20

11.9K 753 123
                                    

Suasana apartemen sepi, hanya Ryujin sendiri disana. Yeji pulang ke rumah. Lia jangan ditanya, sudah pasti pulang ke rumah bersama suami saat weekend seperti ini.

Ryujin berniat main ke kontrakan pacarnya saja. Tapi dia sudah berkali-kali mencoba menghubunginya tetap tidak ada respon. Terpaksa dia menghubungi Jeno yang kemungkinan besar juga ada di kontrakan.

Beruntungnya Jeno fast respon, dan dia bilang Haechan belum keluar kamar. Maklum sih weekend, paling enak memang cuma tidur sampai puas. Dia bukan mahasiswa aktif organisasi, tapi mahasiswa semester 5 memang sedang sibuk-sibuknya. Apalagi dia juga jadi asisten dosen. Otomatis jamnya dikampus jadi bertambah.



Sekitar pukul 10, Ryujin sampai di kontrakan. Benar saja cuma terlihat Jeno. Itupun dia sudah rapi.

"Keluar Jen?" tanya Ryujin.

"Iya diajak Yeji ngantar mamanya, papanya lagi ada urusan, jadi gue disuruh ikut buat nyetirin."

"Ohh.." Ryujin mengangguk. "Haechan masih dikamar?"

"Masih tidur kayaknya." Jeno mengambil kunci mobil di meja, lalu berpamitan ke Ryujin. "Gue cabut dulu Jin."

"Yoi hati-hati."

Selepas Jeno pergi, Ryujin masuk ke kamar Haechan. Tidak pernah dikunci memang. Dikunci kalo lagi sama Ryujin aja sebenarnya.

Ryujin melihat sosok pacarnya masih tidur membelakangi pintu. Tubuhnya tertutup selimut, hanya tampak kepalanya saja.

Dengan langkah seperti maling takut ketahuan, Ryujin langsung menelusup ke dalam selimut dan memeluk pacarnya dari belakang.

"Banguuun...udah siang." Ryujin berbisik di telinga Haechan.

Memang pelan bisikan Ryujin, tapi kalau langsung ditelinga ya siapa yang nggak bakal bangun. Ditambah pelukan dari belakang, tangannya mengusap-usap perutnya.

Ryujin memposisikan kepalanya diatas kepala Haechan. Telinga dan sisi wajah mereka saling bersentuhan. Dagu Ryujin berada dipundak Haechan, persis seperti pasangan sedang melakukan back hug namun dengan posisi tiduran.

Baru sebentar wajah mereka bersentuhan, Ryujin mengangkat kepalanya. "Chan...lo sakit?" Ryujin kaget saat merasakan suhu tubuh pacarnya sangat panas.

"Gini aja dulu..." suara Haechan lemah. Tangannya menahan tangan Ryujin diperutnya.

"Panas banget badan lo, gue anter ke dokter sekarang."

Masih menggenggam tangan pacarnya, Haechan membalikkan badannya agar berhadapan. Lalu merangkulnya.

"Obat gue udah disini."

"Ngerdus ngga bikin lo sembuh."

Haechan tidak membalas. Akhirnya Ryujin balas memeluk Haechan.

"Chan...badan lo panas banget loh, nafas panas lo kerasa banget di kepala gue."

Haechan makin mengeratkan pelukannya.

"Kalo gue tertular gimana?"

"Demam bukan penyakit menular."

"Ada obat disini? Gue bikinin makanan dulu ya? Udah gue bilangin makan yang teratur, dikit aja ngga masalah yang penting makan. Kegiatan banyak, jarang makan, sering begadang. Lo tuh jauh dari orang tua, yang disini juga punya kesibukan sendiri-sendiri. Kalo udah sakit gini mau ngandalin siapa?"

"Bawel."

"Kalo gue ngga kesini, mau tidur doang sampe pingsan? apa susahnya sih makan teratur? Apa perlu gue suapin tiap biar lo makan teratur?"

College Life✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang