Chapter 6 : Iblis Berpedang Ganda

51 6 3
                                    

Fadli mencabut pedang yang tertusuk ke bahunya, kemudian dia mencabut pedang yang tertusuk ke dada Ren. Saat mencabut pedang tersebut dari dada Ren, Fadli melihat ada dua buah surat di saku Ren. Fadli mengambil surat tersebut tanpa sepengetahuan Austin, dan menyembunyikannya. Tidak lama kemudian para prajurit istana datang dengan membawa beberapa dokter. Para dokter tersebut langsung mengobati lukanya Fadli, dan ada yang memeriksa keadaannya Ren. Fadli langsung kembali ke istana setelah para dokter selesai merawat lukanya, dengan kepala menunduk, dan tidak memperdulikan apapun sama sekali, sambil membawa pedang miliknya, dan milik Ren. Saat sampai di istana, Fadli di sambut oleh ayah dan ibunya, tapi Fadli juga tidak menghiraukan mereka, dan dia terus berjalan hingga ke kamarnya dan mengunci kamarnya.

Raja Edward dan Ratu Merry menjadi sangat khawatir dengan keadaannya Fadli, tapi mereka tidak tau apa yang terjadi. Tidak lama kemudian, Austin kembali ke istana.
Austin:"yang mulia, apakah pangeran kembali kesini?"
Edward:"iya, tapi dia menghiraukan kami, dan langsung pergi ke kamarnya dengan wajah yang sangat sedih"
Merry:"memangnya apa yang terjadi?"
Austin lalu menceritakan semua yang terjadi kepada mereka berdua, walaupun Austin sudah berjanji kepada Fadli untuk tidak mengatakan kepada siapapun, tapi dia berpikir akan baik baik saja jika menceritakan itu kepada kedua orang tuanya Fadli.

Setelah mendengar cerita itu, ratu Merry langsung berlari ke kamarnya Fadli, tapi beliau di tahan oleh raja Edward.
Edward:"untuk saat ini lebih baik kita biarkan dia sendiri dulu, dia butuh waktu untuk menenangkan pikirannya"
Austin:"saya rasa itu juga pilihan yang terbaik"
Ratu Merry kemudian menyetujui mereka berdua.
Merry:"baiklah"
Di dalam kamar, Fadli membaca surat yang dia ambil dari sakunya Ren tadi. Surat yang pertama adalah surat perintah untuk Ren supaya dia mencuri segel kerajaan Fiera, tapi tidak di perlihatkan kerajaan mana yang telah mengirim surat perintah tersebut. Sedangkan surat kedua adalah surat yang ditujukan kepada Fadli.

Fadli membuka dan membaca surat tersebut.
Fadli:"untuk pangeran Fadli yang terhormat, jika kamu membaca surat ini, itu berarti aku sudah mati, dan jika kamu yang membunuhku, maka aku mungkin sudah memberitaumu segalanya, tapi jika tidak, hal pertama yang ingin aku katakan kepadamu adalah maaf. Maafkan aku yang selama ini telah membohongimu, aku sebenarnya adalah mata mata dari kekaisaran Romanus, tapi percayalah aku tidak punya pilihan lain, mereka menyandra keluargaku, dan jika aku menolak keluargaku akan mereka bunuh. Aku benar benar minta maaf kepadamu Fadli, aku benar benar menghargaimu, baik sebagai sahabat, ataupun sebagai pangeran. Aku sangat senang bisa mengenalmu kawan, terima kasih, dan selamat tinggal.
Dari sahabatmu(jika kamu masih menganggapku sebagai sahabat); Ren"

Fadli lalu menulis surat kepada orang tuanya, dan meletakannya di dekat surat milik Ren. Fadli lalu mengambil pedang miliknya, dan milik Ren. Kemudian dia langsung berangkat menuju ke kekaisaran Romanus. Sedangkan di sebuah tempat di kekaisaran Romanus, Gibraltar, dan para pasukan pemberontak sedang menyusun rencana untuk menghancurkan sang kaisar, sebelum mereka mendengar suara kekacauan dari luar tempat mereka berkumpul. Fadli sudah sampai di ibukota Kekaisaran Romanus, dan dia langsung membunuh prajurit yang menjaga gerbang tanpa mengatakan satu patah kata apapun.

Fadli sudah memegang dua buah pedang yang siap untuk menebas siapapun yang berani untuk melawannya, dan matanya mengeluarkan aura kebencian yang sangat kuat. Tidak terlalu lama setelah dia masuk ke dalam ibukota, dia melihat beberapa  prajurit yang sedang mencoba untuk melecehkan seorang wanita muda di pinggir jalan, dan tidak ada satu orang pun yang berani untuk membantu wanita tersebut.
Fadli:"cih, tempat ini jauh lebih buruk daripada dugaanku"
Fadli kemudian langsung membunuh para prajurit itu tanpa ampun, kemudian dia berbicara kepada warga sekitar.
Fadli:"jika kalian masih ingin hidup, bersembunyilah"
Setelah mengatakan itu, Fadli langsung pergi memutari ibukota untuk membunuh beberapa prajurit, sambil membantu para warga yang sedang di tindas.

Sacred Heroes Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang