Happy reading 💦
don't forget to vote and comment°°°
"Lo kalo mau lihat yang sopan dong"
Shala
•••
Hari Senin adalah hari yang paling di sukai Shala, bukan tanpa alasan Shala menyukai hari senin. Namun ada banyak alasan mengapa Shala menyukai hari Senin? Berbeda sekali dengan teman-temannya yang terlihat tidak bersemangat mengikuti upacara bendera hari ini.
"Shal,lo kok seneng banget sih wajah nya, ini kita mau upacara loh panas-panasan." Indi mengipas wajahnya dengan tangannya.
"Ya gatau juga sih menurut aku enak aja gitu kalo upacara kan mengurangi beban kita berpikir di pagi hari. Coba bayangin kalau kita ga upacara hari ini pasti kita di dalam kelas udah mengerjakan tugas bener kan?" kata Shala berjalan ke depan, ya Shala kalo upacara selalu berada di depan.
"Shal tungguin elah," kesal Indi lalu menghampiri Shala.
"Kamu sih kalo jalan lelet makanya aku tinggal. Kalo aku nungguin kamu yang ada ntar aku ga bakal berada di bagian depan." Shala menatap ke depan karena upacara bendera akan dimulai.
"Shal, Fifah kok belom datang ya, jarang banget dia telat begini," tanya Indi khawatir.
Shala menaikan bahunya tanda tak mengerti. "Hmm mana aku tau, kan aku murid baru disini. Sekolah juga masih seminggu doang."
"Betul juga sih, cuma aneh aja gitu Fifah ga pernah telat sekolah," ungkap Indi.
"Kalau Fifah sakit pasti dia kabarin gue. Lah ini Fifah ga kabarin gue." Indi menatap gerbang sekolah, menunggu kehadiran temannya.
"Udah Ndi nanti pulang sekolah kita jenguk Fifah di rumahnya. Kamu gausah khawatir gitu," kata Shala.
"Jadi kita fokus upacara dulu." Shala mengusap bahu Indi.
"Iya, makasih ya Shal," ucap Indi.
"Sipppp," jawab Shala sambil menunjukkan jempolnya.
Shala dan Indi tetap mengikuti upacara bendera dengan khidmat sampai upacara dinyatakan selesai. Meskipun terkadang Indi masih khawatir dengan Fifah, karena tak biasanya Fifah seperti itu. Namun lagi-lagi Shala menenangkan teman barunya selama berada di SMA Ananda's
"Akhirnya kelar juga upacaranya, gue capek banget gila," ucap Indi meraih minuman di dalam tasnya.
"Allhamdulilah, minta dong minumnya, aku males beli di kantin," kata Shala yang langsung di beri oleh Indi. "Hmm Ndi menurut aku mending kamu WhatsApp Fifah deh, buat memastikan aja." Shala menyodorkan botol minuman Indi.
Indi yang mendengar saran Shala, segera mengambil handphonenya dan menghubungi Fifah. Telepon pertama tidak di angkat, kedua dan ketiga pun tidak di angkat.
"Ga di angkat nih, gimana?" tanya Indi.
Shala mengambil handphonenya dan mulai menghubungi Fifah. Telpon pertama tidak di angkat. Tetapi Shala tetap menghubungi hingga panggilan ke-5 Fifah menjawab telepon Shala. Namun sayang sekali saat Shala ingin bertanya mengapa Fifah tidak masuk sekolah? Guru pelajaran Bahasa Indonesia memasuki kelas mereka, dengan tergesa-gesa Shala mematikan teleponnya dan menyimpan ponselnya ke dalam tasnya.
"Shal, gimana diangkat ga?" tanya Indi yang duduk di sebelah Shala.
"Sialan tau ga, tadi udah diangkat sama Fifah. Tapi tuh guru dah masuk kelas, aku matikan deh teleponnya," balas Shala menjelaskan. "Aku minta maaf ya, nanti aku coba lagi. Waktu jam istirahat," tambah Shala.
"Tenang aja kali Shal, gue malah berterima kasih banyak sama lo," ucap Indi tersenyum.
***
Tet...tet...tet..
