A Fanfiction
.
.
IKIS_35
.
.
Na_Ren
.
.
Kangen ga?
.
.
Enjoy
.
.
Klik bintang kalau suka🤗
.
.
Follow juga akun ini hehe
.
.Suara sol sepatu yang beradu dengan lantai menciptakan suara kencang yang mengganggu, membuat beberapa orang di koridor perusahaan menoleh ingin tahu, dua orang itu seperti terlibat kejar-kejaran, suara dari sepatu keduanya benar-benar mengganggu, tapi rupanya tidak menyurutkan keduanya untuk mengakhiri.
"Jaemin!" panggil Jeno lagi.
Jaemin rasa tidak ada yang perlu di bicarakan lagi, semuanya sudah jelas, kalau keduanya sama-sama menyukai Renjun, cowok mungil, manis, savage yang sangat menggemaskan.
"Jaemin" Jeno berhasil menarik pundak Jaemin hingga dia berbalik menatapnya "aku perlu dengar dari mulut mu sendiri"
Jaemin menyeringai " tidak ada yang perlu kita bicarakan, semuanya sudah jelas, aku menyukai Renjun meskipun kamu menyukainya, jangan salahkan aku, tapi salahkan perasaan ku yang berani melakukan itu"
Jeno menarik Jaemin kasar ketika cowok itu hendak pergi lagi " kenapa kamu tidak pernah mengatakan itu, kamu tau, aku seperti penjahat saat ini"
"lepas" yang lebih muda mencoba memberontak, "aku rasa aku tidak perlu mengatakan itu" jawabnya sengit.
Sayangnya Jeno malah mendorongnya kasar, membuat tubuh Jaemin menubruk tembok di belakang, lalu memenjarakanya tubuhnya di antara lenganya, berusaha menutup segala akses untuk pergi darinya.
"sudah ku bilang tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi!" seru Jaemin kesal " sekarang kamu sudah tau kalau aku menyukai Renjun, bahkan kamu pun tidak tau kan harus apa, aku pun begitu, jadi biar Renjun yang memilih, semua keputusan ada di tangan dia, aku masih banyak urusan, jadi biarkan aku pergi"
" enggak! Yang jadi masalah kenapa kamu tidak pernah bilang pada ku"
" kamu menyukai Renjun, bagaimana mungkin aku bilang pada mu kalau aku juga menyukainya, kamu sudah gila" Jaemin merotasikan matanya
" sejak kapan" Jeno merendahkan suaranya.
Jaemin menunduk " sejak kamu bilang kalau kamu menyukainya, jelas!, tapi kamu masih ingat kan, aku pernah bilang kalau aku menyukai seseorang yang pernah memberiku lukisan bunga Daisy, dia Renjun"
Cowok ini mendorong tubuh Jeno hingga lenganya terlepas dari tembok, jadi cintanya pada Jaemin dulu itu pun tidak pernah terbalaskan, mungkin benar kata Jaemin, sekarang biar Renjun yang memutuskan pilihan.
"AYO KITA BUAT KESEPAKATAN, Jangan benci pada ku kalau Renjun memilih aku pada akhirnya, mari kita lupakan tentang persahabatan kita sebentar"
Jaemin menoleh ke belakang sekilas, lalu melanjutkan langkahnya, dadanya terasa sakit, begitu sesak seperti ada sesuatu yang meremas paru-parunya di dalam sana, jangan lupakan jantungnya yang nyaris terjun ke lantai, hingga tanpa sadar air bening itu meluncur begitu saja.
Rupanya benar bahwa cinta bisa menghancurkan segalanya termasuk sebuah persahabatan, bagaimana bisa Jeno berkata seperti itu, apa menurutnya persahabatan mereka hanya sebuah lelucon, bahkan jika memang itu yang Jeno inginkan. Jaemin berani menaruhkan segalanya.
Tapi demi apapun kalau hatinya sakit sekali.
-
Jisung akhirnya menyerah, anak bungsu Nct ini mulai meninggalkan ambang pintu, kemudian bergabung dengan Chenle dan Renjun.
Dua orang itu seperti tidak terpengaruh apa-apa, padahal sejak tadi Jeno, Haechan dan Jaemin hyung tidak juga muncul, entah kemana perginya 3 orang itu, beruntung sekali, acara latihan kali ini tidak terlalu serius, hanya latihan abal2.
Yang paling aneh itu Haechan hyung, dia hanya ijin ke kamar mandi tapi sampai detik ini belum juga kembali. Jisung curiga kalau Jaemin pergi bersama cowok komplek sebelah, tapi kemana perginya Jeno, apa dia akan menghindari Jaemin selamanya, bukankah mereka berdua itu sahabat.
