D U A P U L U H D U A : "Kau Bisa Percaya Padaku"

1.5K 155 12
                                    

***

Barry dan Tian sedang sarapan pagi. Makan pagi, pagi itu terasa sedikit berbeda. Tian dan Barry tidak banyak bicara dan larut dengan pikirannya masing-masing. Barry masih memikirkan tentang kebingungannya yang semalam, yang masih mengalami kebuntuan. Sementara Tian, dia bingung melihat Barry sedikit uring-uringan pagi ini. dia tengah memikirkan cara bagaimana mengembalikan mood anak itu.

Tian lalu berinisiatif mengambil telur gulung dengan sumpitnya, lalu meletakkannya di atas mangkuk kecil Barry yang penuh dengan nasi. Barry yang sedari tadi hanya mengaduk-aduk makanannya tanpa semangat, sedikit terkejut melihat telur gulung pemberian Tian. hatinya seketika menghangat, hanya karena sebuah telur gulung. Kebingungannya masih ada, tetapi dia tidak sedang ingin memikirkannya. Dia hanya merasa harus menikmati kebahagiaan yang dia rasakan sekarang. entah mengapa, dia selalu merasa senang jika diperlakukan seperti ini oleh Tian. bahkan tadi malam, sebenarnya Barry juga merasa sangat bahagia saat Tian mengelus kepalanya. Hanya saja, pikirannya terlalu mengambil berat perihal perkataan Tian.

Barry menatap Tian. sambil menyembunyikan senyumnya dia lalu berkata, "Kenapa memberiku telur gulung?"

"Ya karena aku lihat kau hanya makan nasi. Apa enaknya makan nasi saja? kau harus makan yang lain juga. Coba ini. aku memasak sayur tumis brokoli. Kau harus makan ini agar pencernaan dan tubuhmu sehat."

"Apa kau pakar gizi?" tanya Barry sambil mengunyah telur gulungnya. Jujur, sebelum dia bertemu dengan Tian dia tidak pernah memikirkan apa yang dia makan itu sehat atau tidak. Selama itu enak dan dia kenyang, ya sudah. Itu kan inti dari makan?

"Ei! Aku tidak perlu jadi pakar gizi untuk mengetahui hal ini."

"Oke. Lalu ambilkan aku sayurnya."

Tian terperangah sesaat. "Aku harus mengambilkannya juga?"

"Ya kenapa? Kau tadi mengambilkan telur kan? Kenapa sekarang tidak mau mengambilkan sayurannya juga?"

Tian geleng-geleng kepala. "Baiklah, baiklah tuan muda. Akan aku ambilkan." Ucap Tian pada akhirnya. Tak tega dan tak bisa menolak permintaan adiknya. Sementara Barry dalam hati merasa senang sekaligus makin bingung. Biasanya Tian tidak akan menuruti apa kemauannya? Tapi sekarang.. kenapa jadi.. begini?

"Tuangkan air untukku juga." Perintah Barry selanjutnya. Sengaja, ingin mengetes apakah Tian akan mau melakukan perintahnya lagi atau tidak.

Awalnya Tian mendengus. Membuat Barry berpikir dia tidak akan mau melakukannya. tapi ketika melihat Tian meraih gelas milik Barry dan menuangkan air untuknya, Barry tak bisa menahan rasa bingung dan penasarannya yang kian membesar. Sebenarnya, Tian ini sedang kenapa?

"Tian-" Barry memanggil Tian. hendak menanyakan pertanyaan yang sedari tadi malam menggelayut di dalam pikirannya.

Tian mendongak karena dipanggil. Di tatapnya Barry dengan ekpresi menahan kesabaran. "Sekarang apa lagi? Kau ingin dilayani apalagi tuan muda?" tanyanya yang mengira Barry akan menyuruhnya melakakukan sesuatu lagi.

Sementara Barry mendadak gugup ketika saling tatap dengan Tian. pertanyaan yang ingin dia lontarkan tertahan dikerongkongannya. Tak mau keluar. Alhasil, dia kembali menundukkan kepalanya, tak jadi bertanya pada Tian. "Tidak. Tidak jadi."

"Eh?" Tian bingung. Tapi melihat Barry yang hanya melanjutkan sarapannya, membuatnya mengurungkan niat untuk bertanya lebih jauh. Jadi dia kembali melanjutkan kegiatannya, menghabiskan sarapannya, seperti yang sedang Barry lakukan.

***

"Kau sedang mencari apa Tian?" Barry bertanya bingung melihat Tian yang sedang menggeledah laci-laci meja dengan gelisah. Barry baru saja selesai mengganti pakaiannya di kamar mandi dan ketika mendapati Tian dengan aktivitasnya yang seperti itu jelas membuat Barry kebingungan. "OY, Tian! Aku sedang bertanya!" Barry berusaha menginterupsi Tian lagi agar pemuda itu memperhatikannya dan menjawab pertanyaannya. Tapi Tian malah terus mengacuhkannya dan larut dengan aktivitasnya sendiri. tak tahan diacuhkan, pada akhirnya Barry memegangi tangan Tian, membuat pergerakan pemuda itu terhenti seketika. Tian pun menatap Barry dengan tatapan terkejutnya.

SEPARATED BROTHER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang