T U J U H : "Melarikan Diri"

1.9K 227 15
                                    

Ps: Mohon maaf kalau nanti kalian menemukan kesalahan atau hal-hal yang kurang baik dalam cerita yang ku tulis. Kritik dan saran dari kalian selalu ku tunggu agar aku bisa melakukan perbaikan.

Happy reading guys..🌻 Jangan lupa vote and commentnya yaaa😉 thank you..

***

"Kau?! Apa yang kau lakukan di sini?!"

Belum juga pengendara motor yang tak lain adalah Tian, menjawab pertanyaan Barry, Billa muncul dan menubruk Tian dari belakang. Gadis itu mengaduh lalu menggerutu, "Aish Tian! Apa yang kau lakukan dengan berdiri di situ huh?!" Billa mengusap-usap jidatnya yang terbentur punggung lebar Tian. Beberapa detik yang lalu dia masih bersungut-sungut kesal, namun ketika dia melihat ke arah depan dan mendapati sesosok pria tampan yang dikenalnya, dia tidak bisa untuk tidak memekik kaget dengan wajah berbinar-binar bahagia. Seolah dia menemukan harta karun. "B-BARRY?!"

Tian meringis miris melihat kak Billanya yang histeris melihat makhluk bernama Barry itu. Tangannya yang tadinya memegangi nampan berisi roti yang baru saja matang, kini segera menyenggol Billa. "Kak- tolong bersikap biasalah. Apa kak Billa tidak malu?"

"Bagaimana bisa aku biasa saja? Di-dia Barry! Barry ada di toko roti kita Tian!" Jerit Billa masih histeris. Membuat Tian mengehela napas putus asa.

Sementara Barry hanya bisa menatap bingung dua orang dihadapannya itu. Dia hanya mengenali sosok si pengendara motor yang tadi dipanggil Tian oleh seorang gadis disampingnya. Oh! Jadi namanya Tian! Nama yang sebenarnya cukup biasa saja. Tapi kenapa terdengar tidak asing ditelinganya? Seolah dia sering mendengarnya bahkan merasa sering menyebutnya. Tapi itu tidak mungkin, mengingat dia baru mendengar nama itu sekarang.

"B-Barry- perkenalkan, a-aku Billa!"

"Kak-" Tian mendelikkan mata tak percaya melihat Billa malah mengajak Barry berkenalan. Namun Billa tak menggubrisnya.

"Ah- oh iya hallo." Jawab Barry kikuk. Tian agak tidak percaya mendengar Barry membalas sapaan ramah Billa dengan ramah pula. Ke mana perginya sosok arogan yang seperti ingin membunuh Tian kemarin hanya karena goresan sedikit di mobilnya?

"Kau- mau apa ke mari?!" Tian segera menyela percakapan di antara Barry dan Billa. Membuat Galih maju dan berdiri di hadapan Barry. sepertinya dia merasa Tian berbahaya karena berani membentak tuan mudanya.

"Dia ingin membeli roti. Bisakah kau merendahkan suaramu?"

"Eh-?" Tian terkejut sebab malah orang lain yang menjawab pertanyaannya. Dan orang itu terlihat agak menakutkan dengan wajah kakunya. Sementara Barry sudah tersenyum kecil melihat perubahan di wajah Tian. "Tapi aku bertanya pada tuanmu- kenapa kau yang menjawab?"

"Saya merasa perlu melindunginya dari bahaya." Jawab Galih.

"B-bahaya? Bahaya apa maksudmu?"

"Kau-"

"Aku?!" Tian mendelik tak mengerti. Tapi dia segera diam saat Billa menyenggolnya.

"Kau bersikap tidak ramah pada Barry. jelas saja kau dicurigai berbahaya." Bisik Billa yang masih bisa di dengar cukup jelas oleh Tian.

"Yakkkkkkkkkk! Tapi Barry lebih tidak ramah padaku. Dia bahkan kurang ajar padaku, apa kau tahu?!" teriak Tian pada Galih.

Billa segera membekap mulut Tian agar berhenti berteriak dan berkata tak sopan. "T-tolong maafkan dia- si-silahkan melanjutkan memilih rotinya-" ucap Billa lalu menyeret Tian agar menjauh.

Barry tertawa melihat apa yang baru saja terjadi. Dia lalu menepuk bahu Galih dan berkata, "Galih. Kau tidak perlu seperti itu."

"Tugasku adalah untuk melindungi Tuan muda."

SEPARATED BROTHER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang