S E P U L U H : "Ketahuan"

1.6K 231 15
                                    

Ps: Mohon maaf kalau nanti kalian menemukan kesalahan atau hal-hal yang kurang baik dalam cerita yang ku tulis. Kritik dan saran dari kalian selalu ku tunggu agar aku bisa melakukan perbaikan.

Happy reading guys..🌻 Jangan lupa vote and commentnya yaaa😉 thank you..

***

Tian sudah selesai mandi. Dia baru saja keluar dari kamar mandi dan melihat Barry sedang duduk setengah berbaring di atas tempat tidurnya yang sempit sambil selonjoran kaki. Pemuda itu tengah memotong kuku. Tadi dia berteriak pada Tian yang berada di dalam kamar mandi bahwa dia ingin meminjam pemotong kuku. Katanya kukunya sudah panjang dan sangat jelek. Dia sendiri risih melihatnya.

Tian segera duduk dipinggir tempat tidur setelah menyampirkan handuk di pagar balkon. Dia meraih ponselnya, sekedar mengecek sebelum pergi untuk memasakkan makan malam untuk dirinya dan Barry. Barry tidak mengajaknya bicara dan masih fokus dengan kukunya, jadi dia juga tidak berusaha untuk mengajak tuan muda itu berbicara. Tian memfokuskan diri pada ponsel ditangannya, dan terkejut dengan segera ketika dia mendapatkan sebuah pesan. Jantung Tian mulai berdebar-debar membaca keseluruhan isi pesan itu. Dia tiba-tiba berdiri dan langsung melesat menyambar jaketnya. Membuat Barry yang kaget karena kelakuannya, memandanginya bingung.

"Heh, Tian! Ada apa?" tanya Barry melihat Tian memasang jaketnya dengan gusar dan wajah gelisah. Pemuda itu juga buru-buru mengambil dompet di nakas.

"Aku pergi dulu. Ada urusan."

"Eh? urusan apa malam-malam beg- Hei Tian?!" Barry bahkan belum merampungkan kalimatnya, tetapi Tian nampak tak mau memperdulikannya lagi dan segera berlari ke arah luar. Barry yang melihatnya pergi seperti itu tentu saja dibuat bingung dan penasaran. Pemuda itu pun berdiri dan mengejar Tian. tidak lupa dia juga menyambar jaket. Tentu saja jaket milik Tian yang tergantung di tempatnya. Setelah itu dia benar-benar menyusul Tian. Entah mengapa meski tidak tahu Tian mau ke mana dan melakukan apa, tapi hatinya menyuruhnya untuk mengejarnya.

Tiba di bawah gedung apartemen, Barry melihat Tian menghentikan sebuah taxi. Tanpa menunggu apapun lagi, Barry berlari secepat yang ia bisa demi mencapai taxi itu dengan segera. Beruntung, dia sampai sebelum pintu taxi itu di tutup oleh Tian. Dia pun segera masuk ke dalam sana dan membuat Tian terkejut melihatnya.

"Kau- Apa yang kau lakukan Barry?" tanya Tian bingung. Dia tidak tahu bahwa ternyata Barry mengejarnya juga.

"Ikut denganmu tentu saja." Jawab Barry santai sambil menutup pintu. Setelah itu dia menatap Tian yang memandangnya heran. "Kenapa diam saja? Bukankah kau buru-buru?" Barry tahu bahwa Tian sedang bingung dengan tingkahnya. Tetapi dia tidak ingin Tian terus membahasnya. Dia ikut, karena hanya ingin ikut. Dia hanya merasa ada yang tidak beres dengan Tian karena berlarian keluar di tengah malam seperti ini. Jadi dia pikir dia harus ikut, menemaninya. Setidaknya kalau nanti ada masalah, dia bisa membantu orang yang sudah banyak membantunya itu.

Mendengar kalimat Barry, Tian segera sadar. Kemudian dia menyuruh supir taxi untuk melajukan mobilnya ke tempat yang tadi sudah disebutkannya sebelum Barry datang. Supir itu mengangguk, dan tak lama setelahnya mobil biru itu pun berjalan. Barry melirik Tian yang terlihat cemas. Tak tahan untuk bertanya, dia pun bersuara, "Tian, sebenarnya ada apa? Kau mau ke mana malam-malam begini?"

"Jangan banyak bertanya." Jawab Tian singkat.

"Ei- bertanya pun tidak boleh?"

Tian hanya melirik Barry sekilas, dengan tatapan yang seolah mengatakan dia tidak ingin ditanya-tanyai lagi sebab dia sangat malas untuk menjawab dan menjelaskan. Membuat Barry yang menangkap makna ekspresi itu hanya mampu bungkam kemudian, meski hatinya setengah mati sangat penasaran. Keduanya pun duduk diam, tak ada yang bersuara lagi setelahnya.

SEPARATED BROTHER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang