2

18.5K 1K 74
                                    

Selama perjalanan mereka berdua diam. Haechan tidak suka dengan suasana dingin seperti itu, kemudian buka suara.

"Jin...maaf...ngga maksud gitu..."

Ryujin cuma diam menatap jalanan, tidak merespon Haechan.

Sepanjang perjalanan Ryujin tidak menggubris Haechan sama sekali meskipun berulang kali Haechan minta maaf atau mencoba membuat lelucon.

Begitu sampai depan rumah, Ryujin langsung turun tanpa sepatah katapun. Haechan tidak bisa tinggal diam melihat pacarnya marah.

"Ryujin" Haechan menahan tangan Ryujin didepan pintu rumah. "Jin...ngomong dong, jangan diem gini. Mending lo ngomelin gue, pukul gue sampe puas daripada lo diem."

"Gue bukan cewek yang suka main tangan." balasnya dingin.

"Iya iya maaf omelin gue aja, gue dengerin, gue ngga bantah."

Ryujin membuka kasar pintu rumahnya, diikuti Haechan, lalu dia tutup pintunya.

Haechan mengikuti Ryujin kemanapun dia melangkah. Sampai akhirnya Ryujin capek dan berhenti mendadak, membuat Haechan menabraknya dari belakang. Ryujin berbalik menghadap Haechan dengan melipat tangannya.

"Oops...sorry..." ucap Haechan lalu mundur pelan-pelan.

"Kita ini udah 21 tahun, harusnya lo tau mana yang bisa dibuat bercanda mana yang tidak. Ngga semua hal bisa dibuat lelucon apalagi didepan orang tua."

"Gue ngga bercanda, emang gue niat tanya mama mau cucu apa ngga"

"Belum waktunya Haechan...!!!" Ryujin menunjukkan kekesalannya.

"Kan...siap-siap..." nada bicara Haechan melemah.

Ryujin mendengus. "Siap-siap apa? Kita ini masih semester 4, perjalanan masih panjang. Ngga tau juga kedepannya kita bakal gimana."

"Jin...jangan ngomong gitu..." Haechan mendekat lalu meraih tangan Ryujin.

Ryujin diam sejenak, dia merasa sedikit menyesal sudah mengucapkan itu tadi.

"Jangan diulangi lagi ya..." ucap Ryujin lebih lembut. "Gue malu ada pembahasan kayak gitu didepan ortu lo, apalagi kita masih pacaran doang."

Haechan mengangkat tangan kanan Ryujin, menekuk jari-jarinya menyisahkan jari kelingking, lalu dia menautkan jari kelingkingnya sendiri. "Janji..." ucap Haechan sambil tersenyum.

Dengan senyum manis Ryujin mengangguk. Memang pada dasarnya kedua insan ini memiliki sifat lembut. Tidak akan tahan untuk marah terlalu lama.

"Peluk dulu..." kata Haechan sambil merentangkan kedua tangannya.

Ryujin melingkarkan tangannya diperut Haechan, menempelkan kepalanya tepat didada bidang pacarnya itu.

Haechan meletakkan tangannya dipunggung Ryujin sambil mengelusnya. Dagunya dia tempelkan dipucuk kepala Ryujin.

Hening, hanya terdengar suara detik jarum jam. Mereka menikmati momen hangat itu selama beberapa menit.

"Chan...ngga pulang?" tanya Ryujin memecah keheningan.

"Bentar." jawab Haechan sambil mengelus rambut belakang Ryujin.

Ryujin mendongak menatap Haechan. Tapi tangannya tetap memeluk tubuh cowoknya itu.

Haechan melepaskan pelukannya, lalu memengang bahu Ryujin. Keduanya saling bertatapan mata, tanpa mereka sadari jarak bibir keduanya semakin dekat dan akhirnya mereka berciuman. Hanya ciuman penuh rasa sayang tanpa ada nafsu.

College Life✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang