L I M A : "Barry Arya Adhitama"

2.6K 266 24
                                    

Ps: Mohon maaf kalau nanti kalian menemukan kesalahan atau hal-hal yang kurang baik dalam cerita yang ku tulis. Kritik dan saran dari kalian selalu ku tunggu agar aku bisa melakukan perbaikan.

Happy reading guys..🌻 Jangan lupa vote and commentnya yaaa😉 thank you..

***

17 tahun kemudian di sebuah toko roti sederhana..

Seorang pemuda membalikkan papan 'open close' yang tergantung di pintu kaca. Membalikkannya, merubah posisi tulisan 'open' menjadi di depan, dan bisa dilihat oleh semua orang dari luar. Pemuda yang masih mengenakan celemek di badannya itu kemudian membalikkan tubuh, bergerak ke tempatnya semula, kembali ke dapur. Namun suara seruan seseorang yang memanggilnya menghentikan langkahnya.

"Tian!"

Pemuda yang tak lain dan tak bukan adalah Tian yang sudah tumbuh dewasa itu pun segera menolehkan kepala, menatap ke arah kasir, di mana Paman Yudhis yang baru saja memanggilnya berada. Pemuda itupun menyahut dengan suara agak keras agar Paman Yudhisnya yang sudah menua bisa mendengarnya, "Ya, paman?!"

"Ke mari!" perintah Paman Yudhis, membuat Tian segera berlari ke arahnya.

Tian sudah tumbuh dewasa. Tahun ini dia berusia 28 tahun. Wajahnya yang memang sudah tampan sejak kecil semakin memancarkan kesempurnaannya. Sungguh rupawan dan manis. Terlebih jika pemuda itu tersenyum. Sungguh mengilukan gigi setiap orang yang melihatnya. Benar-benar terlihat sangat manis dan indah, sehingga siapapun pasti betah menatap senyum itu terus-menerus. Mata anak itu juga menjadi daya tarik sendiri bagi setiap orang yang bertatapan dengannya. Kedua matanya yang bulat besar itu terlihat begitu murni dan berbinar. Seolah ia mencuri cahaya magis kerlipan bintang dan menyembunyikan di kedua matanya itu. benar-benar indah. Membuat para pengunjung khususnya pengunjung wanita jadi rajin untuk singgah di toko roti ini hanya demi melihat keindahan wajah salah satu pekerjanya.

"Ada apa paman?" tanya Tian sesampainya di hadapan sang paman.

"Kau antarkanlah roti pesanan Nyonya Lusi." Paman Yudhis membalas sambil memperbaiki tata letak kaca mata yang dikenakannya.

"Ouh? Sekarang? Bukankah acara ulang tahun anaknya masih jam satu siang paman?" tanya Tian.

"Ya. Tapi nyonya Lusi ingin roti itu sampai pagi ini juga. Baru saja dia menelepon."

Tian manggut-manggut, mengerti. Jadi bunyi telepon yang dia dengar beberapa waktu tadi itu adalah telepon dari Nyonya Lusi. "Baiklah paman. Akan langsung aku antarkan."

"Bagus." Paman Yudhis tersenyum. Merasa bersyukur memiliki Tian sebagai salah satu pekerja di toko rotinya yang dapat dia andalkan. Anak itu rajin, ulet dan patuh. Tidak suka mengeluh apalagi membantah. Setiap pekerjaannya, dia lakukan dengan sebaik mungkin.

Paman Yudhis memutuskan untuk membawa dan merawat serta membesarkan Tian, setelah anak itu kehilangan adiknya, Bian 17 tahun yang lalu. Dia membiarkan Tian tinggal bersamanya dengan keluarganya. Untung saja istri dan anak-anaknya bisa menerima kehadiran Tian dengan baik. Bahkan sang istri menjadi sangat menyayangi anak itu dan mengurusnya seperti anaknya sendiri.

Tetapi, Tian sungguh mengerti dengan posisinya. Paman Yudhis dan keluarganya sudah sangat baik mau menampungnya, jadi untuk sedikit membalas kebaikan Paman Yudhis sekeluarga -yang sebenarnya Tian pikir tidak akan pernah bisa membalasnya- dia meminta untuk dipekerjakan di toko roti sederhana milik paman Yudhis. Toko Roti 'Teratai' namanya. Tian tidak berpikir ada cara lain untuk menjadi lebih berguna bagi keluarga itu selain bekerja di toko roti itu. Awalnya Paman Yudhis tidak setuju, tetapi Tian memaksa, jadi pada akhirnya Paman Yudhis pun mengizinkannya untuk bekerja, setelah dirinya lelah menolak permintaan Tian. Jadilah Tian bekerja di toko roti itu sampai sekarang.

SEPARATED BROTHER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang