▪︎ 30 ▪︎

2.7K 259 14
                                    

[Boleh sambil dengerin lagu ya bacanya, supaya semakin nge feel! Happy Reading!♡]

Aku meraih ponselku, berharap mendapatkan sebuah pesan dari Ryujin. Namun, hasilnya nihil. Ryujin benar-benar tak menggubris satupun pesanku. Air mata mengalir semakin deras membanjiri pipiku.

Aku yang kehilangan kesabaran nekat mengambil jaket dan keluar dari kamarku, aku harus menghampiri Ryujin. Aku benar-benar harus menyelesaikan masalah ini dengannya.

"Lia, kamu mau kemana?"

"Lia, pembicaraan kita belum selesai!"

Kuabaikan perkataan eomma dan appa yang terus menahanku untuk pergi. Pikiranku kacau sekali, tidak ada yang lebih baik selain bertemu dengan Ryujin saat ini.

"mianhae, eomma-appa. Lia harus menjadi anak yang pembangkang hari ini." aku mengusap kasar air mata yang membanjiri pipiku dan berlari keluar, Rasanya aku tak kenal lelah saat ini. Di pikiranku hanyalah cepat-cepat bertemu dengan Ryujin.

Tanpa sadar, aku sudah berada di depan rumah nya saat ini. Aku mengetuk pintu rumahnya dan memencet bel berulang kali, namun tak ada tanda-tanda ataupun suara Ryujin.

Aku semakin putus asa, kuraih ponsel di saku ku dan menelepon nya berulang kali. Namun, tak ada jawaban. Rasanya aku akan gila memikirkan semua ini. Aku terus memencet bel, namun hasilnya tetap sama. Aku baru menyadari motor Ryujin tidak ada, artinya dia tidak di rumah. Lalu, dia kemana?

Air mata mengalir lagi membasahi pipiku. Aku benar-benar menjadi gadis yang cengeng kali ini.

Tidak banyak yang kuharapkan. Aku hanya mengharapkan dia ada di sisiku sekarang, memelukku, dan menenangkanku.

"Ryujin, kamu dimana?" aku menangkup kedua wajahku, aku berjongkok disana. Aku putus asa, sangat putus asa. Perasaan gelisah terus menyelimutiku.

Rasanya sakit sekali menahan isak tangis di tengah keadaan seperti ini.

Tiba-tiba, aku bisa suara motor dan suara langkah seseorang, ia datang dan mengelus punggungku perlahan. Aku terkejut, namun ketika aku melihat wajahnya.. aku tersenyum. Aku memeluk tubuhnya dan jelas itu membuatnya sangat terkejut. Namun, dia menepuk-nepuk punggungku, berusaha menenangkanku.

"kamu kemana aja! kenapa kamu diemin aku! kenapa kamu gak balas pesan-pesan dariku! aku mencarimu sampai hampir gila, Ryujin!!" aku memukul-mukul bahu Ryujin.

Aku kesal padanya. Namun di sisi lain, aku merindukannya, sangat merindukannya.

Ryujin hanya tersenyum dan menghapus air mata yang membanjiri pipiku, ia membantuku berdiri dan mengajakku masuk ke dalam rumahnya.

---

Situasi canggung berada di tengah-tengah kami saat ini. Sedari tadi Ryujin hanya terdiam, ia bahkan tidak menatap mata ku sama sekali. Aku benci dengan semua ini, aku benci dengan sikapnya yang seperti ini.

Baru saja aku akan bersuara, namun ia mulai berbicara padaku.

"Lia.."

"mianhae.." ucapnya gemetar.

Aku menahan amarahku yang memuncak, "aku tidak butuh itu, Ryujin! aku butuh penjelasanmu!" aku berteriak gemetar. Aku meremas ujung jaketku, aku berjalan menghampirinya, kuraih kedua tangannya dan menangkup wajahnya untuk menatap mataku.

"jangan menyiksaku, Ryujin. bilang kalau aku ada salah! bilang kalau aku mungkin membuatmu kecewa, bilang apa yang salah dariku. lalu, kita bicarakan ini baik-baik ya?" suaraku gemetar menahan isak tangis.

Ryujin menghela nafas dalam, ia pun memberanikan diri menatapku. Namun, matanya mulai berkaca-kaca. Air mata mengalir dari pelupuk matanya, bendungan air mata yang sedari tadi ia tahan kini terjatuh juga.

𝙃𝙖𝙩𝙚 𝙤𝙧 𝙇𝙤𝙫𝙚 ? [ 𝘙𝘺𝘶𝘫𝘪𝘯 & 𝘓𝘪𝘢 ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang