Happy reading 💦
don't forget to vote and comment°°°
"Bagaimana gue bisa lupa sama kenangan itu, kalau orang yang beri kenangan itu ada di dekat gue"Shala
•••
Hari ini Shasa berencana pulang kampus, ingin menemui Rifan dan bertanya mengapa mata Shala bengkak? Apa iya Shala menangis kemarin, jika benar apa penyebabnya? Mungkin saja Rifan tau karena semalam Shala keluar bersama Rifan.
"Lama banget sih ngangkatnya, gue udah sampai nih, lo dimana?" cerocos Shasa saat sambungan telponnya terhubung.
Bertepatan itu dengan lonceng cafe berbunyi pertanda ada orang yang masuk. Shasa melihat ke arah pintu masuk, dan benar saja orang itu Rifan tetangga depan rumahnya. Shasa melambaikan tangannya dan memanggil nama Rifan. Rifan yang mendengar namanya di panggil pun membuatnya menghampiri Shasa.
"Eh masih nyambung, gue matiin ya." Shasa mematikan sambungan telpon yang masih menyambung.
"Fan, gue mau nanya?" tanya Shasa saat Rifan sudah duduk di depannya.
"Sabar dong Sha, gue juga baru nyampe.Belom makan harusnya lo itu nawarin gue pesen makanan dulu, jangan langsung nyerocos," protes Rifan sambil membuka menu makanan. Lalu memanggil pelayan dan menyebutkan makanan yang dia pesan.
"Udah kan pesennya, gue mau nanya?" desak Shasa.
"Bentar gue belom makan, masih pesen doang. Btw lo mau nanya apa?" tanya Rifan.
"Jadi gini tadi pagi gue lihat Shala matanya bengkak kayaknya habis nangis. Lo tau apa penyebab dia nangis ga? Kan kemarin dia keluar sama lo, atau mungkin dia ngelihat sesuatu gitu," terang Shasa.
"Oalah, kalo itu kayaknya gue tau deh bengkak karena apa?" balas Rifan santai.
"Kenapa Fan? Ceritain ke gue!" paksa Shasa.
"Nanti habis gue makan, gue pasti cerita," sahut Rifan sambil membuka ponselnya.
"Yaudah gue tunggu," ujar Shasa pasrah.
Dasar bocah songgong banget sama yang lebih tua, gue kan kepo kenapa ga langsung beritau aja pake di suruh nunggu habis dia makan lagi, kesal Shasa di dalam hati.
Pesanan Rifan telah tiba di mejanya. Rifan memakan makanannya sangat lama. Membuat Shasa mendengus kesal. Shasa menunggu dengan sabar. Hingga akhirnya makanan Rifan telah berpindah semua ke perutnya.
"Jadi gimana tuan Rifan, apa bisa anda memberitau saya sekarang?" tanya Shasa lembut dan tersenyum.
Rifan tersenyum mengusap pelan rambut Shasa yang berada di depannya.
"Rifan buruan gausah pake modus usap-usap rambut gue, ga sopan tau ga. Bagaimana pun gue lebih tua dari lo jadi hargai gue. Buruan jawab!" murka Shasa merapikan rambutnya yang sedikit teracak.
Rifan terkekeh melihat respon Shasa.
"Iya kakak Shasa, maafkan adikmu ini." Rifan menangkupkan tangannya di depan dada sambil membungkukkan kepalanya.
"Ck buruan jelasin Rifan Argantara anaknya om Arga dan tante Nadira," kesal Shasa.
"Iya-iya dengerin! gue males kalau di suruh ngulang. Jadi pasang kuping," tegas Rifan.
Shala menganggukkan kepalanya paham.
"Gue gatau pastinya kayak apa? Karena semalam gue sama Shala mencar, gue ke rak sepatu basket sedangkan Shala ke rak flatshoes. Setelah gue dapat sepatu mana yang gue mau, gue pergi ke kasir bayar tuh sepatu habis gitu gue nyari Shala buat pulang. Eh malah yang gue lihat Shala lagi berusaha ngelepasin tasnya yang di pegang sama bocah. Akhirnya gue samperin deh terus gue bujuk tuh bocah supaya ngelepasin tangannya. Nah waktu bocah itu ngelepasin tangannya. Shala langsung lari mengelilingi toko sepatu gitu. Kayak lagi nyari sesuatu, karena apa yang dicari ga ada Shala keluar toko sepatu, Shala mau nyebrang tapi gue tahan. Shala natap gue sambil nangis gitu," jelas Rifan panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet Again
Teen Fiction( FOLLOW SEBELUM MEMBACA) (don't copy my story) " Takdir sungguh kejam ya," ucap Shala menatap mata Dewa. " Bukan takdir yang kejam,tapi pemainnya yang kejam," elak Dewa. " Ya pemain nya emang kejam, Dewangga Byantara." Shala menarik napas...