The Last WifeTypo adalah hal wajar
Enjoy
Tak semulus jalan lurus beraspal, tak semudah berguling dia atas tumpukan jerami, juga tak seindah nan singkat bak cerita di dalam novel roman picisan yang dijual di pasaran. Menjalani kehidupan, sering kali kita berada dalam kondisi dimana batas kemampuan diri dipertahankan, kesabaran diuji sebagai tolak ukur apakah kita mampu menjalani alur atas cerita yang berliku. Tuntutan demi tuntutan datang menyambangi, menambah beban di setiap detiknya jika tak segera terselesaikan.
Saling pandang memandang, kehidupan orang lain yang kita lihat di depan mata memang nampak sempurna seolah tanpa celah. Tapi kita juga tak tau bukan apa yang ada di dalamnya, bisa jadi orang tersebut tengah menyembunyikan banyak kekurangan dibalik topeng. Begitu juga sebaliknya ketika orang lain melihat kita.
Hidup monoton seperti halnya dengan kanvas putih polos, perlu goresan warna, perlu sentuhan rasa lalu dipercantik dengan setiap kisah penuh makna yang terus berlanjut agar tidak abu-abu. Semisal cinta. Namun, banyak orang yang tampak abai akan hal tersebut, mereka lebih nyaman dengan kehidupannya yang putih, tak ada warna, tak ada rasa. Mereka pikir hal itu tidaklah penting, karena banyak hal yang harus diprioritaskan memenuhi pikiran. Sama seperti kehidupan Seokjin kala itu.
Sebelum mengenal apa itu cinta, Seokjin hanyalah seorang pemuda sederhana namun penuh dengan ambisi dan tekat yang kuat untuk meningkatkan derajat juga meringankan beban orang tua yang menjadi sumber kebahagiannya. Kesehariannya setelah lulus SHS hanya diisi dengan bekerja, bekerja dan bekerja untuk untuk memenuhi kebutuhan keluarganya yang pas-pasan. Bekerja di beberapa tempat ketika pagi menjelang dan membantu menjaga kedai orang tuanya ketika malam hingga begadang. Bagi Seokjin waktu adalah uang, setiap detik dan menit teramat berharga, tuntutan ekonomi yang semakin naik setiap bulannya yang membuat pemuda Kim itu harus bekerja extra keras, merelakan masa mudanya yang tak akan pernah terulang kembali.
Seperti kehidupannya yang penuh perjuangan, kisah cinta pertama Seokjin dengan Namjoon juga penuh dengan lika-liku pertentangan. Bermula dari sebuah kesalahan kecil di pertemuan pertama, tak ada yang tau jika itu adalah awal dari keduanya merajut asa.
Waktu itu hujan deras di malam hari ketika Seokjin bertugas menjaga kedai yang menjual berbagai jajanan khas Korea seperti Tteokbokki, Odeng, Boong-uh-ppang dan beberapa makan lain, datanglah Namjoon dalam keadaan lapar berat sepulang bekerja.
Seperti biasa, semangkuk Jjamppong extra kerang yang menjadi favorit di kedai langganan ini ia pesan. Walau pandai menguasai urusan dapur, karena waktu itu adalah kali pertama Seokjin ikut membantu ibunya, terjadi kesalahan ketika membuat pesanan Namjoon. Semangkuk Jjamppong yang seharusnya berisi extra kerang malah porsi biasa yang diantarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Wife - (HIATUS)
Fanfiction⚠️ [19+] : BxB | Homo | Yaoi | Baku | Homophobic harap menjauh | Awas salah lapak | Harap bijak dalam memilih bacaan | Dosa tanggung sendiri | Slow Update | # MOHON BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN KARENA BOOKS INI MENGANDUNG SESUATU YANG TIDAK PANTAS UNT...