Happy reading 💦
don't forget to vote and comment°°°
"Semua gampang hanya di ucapkan, membuktikannya sungguh sulit"
Shala
•••
Koridor sekolah saat ini sedang lenggang akibat bel pulang sekolah berbunyi 30 menit yang lalu. Shala keluar kelas paling lama karena dirinya memanfaatkan WiFi kelas untuk berselancar di dunia maya. Shala berjalan pelan ke arah parkiran motor tempat dimana ia memarkirkan motornya. Namun selangkah lagi ia akan tiba di parkiran manik matanya menatap sosok Dewa yang berbincang dengan seorang gadis yang Shala sendiri tak tau siapa namanya. Gadis itu membelakangi Shala.
Shala berjalan mendekat ke arah Dewa. Dirinya sudah pernah bilang kan sesuatu yang berhubungan dengan Dewa dia selalu kepo, selalu peduli, bahkan lelaki itu sendiri saja tidak peduli dengan urusan Shala. Mengapa Shala peduli dengannya.
Cukup hanya Allah yang tau mengapa Shala sepeduli dan sekepo itu.
"Ya kan gue pacar lo--
"KALIAN PACARAN."
ucapan gadis tersebut terpotong oleh suara toa milik Shala.
Tak bisa di pungkiri Shala benar-benar kaget mendengar kata pacar keluar dari bibir mungil Fifah.Ternyata gadis yang membelakanginya adalah Fifah temannya.Mengapa takdir begitu kejam padanya. Bisakah gadis beruntung yang hatinya di jaga oleh Dewa bukan Fifah. Sungguh sakit rasanya orang yang kita cintai milik sahabat kita sendiri.
Perih!itulah yang Shala rasakan. Seolah-olah takdir memang senang sekali mempermainkan begitu mudahnya. Oh Tuhan Shala letih menangisi lelaki seperti Dewa. Ia ingin berhenti menangisi lelaki itu namun rasanya begitu sulit.
"Elo baru tau kalo gue sama Dewa pacaran?" Fifah menautkan jari-jarinya ke sela-sela jari Dewa. Shala hanya memperhatikan bagaimana tangan Fifah yang begitu mudah bersatu dengan jari Dewa. Sungguh dulu hanya satu gadis yang berani seperti itu. Hanya Dia yang berani menyentuh Dewa. Namun semua berubah semenjak kepergian lelaki itu.
"Oh ya?gu...e baru tau. Kan lo ga pernah cerita sama gue." Sebaik-baiknya Shala menjawab namun nadanya tetap bergetar menahan tangis.
"Gue duluan ya." Shala melenggang pergi meninggalkan 2 insan tersebut sambil mati-matian menahan air matanya yang ingin luruh.
Shala membalikkan arah memasuki koridor sekolah. Ia enggan pulang untuk saat ini, Shala ingin menangis di atas rooftoop.
"Hiksss...Shala ga boleh nangis. Shala strong sampai kapanpun tetap strong. Shala kuat hikss... tetap kuat." Entah sejak kapan bibir Shala mengatakan sesuatu seperti nada lagu.
Suara orang yang tak asing di telinga lelaki yang saat ini sedang tertidur diatas sofa yang terlihat menguning termakan oleh waktu.
"Kalo nangis, ya nangis aja." Miko mengatakannya seperti nada yang Shala ciptakan. Shala membalikkan tubuhnya. Mengapa di saat ia menangis selalu ada Miko. Tak mengerti bahwa Shala butuh sendiri, ia tak mau di ganggu.
Shala melangkahkan kakinya menjauh, dirinya ingin pulang saja. Menenangkan pikirannya yang terasa berat. Masalah cinta membuatnya bego se bego begonya.
Tubuh Shala menegang saat Miko memeluknya dari belakang. Kaki Shala melemas bahkan jantung Shala berdetak sangat kencang seakan-akan ingin lepas dari tempatnya.
"Siapa yang buat lo nangis?" tanya Miko dingin bahkan Miko masih nyaman memeluknya.
Shala menggeleng sambil menahan isakan tangis yang akan pecah sebentar lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet Again
Teen Fiction( FOLLOW SEBELUM MEMBACA) (don't copy my story) " Takdir sungguh kejam ya," ucap Shala menatap mata Dewa. " Bukan takdir yang kejam,tapi pemainnya yang kejam," elak Dewa. " Ya pemain nya emang kejam, Dewangga Byantara." Shala menarik napas...