Kamu adalah pria yang dulu pernah hadir di hidupku. Lalu memberi pelangi berwarna-warni di duniaku.
Entah mengapa pergi mu memberi luka yang sangat sulit kusembuhkan? Berbagai cara sudah kulakukan.
Namun memori indah di dalam otakku tak mampu menghapus semua kenangan itu.Kamu pergi dengan kejamnya tanpa memberiku sebuah alasan. Kamu begitu mudahnya membuatku jatuh cinta. Sehingga aku tak mampu melupakanmu.
Tolong ajari aku membencimu dan ajari aku melupakanmu. Agar aku tidak merasakan sakit ini terlalu jauh.
Aku sanggup mencintaimu, tapi tak sanggup melupakan mu.
~Farsya Shala Maheswary
Hari ini aku sedang menunggu pria yang selama ini selalu menghiasi hari-hariku. Aku sedikit heran karena lelaki itu mengatakan jika ia ingin membicarakan sesuatu yang penting.
"Shala, udah lama nunggunya?" Dewa berjalan menghampiri shala.
"Hm ga terlalu lama sih, 15 menitan lah aku nunggunya." Shala sedikit menggeser posisi duduknya.
Dewa menduduki bangku di sebelah Shala, meraih tangan Shala dan kemudian menatap mata Shala.
"Aku mau pergi," ujar Dewa menatap mata Shala.
"Astaga aku kira apa? Kalo mau pergi silakan lah, pergi aja, pamitan di WhatsApp bisa kan, ga harus ketemuan juga sayang." Shala melepas tangan Dewa.
"Kali ini aku serius!" tegas Dewa.
Sesak! Itulah yang aku rasakan. Jantungku berdetak sangat kencang, mataku berkaca-kaca, kuberanikan diri menatap lelaki yang kucintai.
"Kamu adalah sebagain orang yang kupikir tidak akan meninggalkan aku. Namun ternyata aku salah, datangmu untuk pergi bukan menetap." Shala menahan mati-matian agar air mata nya tak menetes.
"Aku pergi ada alasannya." Dewa menunduk. Ia tak kuasa menatap gadis itu menangis.
"Lalu, jelaskan alasannya!" perintah Shala dengan tegas.
"Gabisa aku harus pergi, aku sudah ditunggu dari tadi. Aku pamit Assalamualaikum Shalaku." Dewa pergi meninggalkan Shala sendiri.
"Dewa kamu ga boleh tinggalin aku gitu aja," teriak Shala sambil menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet Again
Teen Fiction( FOLLOW SEBELUM MEMBACA) (don't copy my story) " Takdir sungguh kejam ya," ucap Shala menatap mata Dewa. " Bukan takdir yang kejam,tapi pemainnya yang kejam," elak Dewa. " Ya pemain nya emang kejam, Dewangga Byantara." Shala menarik napas...