Happy reading 💦
don't forget to vote and comment
•••"Boleh asalkan bayanginnya meluk gue bukan meluk Dewa"
Rifan
°°°
"Begitulah reaksi mereka."
"Lanjut!"
"Gue gatau kenapa? besoknya gue bangun ayah sama ibu udah beres-beres. Bahkan baju gue semua udah masuk koper.Waktu gue tanya mau kemana, ibu bilang mau pindah ke Jakarta atas perintah ayah, agar gue bisa lupain Dewa dan segela kenangannya. Intinya kata ibu, ayah ga pengen lihat gue nangis terus-menerus karena gue selalu keinget sama kenangan gue dan Dewa. Jadi ayah rasa kalo kita pindah gue bisa lupain dia dan berhenti menangis."
Rifan masih setia dengan posisinya. Rifan benar-benar menjadi pendengar yang baik buat Shala.
"Ayah lo sayang sama elo Shal,dia ga ingin ngelihat anaknya yang sudah susah payah di buat bahagia malah di sakitin orang lain." Rifan mengelus rambut Shala. "Itu artinya lo harus berhenti nangis supaya, perjuangan ayah lo agar elo ga nangis terus tercapai.Berhenti menangis dan bikin perjuangan ayah lo ga sia-sia," ucap Rifan yang sudah merubah posisinya menjadi memegang bahu Shala dan menatap manik mata Shala.
"Gue gabisa,orang yang bikin gue sedih ada disini," ucap Shala lirih.
"Bisa kok, kalo lo mau usaha."
"Susah Fan."
"Pelan-pelan adek," kata Rifan membuat Shala menoleh ke arahnya.
"Adek?" tanya Shala memastikan bahwa dia tak salah dengar.
"Iya,gue abang, lo adek," kata Rifan.
"Kita sebaya Rifan," tolak Shala.
"Emang tapi gue mau lo manggil gue abang, seperti pertama kali kita ketemu," kata Rifan seperti sebuah perintah.
"Oke, sekarang lo jadi abang gue.Yeayy gue punya kakak sama abang sekarang yang setia dengerin curhatan gue." Shala tersenyum memperlihatkan giginya yang rapi.
Sungguh Rifan terpesona hanya melihat senyuman Shala yang memperlihatkan giginya membuat dirinya telihat lebih imut. Rifan tak menyesal telah menjadikan Shala adiknya, karena sikap gadis tersebut memang seperti anak kecil namun terhalang oleh umur.
Rifan tersenyum."Yaudah yuk pulang udah jam set 11," ajak Rifan menggandeng tangan Shala.
Shala mengikuti langkah Rifan yang membayar pesanan mereka dan berjalan ke arah sepeda motor Rifan yang terparkir.
Rifan mengendarai sepeda motornya meninggalkan Monas dan penjual ketoprak.
"Abang, Shala boleh peluk?" Izin Shala sambil berteriak karena posisi mereka di jalan raya.
"Boleh asalkan bayanginnya meluk gue bukan meluk Dewa," ucap Rifan yang membaca pikiran Shala.
"Yahh tau aja padahal gue mau bayangin wajahnya Dewa."
"Yaudah gausa peluk gue, karena gue abang lo bukan Dewa."
"Hehehe canda kali bang," Shala menepuk helm Rifan pelan lalu melingkarkan tangannya di pinggang Rifan.
Motor Rifan berhenti tepat di depan rumah Shala. Shala segera turun dari motor Rifan.
"Oh iya bang, baru inget itu jaket yang lo pakai. Punya Dewa kan, sebenarnya hubungan lo sama Dewa apa?" tanya Shala .
"Besok gue ceritain, sekarang ayo masuk," kata Rifan menggeret Shala memasuki rumahnya.
Rifan mengetuk pintu rumah Shala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet Again
Teen Fiction( FOLLOW SEBELUM MEMBACA) (don't copy my story) " Takdir sungguh kejam ya," ucap Shala menatap mata Dewa. " Bukan takdir yang kejam,tapi pemainnya yang kejam," elak Dewa. " Ya pemain nya emang kejam, Dewangga Byantara." Shala menarik napas...