D U A P U L U H : "Mengulik Kebenaran"

1.5K 172 34
                                    

***

Barry melemparkan ponselnya sembarangan ke atas meja kerjanya. Untung saja tidak sampai jatuh ke lantai meski sekarang posisinya berada diujung meja. Jikalau Barry menggebrak meja nya sekarang dengan kekuatan lemah sekalipun, ponsel itu bisa dipastikan sudah terbanting ke lantai dalam sekejap.

Barry menghempaskan dirinya ke atas kursi putar nyamannya. Dia memejamkan matanya rapat-rapat, setelah baru saja mengusap wajah dan mengacak rambutnya mirip orang frustasi. Nafasnya tersengal-sengal. Padahal dia tidak sedang berlari keliling lapangan. Semua kekacauan yang ada pada dirinya sekarang, terjadi karena seseorang. Seorang manusia, salah satu makhluk dunia, bernama Tian.

Sudah tiga hari lamanya, Tian tidak ada kabar. Pemuda itu tidak bisa dihubungi sama sekali. Apartemennya juga sepi. Tak ada tanda-tanda kehidupan di sana. Sekalipun Barry menungguinya seharian sampai malam macam orang tak ada kerjaan, Barry tidak menemukan sekelabat bayang Tian. Pun tak jauh berbeda ketika Barry mencarinya di Toko roti Teratai. Tian juga tidak datang untuk bekerja. Ketika Barry bertanya tentang keberadaan Tian pada orang-orang di toko roti itu yang dia dapatkan hanya jawaban abu-abu. "Tian izin cuti selam beberapa hari. Katanya dia harus mengunjungi suatu tempat, tapi dia tidak mengatakan tempat yang ingin ia kunjungi itu."

Barry sekali lagi mengusap-usap wajanya yang benar-benar kusut. Dia uring-uringan seperti itu selama tiga hari ini. Tidak fokus bekerja, dan yang dia lakukan hanya marah-marah pada orang-orang yang ditemuinya sebagai pelampiasan kekesalannya. Dia juga tidak mengerti kenapa dia bisa sampai seperti ini hanya karena tidak tahu di mana keberadaan Tian. Tapi satu yang ia tahu pasti, bahwa hatinya tidak akan bisa tenang sebelum dia benar-benar melihat Tian dengan mata kepalanya sendiri.

Barry ingin mengumpat dan mengusir langsung seseorang yang tengah mengetuk pintu ruangannya. Dia benar-benar tidak ingin diganggu. Namun ketika dia mendengar suara Galih dia menahan ucapan makiannya dan pada akhirnya menyuruh bodyguardnya itu untuk masuk.

"Ada apa Galih? Kalau tidak penting, tidak usah menggangguku! Aku sama sekali tidak ingin diganggu!"

"Maaf Tuan. Tapi saya rasa, tuan pasti ingin mendengar apa yang hendak saya sampaikan." Galih mengerti kondisi emosi tuan mudanya yang meledak-ledak bagai kembang api beberapa hari terakhir ini. Tetapi Galih tidak bisa menahan diri untuk berlari dengan segera menemui tuan mudanya, ketika dia tidak sengaja bertemu dengan orang yang membuat bosnya seperti ini di lobby kantor.

"Apa?" Barry agak tertarik, meski masih terlihat enggan mendengarkan lebih jauh berita yang Galih bawa untuknya. Paling tidak jauh-jauh dari pekerjaan, batin Barry menebak-nebak.

"Tian!"

Mendengar nama itu disebut, mata Barry langsung membulat. "Kenapa Tian?!" tanya Barry cepat. Dia bahkan sampai berdiri. Wajahnya langsung berubah tak sabar mendengarkan lanjutan kalimat Galih ketika tahu bahwa informasi yang Galih bawa berkaitan dengan Tian.

"Tian sedang ada di kantor ini, tuan muda. Dia sedang menemui tuan besar sekarang."

"APA?!" mendengar Tian sedang berada di kantornya saja, Barry sudah terkejut. apalagi mendengar kalau Tian datang ke tempat itu demi menemui papanya. Apa tidaksalah?! Kenapa Tian malah menemui papanya, dan bukan dirinya?

Namun mengenyampingkan pertanyaan-pertanyaan yang bermunculan dalam benaknya, Barry segera melesat pergi setelah mendengar kalimat Galih. Meninggalkan Galih begitu saja tanpa sepatah kata apapun. Setidaknya dia harus berterima kasih bukan, karena Galih sudah memberitahunya kabar penting itu. tapi tidak. Barry bagai lupa segalanya dan seolah terbang menuju ruangan papanya.

***

"Kau-" Tuan Arya menatap keheranan sosok Tian yang tiba-tiba saja berani menginjakkan kaki di kantornya. Tidak pernah sekalipun terbesit dia akan bertemu Tian di ruangannya seperti ini. Tuan Arya segera meletakkan pena mahalnya, dan memusatkan seluruh perhatian pada lelaki muda di depannya itu.

SEPARATED BROTHER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang