Arya. Dengan penuh pertanyaan dalam benaknya, pada akhirnya dia menemui Tuan Arya, dan duduk berhadapan dengan orang penting itu sekarang.

"Apa ini tempat mu bekerja?" tidak ada sapaan ramah, atau sekedar menanyakan kabar. Malah perkataan Tuan Arya terdengar seperti sedang mengejek Tian sekarang.

"Bukankah Tuan Arya sudah melihatnya sendiri?" jawab Tian sekenanya.

Tuan Arya terlihat mengangguk. "Ya ya. Benar. Seharusnya aku tidak perlu bertanya bukan?" balas Tuan Arya yang tidak ditanggapi apapun oleh Tian. Tuan Arya terus mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut Toko roti Teratai. Membuat Tian memandanginya tak mengerti. "Dulu aku pernah menghancurkan toko kecil ini. Ku pikir bukan perkara susah untuk menghancurkannya lagi."

Mendengar hal itu, Tian mengernyitkan dahi dengan keterkejutan bercampur kebingungan terlihat sangat jelas di raut wajahnya. "A-apa maksudmu tuan?" tanyanya mulai cemas. Kata-kata orang di depannya itu tidak bisa dianggap remeh, sebab Tian tahu bagaimana kekuatan dan kekuasaan yang digenggam Tuan Arya. Orang itu bisa dengan mudah mewujudkan apa yang baru saja dikatakannya.

Tuan Arya kembali menatap Tian dan tersenyum penuh kemisteriusan. Membuat Tian mulai meremat jemarinya yang menempel di atas lututnya sekarang. senyuman itu benar-benar mengerikan. Tian sampai merinding melihatnya dan memikirkan makna apa yang sebenarnya tersirat dalam segaris senyum itu.

Tuan Arya lalu mengeluarkan selembar kertas. Meski belum pernah melihat yang seperti itu, tetapi Tian tahu itu adalah sebuah cek. Kertas itu di sodorkan tepat ke hadapannya. Dan bisa Tian lihat ada sejumlah nominal yang mungkin mampu menghidupinya selama tujuh turunan tertulis di sana. Tian melirik sebentar cek itu, lalu beralih menatap Tuan Arya dengan ekspresi semakin kebingungannya.

"Apa maksudnya ini tuan?"

"Aku tidak akan berbasa basi. Kedatanganku kemari adalah untuk menawarkan mu sesuatu."

Tian sepertinya mulai mengerti arti dari cek di depannya itu.

"Aku ingin kau pergi jauh dari hidup anakku, dan kau bisa mengambil cek itu sebagai gantinya." Ujar Tuan Arya begitu tenang. Dia masih bisa tersenyum setelahnya ketika melihat wajah Tian sudah memerah menahan marah.

"Tuan! Apa tidak cukup kau melihat hubunganku dengan Barry memburuk? Bahkan kami sudah mulai tidak saling menemui sekarang. Apa kau harus sampai berbuat seperti ini? Kau ingin aku menghilang dari kehidupan adik kandungku sendiri?"

"Ya, tepat sekali! kehadiranmu sudah membuat kacau hidup anakku dan keluargaku! Lagipula seperti katamu, hubungan kalian sudah memburuk! Jadi kenapa tidak kau menghilang selamanya saja sekalian?"

"Tuan- kau benar-benar- Apa kau harus sekejam ini pada kami?"

"Tian! Aku sudah berbaik hati tidak melaporkanmu kepada polisi meski kau telah meracuni istriku. Dan aku hanya memintamu untuk pergi jauh dari kota ini. Karena aku tahu Barry tidak bisa berhenti untuk mengawasimu sekalipun dia berpura-pura sudah tidak perduli padamu."

SEPARATED BROTHER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang