Happy reading 💦
don't forget to vote and comment°°°
"Lo pikir situ siapa? Asal merintah gue"Shala
•••
"Shal, Shala dengerin gue!"
Shala berhenti di tempat lelaki itu terus saja mengikutinya dan meneriaki namanya membuat dirinya jengah. Bukannya lelaki itu memintanya untuk tak lagi menyapa namun mengapa lelaki itu terus memanggil namanya.
Ok
"Mau lo apa? Bukannya lo sendiri yang larang gue buat nyapa lo, gue rasa ucapan lo waktu itu juga berlaku buat lo. Berhenti ikutin gue!" ujar Shala bahkan ia tak membalikkan badannya sedikit pun. Kaki Shala selangkah maju ke depan,tapi sayang pergelangan tangannya di genggam oleh Dewa. Mau tak mau Shala membalikan badannya dan menatap Dewa kesal."MAU LO APA SIH WA?" Shala berteriak di depan wajah Dewa. Untung saja saat ini pembelajaran masih di mulai membuat koridor kelas sangat sepi.
"Gue capek Wa, lo sendiri yang bilang tak lagi saling menyapa. Karena ada hati yang lo jaga. Tapi kenapa semakin kesini sikap lo malah bikin gue susah Wa. Gue lagi belajar ngelupain lo. Plis bantuin gue buat ngelupain lo dengan cara seperti yang lo bilang waktu itu. Lagian lo pacar teman gue sendiri Wa. Gue ngerti rasanya sakit hati itu kayak gimana. Gue ga ingin Fifah ngerasain sakit hati. Jadi gue mohon lepas tangan lo!Gue mau pergi dan jangan ikuti gue!!" Sekali sentakan tangan Shala terlepas dari tangan Dewa.
"Shal, dengerin gue dulu!" tegas Dewa. Sungguh dirinya kesal Shala tak pernah menurut kepadanya.
"Apa?" tanya Shala pelan. Membuat Dewa menyunggingkan senyum.
"Jauhi Miko!" titah Dewa seakan-akan tak menerima penolakan.
"Hahaha." Shala tertawa sinis. "Berapa kali gue bilang. Kita pernah bahas ini bukan?" Shala melipat kedua tangan ke dada sambil menaikan alisnya.
"Kita emang pernah bahas ini. Tapi kenapa sampe sekarang lo ga lakuin apa yang gue perintah!" Dewa menatap Shala tajam. Sungguh Shala tak boleh takut dengan tatapan itu. Shala menatap Dewa tak kalah tajam.
"Lo pikir situ siapa? Asal merintah gue." Shala tak terima dengan apa yang dikatakan Dewa.
Dewa terdiam mendengar nada dingin dari Shala. Sungguh baru pertama kali Dewa melihat Shala seberani ini. Apa iya Shala sudah berhasil melupakannya?Timbul rasa tak suka dalam diri Dewa melihat Shala yang berhasil melupakannya.
Egoiskah dia?
"Diam kan lo. Kita ga ada hubungan ya? Jadi stop larang gue buat dekat sama siapa aja. Karena apa yang lo ucapin, percuma ga akan gue lakuin." Shala menujuk wajah Dewa dengan tatapan tajam miliknya.
Shala tak menyangka dirinya bisa seberani dan sekuat itu berbicara dengan Dewa tanpa menangis. Dalam diri Shala sendiri tak ada niatan ingin menujuk Dewa yang terkesan tidak sopan. Namun apa boleh buat Dewa terlalu mencampuri urusannya. Shala cukup tau diri dia juga mencampuri urusan Dewa. Ia selalu kepo semua tentang Dewa. Tetapi Shala tak pernah sedikit pun melarang Dewa untuk berteman dengan siapa saja. Tapi mengapa Dewa melarangnya, bukankah mereka hanya teman oh maaf mungkin hanya Shala saja yang menganggap teman kalo Dewa entahlah.
"Serah lo. Keselamatan nyawa lo berada di tangan lo. Kalo lo mau selamat jauhi Miko. Lo hanya orang baru yang belom mengenal siapa Miko," ujar Dewa berjalan meninggalkan Shala.
Shala menatap kepergian Dewa setelah itu setetes air mata turun tanpa di perintah. Ia pikir dengan bersikap berani seperti tadi membuat ia berhasil melupakan Dewa...nyatanya tidak. Air mata Shala turun dengan lancangnya. Shala menghapus air matanya kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet Again
Teen Fiction( FOLLOW SEBELUM MEMBACA) (don't copy my story) " Takdir sungguh kejam ya," ucap Shala menatap mata Dewa. " Bukan takdir yang kejam,tapi pemainnya yang kejam," elak Dewa. " Ya pemain nya emang kejam, Dewangga Byantara." Shala menarik napas...