Bel pulang sekolah berbunyi sangat nyaring. Membuat siswa-siswi SMA Ananda's bersemangat memasukan buku-bukunya ke dalam tas. Lalu meninggalkan kelas mereka masing-masing. Namun berbeda dengan Indi dan Shala mereka keluar kelas saat keadaan sekolah sudah mulai sepi,mereka menghindari kerumunan siswa.
"Shal, lo kalau di sekolah lama juga keluarnya belakangan begini," tanya Indi sambil membereskan bukunya.
"Iya lah, coba deh kamu lihat keluar!" tunjuk Shala ke jendela kelas yang memperlihatkan banyak siswa yang berdesakan.
"Iya juga sih, tapi gue sama Fifah malah seneng tau berdesakan," cengir Indi.
"Btw lo kenapa pindah sekolah? Ada masalah?" tanya Indi merubah duduknya menatap Shala.
"Aku ikut keluarga aku. Ayah aku buka usaha di sini. Jadi mau ga mau aku harus ngikut. Apalagi kakak aku kan juga kuliah di sini, terus tante yang jagain kakak aku di sini udah pulang ke Padang ngerawat nenek aku," jelas Shala.
"Oh iya coba aku telepon si Fifah barangkali diangkat," ujar Shala membuka handphonenya dan mulai menelpon Fifah. "Ga di angkat, eh bentar ini Fifah WhatsApp aku." Shala menyodorkan handphonenya kepada Indi.
"Oalah kirain apa? Ternyata pacarnya dia yang sakit." Indi menghela napas lega setelah membaca pesan yang di kirim Fifah.
"Fifah udah punya pacar?" tanya Shala mengambil handphonenya ditangan Indi.
"Oh ya jelas udah lah, siapa coba orang yang ga suka sama Fifah. Udah cantik, tinggi, pinter, bodygoals, kalem," sahut Indi.
"Iya juga sih apa kata kamu bener juga. Fifah itu sempurna lah. Kamu sendiri ada pacar ga?" tanya Shala kembali.
"Ha?Gue ada dong," balas Indi dengan bangganya.
"Siapa? Bagi tau dong!" desak Shala sembari menggoyangkan tangan Indi.
"Iya ma, bentar ini aku mau keluar," kata Indi berbicara dengan mamanya di ponselnya.
"Eh Shal gue pulang dulu ya, udah di jemput byee sayang." Indi melambaikan tangan ke arah Shala dan berjalan keluar kelas.
Shala membereskan semua bukunya. Lalu berjalan keluar kelas. Saat berjalan mata Shala tak sengaja menatap salah satu foto yang tertempel di mading sekolah. Shala berjalan mendekat hampir saja Shala dapat melihat foto tersebut dengan jelas. Dengan kurang ajarnya lelaki tak di kenal menarik bahu shala. Sontak saja Shala terkaget lalu membalikan badan menatap siapa lelaki yang membuat dirinya kaget.
"Lo kalo mau lihat yang sopan dong," geram Shala tertahan. Shala akan merubah gaya bahasanya jika dia kesal oleh orang itu.
"Minggir!" bentak lelaki yang bername tag Miko Ardiansyah.
"Bangke, nih gue dah minggir, selow gausah bentak juga." Shala kesal lalu berjalan meninggalkan area Mading.
Shala ingin memastikan namun gagal karena kehadiran pria yang bernama Miko. Shala sangat takut saat berhadapan dengan Miko dengan posisi sekolah yang sangat sepi.
Shala masih penasaran siapa pria itu? Mengapa wajahnya tampak familiar di ingatannya? Meskipun ada beberapa perbedaan tetapi Shala masih dapat mengenalinya meski Shala tidak begitu yakin.Ah palingan aku salah lihat.
°
°
°
°
°TBC
Welcome to my new story'✨Jangan lupa untuk vote dan komen
__________
Salam
Nabilad
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet Again
أدب المراهقين( FOLLOW SEBELUM MEMBACA) (don't copy my story) " Takdir sungguh kejam ya," ucap Shala menatap mata Dewa. " Bukan takdir yang kejam,tapi pemainnya yang kejam," elak Dewa. " Ya pemain nya emang kejam, Dewangga Byantara." Shala menarik napas...