Magnae nct ini akhirnya merebahkan diri di sofa panjang, membuat Renjun dan Chnele menoleh, lalu melanjutkan kegiatan mereka, sayangnya tidak terlalu lama.
Akhirnya dua orang ini menghampiri Jisung, duduk di lantai lalu memangku cemilan. "ada apa?" tanya Chenle.
Jisung hanya mendengus tidak menjawab.
"bilang atau ponsel mu melayang" ancam Renjun.
Anak itu langsung bangkit dari posisi rebah, sedikit kesal mendengar ancaman Renjun, Jisung baru ingat kalau ponselnya ada di saku hoodie, dan lihat sekarang, dua orang itu sedang menertawakanya, bukankah itu sangat menjengkelkan.
"Jisung bodoh" ledek Chenle.
"sepi sekali" dengus Renjun lalu melompat ke sofa, kemudian merebahkan diri di sisi yang lain, begitu juga dengan Jisung, membuat dua orang ini saling adu kaki karna tidak cukup panjang sofa.
"kemana Jaemin, Jeno Haechan, kalian laper ga si?" tanya Renjun panjang lebar, dan dua magnaenya hanya menjawab seadanya membuat ruang latihan itu kembali sunyi.
Chenle tiba2 melompat ke atas sofa, duduk di perpotongan antara kaki Jisung dan Renjun "bukanya ruang latihan ini horror ya"
Renjun memposisikan diiri menatap langit-langit ruangan, dan untuk pertama kalinya dia merasa tenang bersama dua anak ini, tidak heboh dan tidak berisik "aku tidak takut hantu"
"eye y" Jisung yang pertama kali merespon "aku tidak percaya" ucapnya dan ada Chenle yang menyetujui ucapan Jisung barusan.
"awas saja kalau lihat hantu beneran, tamat lah riwayat mu" timpal Chenle.
Renjun membalik tubuhnya hingga menghadap sandaran sofa "aku lebih takut kehilangan kalian"
Baik Chenle maupun Jisung saling pandang, kemudian menatap punggung hyungnya yang terlihat tenang, bernafas di sela rebahan itu, dan secara perlahan Jisung bangkit dari tempatnya rebah menjadi duduk santai.
Sepertinya Chenle menyadari perubahan dari wajah Jisung, aka nada yang meledak sebentar lagi.
"siapa yang hyung suka, Jeno hyung atau Jaemin hyung" ucapnya prontal.
Pertanyaan itu melesat cepat di kedapnya ruangan itu, di dingin dan lebarnya ruangan itu, menusuk telinga-telinga yang ada disana, membuat sesuatu yang tidak terlihat mulai bekerja berkali-kali lipat di dalam sana.
Semua orang terlihat penasaran, menanti jawaban yang akan Renjun ucapkan, menyiapkan hati jika ucapanya itu akan melukai hati nantinya.
Renjun hanya membuka sebentar kelopak matanya kemudian kembali ia pejamkan "aku tidak tau, aku tidak tau siapa yang aku suka, yang jelas aku menyukai kalian semua" jawabnya parau penuh kehati-hatian takut menyinggung.
"lalu apa maksud ciuman itu, sudah ku duga kalian semua seperti mempermainkan perasaan masing-masing" lanjut Jisung, kali ini penuh penekanan. Membuat Chenle menyernyit dahi tidak mengerti, siapa yang berciuman disini, apa hanya dia yang tidak tau?
Renjun memposisikan tubuhnya hingga menghadap langit2 ruangan, tanganya perlahan terangkat memainkan jemari tanganya di bawah sinar lampu "kalian tau apa yang paling menyakitkan?" dua anak itu menggeleng bersamaan "saling mencintai tapi tidak bisa bersatu"
Sudah sukup sesi menguping ini "Anyeonghaseyo"
Hyung!
"aku membawa makan siang, berterima kasih lah pada.." Haechan menghentikan ucapanya lalu menoleh pada sosok yang baru datang "Jeno"
"wa terimakasih HYung!" seru dua magnae kita.
Haechan membawa kotak bento ke posisi dream dan member langsung merapat.
"sepertinya kita melupakan satu orang lagi" ucap Jeno, membuat atensi semua orang teralihkan "yak NA JAEMIN!"
Woahhh
To be countinue.
KAMU SEDANG MEMBACA
I know I'm stupid ( Jaemren)✅
FanfictionRj: Bukankah itu artinya kita saling mencintai, kenapa kita tidak bisa bersatu Jaemin ah~ Hyunjin "Tapi bukankah semakin kau mencintainya semakin besar pula keinginan mu untuk membuatnya bahagia, termasuk melepaskan untuk orang yang ia cintai" Jm: t...