L I M A B E L A S : "Misi Mendapatkan Maaf (Part 2)

1.4K 184 19
                                    

Ps: Mohon maaf kalau nanti kalian menemukan kesalahan atau hal-hal yang kurang baik dalam cerita yang ku tulis. Kritik dan saran dari kalian selalu ku tunggu agar aku bisa melakukan perbaikan.

Happy reading guys..🌻 Jangan lupa vote and commentnya yaaa😉 thank you..

***

Keesokan harinya, Barry datang lagi ke apartemen Tian. Kali ini dia tidak membawa pasukan pelayannya. Melainkan dia hanya membawa dua kantong besar berisi makanan yang kini tengah dijinjing oleh Galih yang berdiri di belakangnya. Sedang pemuda itu sendiri sekarang tengah menekan bel apartemen Tian dengan wajah sumringah. Dia senang sekali ketika membayangkan akan menghabiskan makanan yang dibawanya bersama Tian.

Pintu bergerak terbuka ketika Barry baru saja menekan bel untuk ketiga kalinya. Dan seperti yang telah diduganya, wajah Tian muncul dihadapannya sekarang. Barry langsung menunjukkan cengiran terbaiknya sambil mengucap, "Hallooo selamat pagi.." dengan sangat cerianya.

Sementara Tian..?

Entah hanya perasaan Barry saja atau memang Tian terlihat dingin kembali padanya. Pemuda itu menunjukkan aura permusuhan yang amat pekat. Barry bisa merasakannya.

"Ada apa lagi kau datang kemari?" tanya Tian terdengar tidak ramah sama sekali. membuat senyum Barry memudar teratur.

Barry berpikir bukankah kemarin Tian sudah agak luluh padanya? Tapi kenapa hari ini kembali seperti ini? apa dia membuat kesalahan lagi?

"A-aku- aku membawakanmu makanan. Lihat?!" Barry masih berusaha menjawab pertanyaan Tian dengan nada suara cerianya. Meski hatinya mulai bingung dan cemas ketika merasakan Tian seperti marah kembali. Barry menunjuk kantong yang dibawa oleh Galih. Dan pengawalnya itu kini mengangkat barang bawaannya agar Tian bisa melihat apa yang sedang berusaha Barry tunjukkan.

Tian menghela napas. Lalu dia berkata, "Bisakah kau berhenti melakukan ini, Barry?" Wajahnya terlihat tidak suka dengan apa yang Barry lakukan untuknya.

"Ah?" Meski sadar bahwa Tian kembali marah padanya, tetapi Barry tidak bisa untuk tidak terkejut mendengar jawaban pemuda itu. "K-kenapa? Aku hanya ingin membantumu."

"Tapi kau tidak membantu sama sekali."

Barry tidak mengerti. "Apa maksudmu?"

"Lupakan. Bisakah kau pergi saja sekarang? Dan ku mohon jangan menemuiku lagi."

"Tapi-"

Bedebam!

Barry bahkan belum merampungkan kalimatnya, tetapi Tian sudah menutup pintu tepat di depan mukanya. Pemuda itu tertegun untuk beberapa saat. Seumur hidup belum pernah ada yang memperlakukannya sebagai mana Tian memperlakukannya barusan. Tapi bukan marah atau kesal dengan perlakuan yang diterimanya, melainkan Barry mendadak sedih, entah apa alasannya. Jujur hatinya terluka ketika melihat Tian memperlakukannya seperti ini.

"Tuan muda-" Galih memanggil Barry sebab tuan mudanya itu tidak bereaksi apapun sejak Tian membanting pintu. Barry hanya terdiam dengan wajah shock sambil tak berkedip menatap pintu di depannya. "Tuan muda baik-baik saja?" Lanjut Galih bertanya. Meski sepertinya dia sudah tahu jawabannya.

"Galih-" Barry berbalik dan menatap Galih. "Apa yang kulakukan salah?" tanyanya dengan nada suara terdengar sedih. Raut wajahnya pun berubah sendu.

"S-saya pikir tidak. Tetapi mungkin Tian perlu waktu lebih lama lagi untuk memaafkan tuan muda."

"Tapi kemarin dia sudah agak luluh padaku!" Tanpa sadar Barry berteriak kesal pada pengawal kepercayaannya itu. Membuat Galih agak terkejut, meski dengan cepat dia bisa mengatasi keterkejutannya karena sudah terbiasa menghadapi Barry yang seperti itu."Argh-" terdengar Barry berteriak kesal lalu menendang dinding disekitarnya. Pemuda itu lalu bergerak pergi meninggalkan Galih yang masih kebingungan harus melakukan apa dengan makanan yang masih setia dipeganginya. Tanpa bertanya pada tuan mudanya, lelaki itu lalu meletakkan dua kantong kresek besar itu di depan pintu apartemen Tian dan meninggalkannya di sana. Lalu Galih segera menyusul tuan mudanya.

SEPARATED BROTHER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang